Tren Serial Film, Bisakah Geser TV dan Bioskop?

Film serial di aplikasi kini kian digandrung masyarakat, utamanya milenial dan Gen-Z. Tontonan menjadi opsi baru penutupan bisokop selama pandemik COVID-19. Menurut Pakar perfilman Universitas Airlangga (Unair), Liestianingsih Dwi Dayanti tren ini menjadi fenomena menarik. Tak hanya faktor pandemik tapi memang karena digitalisasi.
1. Banyak platform untuk nonton film
Lies--sapaan karibnya- mengatakan, selama ini biasanya menonton film melalui TV dan bioskop. Setelah era digital ini semua menjadi berubah, kehidupan kita benar-benar berada di gawai. Segala aktivitas yang dilakukan manusia saat ini tidak bisa lepas dari penggunaan teknologi komunikasi.
Berbagai macam jasa seperti platform musik, film, hingga platform e-commerce semua bisa diakses dalam satu perangkat gawai. Para pengusaha menangkap peluang tersebut dengan memanfaatkan teknologi yang ada untuk berjualan.
“Salah satunya yang ditangkap baik oleh pengusaha adalah dengan menciptakan aplikasi seperti Netflix dan WeTV yang memberikan layananan untuk menonton film,” ujarnya tertulis, Kamis (3/2/2022).
2. Penonton bisa memilih waktu menonton
Dosen Departemen Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) itu menyebut, adanya aplikasi-aplikasi untuk menonton film serial ini membuat masyarakat dengan mudah dan fleksibel menonton film. Adanya aplikasi tersebut sangat memudahkan manusia dalam mengakses hiburan dan informasi.
“Hal itu menjadi salah satu kekuatan yang dimiliki oleh aplikasi tersebut sehingga sangat disukai,” kata dia.
Kelebihan lain, lanjut Lies, beberapa film serial bisa ditonton gratis. Seperti halnya di WeTv. Dia menyampaikan, WeTV tidak mengunci programnya sehingga penonton bisa dengan gratis menonton dan mengunduh serta mengunggah potongan scene film di platform lain.
“Tapi sadar atau tidak, hal tersebut merupakan cara WeTV untuk menyebarluaskan web series sehingga menjadi media promosi yang sangat murah,” tambahnya.
Potongan scene film yang dapat dilihat di Tiktok, Instagram, ataupun YouTube secara tidak langsung mempromosikan film tersebut. Orang lain yang sebelumnya tidak peduli dengan web series merasa penasaran sehingga terdorong untuk ikut menonton. “Akhirnya akan ada banyak orang yang menonton web series tersebut,” ucapnya.
Baca Juga: 'Kinan' Asli di Layangan Putus Akhirnya Bisa Pergi ke Cappadocia
3. Tak dapat gantikan bioskop dan TV
Meski begitu, Lies menegaskan aplikasi-aplikasi yang ada tidak dapat menggantikan TV dan bioskop. Menurutnya, setiap media memiliki karakter dan kelebihan dan kekurangan masing-masing. “Karakter inilah yang membuat media tersebut menjadi unik,” jelasnya.
TV tidak bisa digantikan dengan aplikasi karena hingga saat ini adanya TV masih disukai oleh beberapa kalangan penonton. Lies memberikan contoh ketika sinetron Ikatan Cinta menjadi booming di masyarakat. Penontonnya memobilisasi pendapat atau isu tentang Ikatan Cinta juga luar biasa.
"Hal ini menunjukkan bahwa TV juga masih suka ditonton oleh banyak orang,” imbuhnya.
Sedangkan untuk bioskop, penonton juga akan merasakan sensasi yang berbeda dibandingkan ketika menonton web series di rumah. Bioskop menawarkan ruangan yang nyaman, suara yang mendukung, dan keindahan visual yang ditonton.
Baca Juga: Ternyata 3 Hal Ini Loh yang Bikin 'Layangan Putus' Booming