Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Gunung Semeru Erupsi, Sesar Aktif Intai Banyuwangi

Ilustrasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Banyuwangi, IDN Times - Gunung Semeru kembali mengalami erupsi, Minggu (4/12/2022). Semburan abu vulkanik terpantau mencapai hingga ketinggian 1.500 meter dari puncak gunung dan membawa material debu menuju arah selatan.

Di lain sisi, risiko bencana alam juga mengintai Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Banyuwangi diketahui memiliki sesar atau fault yang aktif dan sewaktu-waktu bisa saja terjadi.

Sesar merupakan kondisi bidang patahan atau rekahan akibat pergeseran lempeng bumi. Sesar akan memperparah efek kerusakan bilamana terjadi gempa bumi.

1. Sesar aktif sepanjang 10 kilometer

Ilustrasi Seismogram (IDN Times/Arief Rahmat)

Ketua Harian Geopark Ijen, Abdillah Baraas mengatakan bahwa sesar yang ada di Banyuwangi memanjang sekitar 10 km di wilayah Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo. Sesuai letak geografisnya, sesar tersebut diberikan nama sesar Wongsorejo. 

Abdillah menjelaskan, sesar sendiri secara fisik memiliki beberapa pola patahan. Diantaranya Normal Fault, Reverse Fault dan Strike-slip Fault.

Sementara Sesar Wongsorejo memiliki pola Normal Fault. Pola sesar Wongsorejo ini berupa bidang batuan bergerak ke bawah atau ambles mengikuti bidang sesar. 

"Sesar Wongsorejo pergerakannya masih aktif. Magnitudonya 5,7 dengan kecepatan gerak 0,3 mm per tahun," kata Abdillah, Minggu (4/12/2022).

2. Kerusakan sesar tergantung gempa bumi pemicu

Shutterstock

Dengan kondisi yang terjadi beberapa waktu terakhir di Pulau Jawa, Abdillah menyebut bahwa Kabupaten Banyuwangi tak lepas dari ancaman bencana. Karena masih aktif, sesar ini bisa terpicu sewaktu-waktu saat gempa bumi terjadi.

"Karena zona patahan kalau ada guncangan pasti akan lebih mudah bereaksi dan akan menghancurkan apa-apa yang ada disekitarnya," katanya.

Abdillah tidak bisa memprediksi separah apa apabila sesar Wongsorejo ini terpicu. Namun, berdasarkan bentangan yang ada kemungkinan akan memberikan dampak kerusakan yang cukup parah. Tentunya hal ini juga tergantung oleh tipikal gempa bumi dan kekuatan guncangannya.

Dia merinci, apabila gempa berada pada area dangkal efeknya akan lebih merusak atau destruktif. Dia mengibaratkan benda yang rusak, sesar akan lebih mudah bereaksi sehingga guncangan akan semakin dahsyat.

"Berbeda ketika kegempaan berada pada area dalam. Masih bersifat destruktif akan tetapi efeknya akan meluas dan tidak terkonsentrasi pada titik patahan," jelasnya.

3. Banyuwangi diapit 2 lempengan raksasa

Pexels/slon_dot_pics

Kendati masih aktif, menurut Abdillah lempengan sesar di Wongsorejo terbilang masih kokoh. Sehingga rasio terjadinya cenderung lebih kecil. Ini disebabkan karena struktur sesar di Banyuwangi adalah batuan beku. Berbeda dengan Sesar Surabaya yang lebih rentan karena strukturnya adalah sedimen.

Akan tetapi, kondisi itu bukan berarti menjamin Sesar Wongsorejo aman. Masyarakat Banyuwangi tetap harus waspada dan harus mulai belajar tentang mitigasi bencana.

"Kita harus sadar bahwa kita tinggal di Banyuwangi kita diapit oleh dua lempeng aktif, Indo-Australia dan Eurasia. Setiap hari terjadi gempa namun skalanya kecil sehingga tidak terasa. Tetapi kalau sudah kegempaannya besar maka harus berhati-hati yang tinggal di jalur sesar," cetusnya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zumrotul Abidin
EditorZumrotul Abidin
Follow Us