Mendaki Gunung Lawu via Cemorosewu Magetan

- SOP ketat, tindak tegas pendaki FOMOSebelum mendaki, pendaki wajib cek perlengkapan dan briefing keselamatan. Pendaki FOMO akan disarankan turun. Fasilitas keamanan lengkap dengan warung dan penjaga basecamp.
- Pendaki ilegal dikenai sanksi tegasPerhutani menertibkan aktivitas ilegal di jalur tidak resmi. Kampanye pelestarian lingkungan hidup menjadi bagian tak terpisahkan dari prosedur pendakian.
- BPBD siaga pada kegiatan berisiko dan darurat evakuasiBPBD Magetan selalu siap terlibat dalam kegiatan berisiko tinggi. Koordinasi lintas lembaga akan langsung digerakkan saat situasi mendesak.
Magetan, IDN Times – Mendaki gunung Lawu lewat jalur Cemorosewu, Magetan tak pernah kehilangan pesonanya. Jalur ini tetap menjadi favorit para pendaki dari seluruh Indonesia, baik yang berpengalaman maupun pendaki musiman yang ikut tren media sosial. Namun, di balik pemandangan memesona dan udara pegunungan yang menyegarkan, ada sistem keamanan yang ketat yang tak boleh diabaikan.
Pengelola jalur resmi bersama BPBD dan Perhutani Lawu Selatan menekankan pentingnya prosedur keselamatan dan kepatuhan terhadap aturan. 'Gunung bukan tempat main-main, keselamatan dan etika harus jadi prioritas,” tegas Mulyadi, Asper/KBKPH Lawu Selatan, Rabu (30/7/2025).
1. SOP ketat, tindak tegas pendaki FOMO

Sebelum mulai mendaki dari basecamp Cemorosewu, seluruh pendaki wajib menjalani prosedur pengecekan perlengkapan, logistik, dan briefing keselamatan. Pendaki yang tidak memenuhi standar, terutama yang hanya ikut-ikutan karena tren atau FOMO (Fear of Missing Out), akan langsung disarankan turun. Para pendaki juga perlu memperhatikan rincian tiket yang terpampang di gerbang, yakni, tiket camping Rp15 ribu, tiket pendakian Rp25 ribu, dan tiket selfie atau jalan-jalan Rp10 ribu.
"Kalau tidak siap secara perlengkapan dan fisik, lebih baik jangan lanjut. Ini soal nyawa,” lanjut Mulyadi.
Sepanjang jalur, terlihat fasilitas keamanan cukup lengkap. Seperti ada shelter, mushola, hingga kotak P3K tersedia. Di Pos 1 dan 2, warung-warung bekerja sama dengan relawan PGL (Pecinta Gunung Lawu) juga menyediakan tandu dan tali rescue.
Meski belum ada pemandu bersertifikat resmi, para relawan dan penjaga basecamp disebut rutin mendapat pelatihan dari BPBD dan Basarnas untuk menangani berbagai kondisi darurat.
2. Pendaki ilegal yang tertangkap akan dikenai sanksi tegas

Tak hanya fokus pada pendaki jalur resmi, Perhutani mengaku juga terus menertibkan aktivitas ilegal di jalur-jalur tidak resmi. Spanduk larangan sudah terpasang di berbagai titik rawan. Pendaki ilegal yang tertangkap akan dikenai sanksi tegas.
Sementara itu, kampanye pelestarian lingkungan hidup menjadi bagian tak terpisahkan dari prosedur pendakian. Setiap pendaki wajib membawa turun kembali sampah pribadinya. Bahkan, mereka yang berhasil membawa sampah lebih banyak dari jalur pendakian akan mendapatkan piagam penghargaan.
"Ini upaya menumbuhkan tanggung jawab bersama. Gunung bukan tempat buang sampah,” ujarnya.
Meski belum memiliki akun media sosial resmi, jalur Cemorosewu tetap viral berkat dokumentasi dan promosi sukarela dari para pendaki dan relawan di TikTok dan Instagram. Namun bagi pengelola, menyebut popularitas bukan segalanya. “Keselamatan dan kelestarian harus tetap nomor satu,” tegas Mulyadi.
3. BPBD siaga pada kegiatan berisiko dan darurat evakuasi

Dari sisi kebencanaan, BPBD Magetan menyatakan mereka selalu siap terlibat dalam kegiatan berisiko tinggi. Meski tidak mengatur langsung SOP pendakian, BPBD rutin berkoordinasi dengan Perhutani dan SAR, terutama saat event-event besar seperti “Ring of Lawu”.
"Kami siaga penuh jika ada kegiatan massal atau jika situasi mendesak. Koordinasi lintas lembaga akan langsung digerakkan,” jelas Eka Wahyudi, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Magetan.
Gunung Lawu bukan hanya destinasi indah, tapi juga ujian tanggung jawab. Dari SOP ketat hingga edukasi lingkungan dan kesiapsiagaan evakuasi, semua pihak berkomitmen menjadikan pendakian tak hanya menyenangkan, tapi juga aman dan beretika.
“Jangan cuma siap fisik, pastikan juga siap aturan dan etika. Selamat mendaki dengan aman dan sadar risiko,” tutup Mulyadi.