Diklaim Efektif, Mahasiswa ITS Gagas Filter Masker Tempurung Siwalan

Lebih ramah lingkungan dan hemat

Surabaya, IDN Times - Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat ide inovasi produk filter masker berbahan karbon dari tempurung siwalan. Filter ini diklaim bisa secara efektif menyaring virus sehingga membuat fungsi masker kain lebih maksimal.

1. Gagasan berawal saat melihat banyak limbah masker medis dan tempurung siwalan

Diklaim Efektif, Mahasiswa ITS Gagas Filter Masker Tempurung Siwalaninstagram.com/arunihamidah

Mahasiswa ITS tersebut, Eunike Rhiza Febriana Setyadi menjelaskan bahwa ide inovasi filter karbon tempurung siwalan itu bermula saat ia melihat banyaknya limbah masker medis. Padahal, masker kain juga bisa dimaksimalkan efektifitasnya. Ia pun melihat potensi tempurung siwalan sebagai bahan alami untuk menjadi filter bagi masker kain ramah lingkungan.

“Limbah masker medis sulit terurai dan membutuhkan sumber daya yang cukup besar dalam pengelolaannya,” ujar Eunike, Jumat (30/4/2021).

Mahasiswa asal Tuban ini melanjutkan, bahan karbon aktif bisa diperoleh dari kandungan selulosa yang sangat tinggi pada tempurung siwalan yaitu sebesar 89,2 persen. Buah ini juga mudah ditemukan, khususnya di Kabupaten Tuban yang memproduksi sebanyak 5.477 ton per tahun.

“Selain harganya terjangkau, pemanfaatan buah siwalan juga dapat membantu perekonomian warga,” ucapnya.

Baca Juga: Waspada Pakai Masker, Jangan Sampai Salah Pilih Masker Palsu 

2. Tempurung siwalan dihidrasi untuk jadi arang

Diklaim Efektif, Mahasiswa ITS Gagas Filter Masker Tempurung SiwalanDokumen Pribadi

Tahapan pertama untuk membuat limbah tempurung siwalan menjadi karbon aktif adalah proses pencucian untuk menghilangkan kotoran yang menempel lalu dikeringkan di oven bersuhu 150 °C selama dua jam untuk menghilangkan kandungan air atau yang disebut proses dehidrasi.

Setelah itu, tempurung siwalan akan melewati tahap karbonisasi. Sebanyak 1 kilogram sabut siwalan ditempatkan dalam wadah tertutup dan dipanaskan dalam tanur pada suhu 300 °C selama sejam.

“Tempurung siwalan ini akan berubah menjadi bentuk arang yang kemudian didinginkan, digiling dan diayak hingga arang berukuran 90 mesh,” tuturnya.

3. Arang akan diaktifasi menjadi karbon aktif

Diklaim Efektif, Mahasiswa ITS Gagas Filter Masker Tempurung Siwalanmolekule.com

Setelah melewati tahap karbonisasi, arang yang diperoleh akan masuk ke tahap aktivasi. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan pori-pori permukaan arang, sehingga dapat meningkatkan daya adsorpsi terhadap cairan dan gas. Pada tahap ini, karbon direndam dengan natrium karbonat (Na2CO3) 25 persen.

“Penggunaan Na2CO3 karena sifatnya yang nontoxic sehingga ramah lingkungan dan harganya terjangkau dibandingkan aktivator lain,” imbuhnya.

Proses aktivasi ini dilakukan selama 24 jam dengan perbandingan massa arang dan volume aktivator adalah 1:10. Selanjutnya dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring, pencucian arang aktif dengan aquades, lalu dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 150 °C selama empat jam.

Terakhir, tempurung siwalan yang sudah menjadi karbon aktif ini dibentuk menjadi lembaran tipis. Maka karbon aktif perlu ditambahkan bubuk kitosan yang sudah dilarutkan dalam asam asetat 2 persen, dengan perbandingan 50:50.

“Senyawa kitosan ini antimikroba, tidak beracun, dan memiliki kapasitas adsorpsi yang tinggi,” paparnya.

4. Diklaim efektif saring virus corona

Diklaim Efektif, Mahasiswa ITS Gagas Filter Masker Tempurung SiwalanFreepik

Hasil pencampuran karbon aktif dengan kitosan ini nantinya menghasilkan lembaran karbon aktif dengan ukuran pori-pori sebesar 3,702 nanometer. Ukuran pori-pori ini efektif menyaring berbagai macam debu, udara beracun, bakteri, virus yang berukuran sekitar 125 nanometer, bahkan virus corona yang ada saat ini.

“Filter karbon aktif ini dapat digunakan sebagai filter masker kain dalam waktu 4-7 hari pemakaian,” jelasnya.

Dalam pengembangan gagasan ini, Eunike menemukan kendala mengenai proses pengubahan karbon aktif menjadi lembaran. Ia berharap ke depannya gagasannya dapat dikembangkan lagi agar bisa diemplementasikan bagi masyarakat.

“Hingga saat ini saya belum dapat menemukan penelitian mengenai hal tersebut," tutupnya.

Baca Juga: 5 Manfaat Buah Siwalan yang Luar Biasa, Sudah Tahu?

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya