Disebut 'Epok-Epok' Kerja, Eri Cahyadi: Medsos Bukan Cari Populer

- Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi membantah julukan 'epok-epok' yang disematkan warganet karena dianggap pura-pura bekerja saat turun ke lapangan.
- Eri mengklaim bahwa media sosialnya bukan untuk mencari popularitas semata, melainkan sebagai wadah edukasi untuk masyarakat dan menampung segala aduan.
- Ia juga mendorong semua organisasi perangkat daerah (OPD) mulai dari dinas hingga kelurahan untuk aktif bermedia sosial agar semua anak buahnya terlihat bergerak.
Surabaya, IDN Times - Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi buka suara soal ramainya warganet yang menyebutnya hanya 'epok-epok' atau pura-pura bekerja saat turun ke lapangan. Hal ini setelah admin media sosialnya tak sengaja mengucapkan kata 'epok-epok' saat live Instagram Eri Cahyadi terjedah.
Eri mengaku tak mau ambil pusing dengan komentar warganet. Menurutnya, media sosial bukan digunakan untuk mencari popularitas semata, melainkan wadah edukasi untuk masyarakat. "Selalu saya sampaikan kepada siapapun yang namanya media sosial ini, satu bukan untuk popularitas, yang kedua bukan untuk menampilkan apa yang dikerjakan," ujar Eri ditemui di Balai Kota Surabaya, Senin (3/10/2025).
Eri bahkan mengaku, sebetulnya ia tak terlalu suka semua kegiatannya diunggah di media sosial, termasuk saat ia turun ke jalan menyelesaikan masalah. Menurutnya, turun ke lapangan dan menangani masalah Surabaya adalah kewajiban sebagai wali kota.
"Teman-teman masih ingat kan ketika saya pada periode pertama. Sampai ada yang takok nandi wali kotane. Soale gak tau metu nang medsos (ada yang tanya, kemana ini wali kotanya, soalnya gak pernah keluar di media sosial). Karena saya tidak tidak suka medsos. Karena buat saya yang namanya pekerjaan sebagai kepala daerah itu sebuah kewajiban," terang Eri.
Bagi Eri, keberhasilan sebagai kepala daerah bukan apa yang orang lihat di media sosial, tetapi bagaimana visi misinya bisa tercapai. Seperti misalnya mampu menurunkan kemiskinan, stunting hingga masalah-masalah penting lainnya.
"Sekarang ono kader Surabaya hebat bergerak akhirnya iso mudun yang namanya stunting jadi 1,6 persen. Terus kemiskinan masuk sejarah 3,9 persen. Wong ngono epok-epok. Yo gak masuk ibu-ibu epok-epok, (sekarang ada Kader Surabaya Hebat bergerak akhirnya bisa turun itu yang namanya stunting jadi 1,6 persen, kemiskinan masuk sejarah menjadi 3,9 persen. Seperti itu apa pura-pura, ya gak masuk ibu-ibu dibilang pura-pura," kata dia.
Eri mengaku aktifnya ia bermedia sosial adalah untuk memberi edukasi kepada masyarakat, serta menampung segala aduan. Tujuannya bermedia sosial bukan untuk mencari popularitas, maupun untuk memperkeruh masalah.
"Agar ini (media sosial) bisa mengedukasi masyarakat dan mengajak masyarakat untuk melakukan hal yang sama yang ada di IG saya, Contoh, IG ku enggak pernah untuk mengajak tetangga saling tetangga tukaran, enggak tahu," jelasnya.
Kini, Eri menggerakkan semua organisasi perangkat daerah (OPD) mulai dinas, hingga kelurahan untuk aktif bermedia sosial. Tujuannya agar bukan hanya Eri yang terlihat bekerja, tetapi semua anak buahnya pun bergerak.
"Mangkane aku ngomong. Sekarang kan banyak tuh dari dinas-dinas yang dikolab dengan IG saya. Karena apa? Saya bermimpi dan harus menjadi kenyataan bahwa di Surabaya ini yang bergerak bukan walikotanya tapi seluruh jajaran pemerintahnya," pungkas dia.

















