Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Diburu Tanda Kehidupan, Evakuator Ponpes Ambruk Kerja 24 Jam Nonstop

WhatsApp Image 2025-09-29 at 18.36.14 (1).jpeg
Bangunan Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo yang ambruk pada Senin 29 September 2025. (IDN Times/Zumrotul Abidin)
Intinya sih...
  • Evakuator Ponpes Ambruk bekerja 24 jam nonstop untuk menyelamatkan korban.
  • Proses evakuasi penuh risiko, petugas harus masuk ke ruang sempit dan menyangga bongkahan dengan balok kayu.
  • Tanda kehidupan menjadi pemicu semangat bagi tim penyelamat, instruksi evakuasi dilakukan non-stop.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sidoarjo, IDN Times - Di balik reruntuhan bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran, denyut kehidupan masih terdengar. Bagi tim penyelamat, setiap suara lirih, setiap ketukan, bahkan hela napas, menjadi penuntun harapan. Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, menggambarkan betapa sulitnya proses evakuasi yang dilakukan tim SAR gabungan sejak Senin (29/9/2025).

"Dari momen kejadian, Basarnas langsung bergerak ke lokasi. Banyak yang bertanya kenapa tidak pakai alat berat. Karena begitu dinyalakan saja ekskavator langsung menimbulkan getaran yang membahayakan korban di dalam,” ujar Emil saat mendampingi Mensos RI Saifullah Yusuf menjenguk korban di RSUD R.T. Notopuro, Rabu (1/10/2025) malam.

Basarnas akhirnya membagi area evakuasi menjadi tiga zona berdasarkan hasil asesmen. Di hari pertama, petugas sempat memperkirakan hanya ada enam korban selamat. Namun upaya tak kenal lelah membuahkan hasil, jumlahnya bertambah menjadi 11.

Hari berikutnya, perjuangan berlanjut. Sore harinya, empat korban kembali berhasil diselamatkan, salah satunya Haical. Suara Haical sempat viral di media sosial saat berkomunikasi dengan petugas dari balik reruntuhan.

“Saat itu petugas belum bisa melihat, hanya bisa berkomunikasi. Kini, makanan, air, bahkan asupan nutrisi lewat infus sudah berhasil diberikan untuk menjaga kondisi korban di dalam,” tutur Emil.

Emil menambahkan, proses evakuasi berjalan penuh risiko. Petugas harus masuk ke ruang sempit, menyangga bongkahan dengan balok kayu, atau menggali jalan lain ketika celah hanya tersisa 10 sentimeter.

“Jadi masuk itu ditetel, yang bisa diangkat dijack up sedikit, ditahan pakai kayu, lalu dibuka pelan-pelan. Susah sekali,” ungkap Emil.

Meski begitu, setiap tanda kehidupan menjadi pemicu semangat. “Begitu mereka dengar tanda kehidupan, mereka kejar lagi. Petugas Basarnas betul-betul sensitif dan peka mendeteksi tanda-tanda itu,” katanya.

Emil menegaskan, instruksi evakuasi dilakukan non-stop. “Ini 24 jam bekerja. Sampai sekarang belum ada istirahat. Tapi tentu dengan sistem bergantian. Dua jam saja di dalam sudah sangat melelahkan, apalagi ruangnya sempit dan penuh risiko,” ucapnya.

Di luar lokasi, ambulans dari berbagai rumah sakit berjaga. Begitu korban berhasil keluar, dokter langsung melakukan observasi sebelum membawanya ke IGD RSUD R.T. Notopuro. “Jadi kondisi korban sudah jelas apa yang harus diantisipasi sebelum dibawa ke rumah sakit,” pungkas Emil.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zumrotul Abidin
EditorZumrotul Abidin
Follow Us

Latest News Jawa Timur

See More

Siswa Ngawi Trauma MBG, Pilih Bawa Bekal dari Rumah

01 Okt 2025, 21:04 WIBNews