Eri Janji Bakal Bangkitkan Lagi Pasar Burung Dolly yang Mangkrak

- Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi berjanji akan membangkitkan kembali Pasar Burung Dolly yang terbengkalai dan sepi aktivitas.
- Pemkot Surabaya telah melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan ekonomi di Dolly, termasuk kerjasama dengan hotel untuk memasarkan produk UMKM.
- UMKM di eks lokalisasi Dolly telah mati suri, beberapa bahkan sudah gulung tikar karena kurangnya pendampingan dari pemerintah.
Surabaya, IDN Times - Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi berjanji bakal membangkitkan lagi Pasar Burung Dolly. Pasar Burung Dolly tersebut kini mangkrak, stand yang ada tutup dan tidak ada aktivitas di tempat tersebut.
"Nanti kita ramaikan lagi ya dengan kegiatan UMKM (di Dolly)" ujar Eri Jumat (28/11/2025).
Eri menyebut, Pemkot Surabaya telah melakukan berbagai hal untuk membangkitkan ekonomi di Dolly, mulai dari pendampingan hingga pemberdayaan. Geliat ekonomi di Dolly bahkan diklaim Eri masih berjalan hingga kini.
"Sudah jalan. Di sana ada sepatu, ada slipper. Itu kita gerakkan semuanya. Makanya harus masuk ke dalam sana, kalau ada yang ingin dikerjakan ada program apa? Ayo kita bantu," ungkap Eri.
Meski begitu, Eri mengakui bahwa beberapa giat ekonomi di Dolly kian melesuh. Salah satunya di UMKM slipper yang dulu ramai, kini sepi sehingga para pekerja pun satu persatu mendur.
"Biyen sing slipper itu yang sudah berdiri sampai tiga lantai akeh sing melok (dulu yang slipper itu yang sudah berdiri sampai tiga lantai, banyak yang ikut), mari ngono gak gelem soro, mretel mretel mretel (setelah itu gak ada yang mau susah, akhirnya lepas). Ya kan gak bisa begitu. Maka siapa yang bergerak ya kita langsung tunjang," ujarnya.
Padahal Pemkot Surabaya juga telah bekerjasama dengan sejumlah hotel untuk memasarkan produk UMKM dari Dolly. Maka rencana selanjutnya, Pemkot akan kembali menggencarkan kerjasama dengan hotel.
"Maka kita nanti yang seperti hotel-hotel bergerak, yo tak sikatno nang Dolly, yo kudu wani lah kerjao ojo ngenteni biyen (ya tak kerjasamakan dengan Dolly, harus berani lah kerja jangan nunggu dulu)," pungkasnya.
Seperti diketahui, UMKM di eks lokalisasi Dolly telah mati suri. Beberapa bahkan telah gulung tikar.
Salah satunya di pusat UMKM Dolly Pasar Burung pun tutup. Pasar itu mangkrak, tak ada aktivitas.
Pegiat UMKM Dolly, Jarwo mengamino bahwa UMKM Dolly kini mulai loyo. Usaha Jarwo sendiri misalnya, beberapa tahun mulai mengalami penurunan.
"Tahun lalu produksi tempe satu hari bisa 25 kilogram kedelai, sekarang hanya 15 kilogram," ungkapnya.
Selain memproduksi tempe, dulu Jarwo juga turut aktif menggeliatkan wisata Gang Dolly, ia melayani wisatawan yang ingin trip edukasi ke bekas lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu. Wisatawan akan ia ajak mengunjungi UMKM yang dulunya pernah jadi tempat prostitusi, mereka akan mendapat cerita bagaimana dulu Dolly bernafas hingga bertransformasi jadi pusat wisata edukasi.
"Dulu waktu ada trip edukasi wisata itu jalurnya pertama di SWK Studio, ke tempat produksiku yang dulu, jalan ke Kampung Orumy, ke Samijali, kampung batik terus tempat oleh-oleh," ungkap dia.
Sembari trip, wisatawan bisa mengikuti workshop dengan harga yang bervariasi. "Dulu ada paketan, melaku-melaku itu Rp20 ribu, kalau sama workshop Rp150 ribu, kunjungan ke UMKM-UMKM, itu Rp65 ribu," tuturnya.
Tapi, semakin tahun jumlah kunjungan dari wisatawan semakin merunun. Bahkan dua tahun terakhir, Jarwo sama sekali tak menerima kunjungan dari siapapun. Seiring berjalannya waktu, karena wisatawan makin tak ada, UMKM di Dolly pun satu persatu gulung tikar.
"Mau adakan trip lagi, tapi tempat oleh-oleh sekarang sudah gak ada, DS poin, yang dulu pusat oleh-oleh Dolly itu sudah tutup, UKM Samijali juga sekarang sudah gak produksi, Kampung Orumy juga sekarang gak produksi," jelas Jarwo.
Menurut Jarwo, mereka tak bertahan lama karena kurangnya pendampingan dari pemerintah, "Dari pemerintah kurang adanya pendampingan," tuturnya.
Jarwo pun tak lagi aktif di kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Gang Dolly. Itu karena, dia merasa bergerak sendiri tanpa ada dukungan dari manapun. "Aku ketua Pokdarwis, mengundurkan diri 2 tahun lalu, tahun 2023, aku capek, kok gak ada suport dari teman-teman," pungkasnya.

















