Cara Gen-Z Bergerak, Konsolidasi dan Kritik Lewat Medsos

Surabaya, IDN Times - Aksi demonstrasi daring kian marak dilakukan anak muda atau Gen-Z via media sosial. Gerakan tersebut digagas sejak era Pandemik COVID-19 merebak. Salah satu pionirnya ialah Alians Pelajar Surabaya.
Ketua Aliansi Pelajar Surabaya periode 2022 - 2023, Mirza Syahrizal Fathir menceritakan, awalnya gerakan demonstrasi daring muncul karena teman-temannya tidak bisa kumpul terkendala situasi COVID-19. Kemudian mencoba cara baru menyampaikan aspirasi atau pesan kepada pemangku kebijakan lewat daring. Waktu itu, aliansi mengkritik perihal PPDB.
"Awalnya teman-teman menyiapkan audiensi lewat Google Meet atau Zoom. Setelah dilaksanakan ternyata ada cara lebih efektif, waktu itu pakai TikTok. Akhirnya menyadari itu, melakukan gerakan (kritik) masif dan daring," katanya.
"Tak hanya TikTok juga lewat posting Instagram. Kami posting ramai-ramai. Akhirnya mengundang simpati publik. Kami sadar, ternyata gerakan ini dilihat masyarakat luas," tambah Fathir.
Karena itu, Fathir menyebut kalau Aliansi Pelajar Surabaya sempat membuat gerakan poster tolak reklamasi di kawasan Kenjeran Surabaya. Poster itu pun diunggah secara masif via media sosial.
"Kawan-kawan sempat buat poster diupload di snapgram tentang penolakan reklamasi di Kenjeran. Karena teman-teman merasa itu mencakup orang banyak, tidak hanya pelajar tapi juga nelayan dan lain-lain, maka kita menyadarkan lewat poster snapgram," terangnya.
"Poster itu memberikan gambaran kepada publik kalau ada permasalahan reklamasi Surabaya, sehingga mereka semua tahu," imbuh Fathir menambahkan.
Meski aksi demonstrasi daring mulai efektif, Fathir mengakui kalau gerakan turun jalan dengan demonstrasi secara langsung tetap lebih mengena. Menurutnya, aksi turun jalan itu masih menjadi hal penting dilakukan jika protes yang dilayangkan lewat daring tak mendapatkan tanggapan.
"Gerakan demo massa itu menurut saya masih butuh. Karena bagaimanapun dikumpulkan secara offline akan lebih diperhatikan. Karena lebih dekat dengan tujuan kita mengkritik siapa. Kalau targetnya jauh belum bisa dijangkau, baiknya lewat media sosial," pungkasnya.