Pasien RSUD Soewandhie Meninggal Saat Antre Ruang ICU

Dua hari gak dapat kamar rawat inap

Surabaya, IDN Times - RSUD Dr Soewandhie kembali menjadi sorotan. Penyebabnya, karena ada seorang pasien bernama Asiasih (52) meninggal saat mengantre ruang ICU. Berikut ini penjelasan keluarga korban maupun pihak rumah sakit: 

1. Pasien tidak mendapat kamar hingga dua hari

Pasien RSUD Soewandhie Meninggal Saat Antre Ruang ICUilustrasi pasien dirawat di rumah sakit (IDN Times/Sukma Shakti)

Anak pasien, Yesi Setiawati menjelaskan, awalnya ibunya mengeluh sakit pada sekujur tebuhnya. Kemudian Asiasih dibawa ke Puskesmas. Karena membutuhkan perawatan intensif, Asiasih kemudian dibawa ke IGD RSUD Dr. Soewandhie pada Sabtu (27/8/2023) lalu. Selama tiga hari, Asiasih tetap berada di IGD karena tak mendapatkan kamar untuk rawat inap. 

"Saya dikasih tahu kalau ibu saya harus dirawat inap tapi gak ada kamar dan nunggu antre sampai 17 antrean," ujar Yesi ditemui di rumahnya. 

Selama berada di IGD itu, Asiasih mendapatkan penanganan dari dokter. Namun, karena tak kunjung mendapat kamar, Yesi berinisiatif untuk memindahkan ibunya ke RS lain, sayangnya pihak RSUD Dr Soewandhie tak mengizinkan, mereka berdalih, BPJS pasien terancam dicabut. 

"Waktu di IGD, saya gak dikasih tahu update antreannya berapa, untuk dapat kamar saya harus mohon-mohon," ungkapnya. 

Baca Juga: Setelah Dilabrak Wali Kota, Begini Pelayanan di RS dr Soewandhie

2. Kondisi pasien memburuk membutuhkan perawatan di ICU

Pasien RSUD Soewandhie Meninggal Saat Antre Ruang ICUilustrasi seorang pasien (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Barulah pada Senin (29/3/2023), Asiasih mendapat kamar. Saat itu, kondisi Asiasih sudah menurun. Pada Selasa (30/5/2023), kondisi Asiasih makin memburuk dan membutuhkan perawatan lebih intensif di ruang ICU. 

"Tapi ICU-nya penuh, ibu dapat antrean nomor 6. Pihak rumah sakit bilang harus dirujuk ke RS lain," terang dia. 

Karena penuh, pihak RSUD Dr Soewandhie menawarkan agar Asiasih dirujuk ke RS lain. Sayangnya, pihak rumah sakit mengatakan bahwa ambulans tidak memadai dan ada risiko yang harus dihadapi oleh Asiasih. Pihak rumah sakit kemudian meminta keluarga Asiasih untuk menandatangani penolakan rujukan. 

"RS bilang kalau dirujuk belum tentu dapat kamar dan stepnya harus mulai nol lagi. Terus ambulans alat fasilitas gak memadai untuk status kondisi ibu saya, bilang kalau meninggal di jalan gimana," jelas Yesi. 

3. Baru mendapat ICU setelah didatangi anggota DPRD

Pasien RSUD Soewandhie Meninggal Saat Antre Ruang ICUhttps://unsplash.com/

Yesi pun dengan terpaksa harus menunggu agar ibunya mendapatkan ruang ICU di RSUD Dr Soewandhie. Pada Rabu (31/5/2023) Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, Reni Astuti datang, tiba-tiba ruang ICU di RSUD Soewandhie kosong empat kamar. 

"Pas ada bu Reni, ICU kosong empat, tapi belum masuk ke ICU ibu saya meninggal," katanya. 

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti mengatakan, saat itu memang dirinya mendapat laporan bahwa ada pasien membutuhkan perawatan di ruang ICU tapi ruangannya penuh. Keluarga pasien sangat bingung karena terkesan tidak ditangani. 

"Saya datang saya konfirm ke direktur memang menyatakan penuh tapi beberapa waktu itu infonya bisa masuk tapi ketika mau masuk sudah meninggal. Itu pun ketika saya sudah di sana," ujar Reni.  

Menurut Reni, RSUD Dr Soewandhie, secara layanan sudah banyak perbaikan utamanya rawat jalan, antrean semkin pendek ada rekam medik digital nakes bagus dan cepat. Namun, setelah ada kejadian ini, pihaknya pun meminta agar ada evaluasi. 

"Saya apresiasi tapi atas kejadian kemarin saya tetap ini perlu jadi evaluasi layanan rawat inap karena RS Soewandhi ini pasien sangat banyak," ujar Reni. 

Reni menyebut, harus ada perbaikan sistem yang terintegrasi dengan RS lain, bila penuh harus ke ICU lain yang masih. SOP ini harus dijalankan. 

"Semoga ini hanya terjadi kemarin perbaikan harus terus menerus dilakukan," jelas dia.

4. Pihak rumah sakit berkata lain

Pasien RSUD Soewandhie Meninggal Saat Antre Ruang ICURSUD DR Soewandhie Surabaya. (Dok. Pemkot Surabaya)

Terpisah, Direktur Utama RSUD Soewandhie Surabaya dr Billy Daniel Messakh justru berkata lain, ia mengatakan tanggal 27 Mei lalu memang pasien diterima di IGD dan kamar sudah penuh. Karena penuh keluarga ditawari untuk dirujuk namun menolak.

"Setiap penuh SOP-nya kita tawarkan rujuk, kalau tolak hrus tanda tangan penolakan," ujarnya. 

Billy menyebut, kondisi Asiasih saat itu sudah turun naik. Dokter yang menangani bilang, Asiasih ada gangguan di paru-paru. 

"Sekitar tanggal 30 kita tawarkan masuk ICU karena penuh kembali kita tawarkan rujuk tapi anaknya menolak dan konfirmasi ke keluarga ditawari ICU," katanya. 

Karena ICU penuh, keluarga harus menunggu sampai ICU kosong, rumah sakit menawari agar ditirujuk ke RS lain, namun keluarga menolak. 

"Tanggal 29 Mei itu inden masuk ICU, urutan ke-6. Tanggal 31 Mei dia masuk inden pertama. Tapi karena kondisi tetap menurun kita selalu tawarkan rujuk atau menunggu, dia mau. Udah ada tempat di dalam. Kondisinya dia mnurun pada saat itu ad dokter penanggung jawab bilang kondisi meninggal di ruang teratai," pungkas dia.

Baca Juga: Eri Beri Waktu Sepekan RSUD dr Soewandhie Perbaiki Layanan

Baca Juga: Surabaya Ultah ke-730, Masih Banyak Banget PR-nya

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya