TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bimbangnya Dokter Surabaya Jadi Penerima Vaksin COVID-19 Tahap Pertama

Ada yang enggan, ada juga yang bersedia

Ilustrasi vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Surabaya, IDN Times - Vaksin COVID-19 saat ini sudah tiba di Jawa Timur. Para tenaga kesehatan menjadi golongan pertama yang diprioritaskan untuk mendapatkan vaksin ini.

Namun, berbagai dilema terjadi, mulai dari belum selesainya uji klinis hingga izin edar dari BPOM yang tak kunjung keluar. Ada sebagian yang menerima vaksin ini dan memilih percaya pada pemerintah. Ada pula yang menolak sebelum ada kejelasan soal efektivitas dan efek samping vaksin.

1. Dokter RSUA masih ragu dengan keamanan dan efektivitas vaksin COVID-19

Pengiriman vaksin Sinovac ke kantor Dinkes Jatim, Senin (4/1/2021). IDN Times/ Dok. Istimewa

Salah seorang tenaga kesehatan yang berkeinginan untuk menunda vaksinasi terhadap dirinya adalah dr. Alfian Nur Rosyid dari Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA). Alfian berpendapat, ketidakjelasan status efektivitas dan keamanan vaksin COVID-19 tersebut membuat dirinya ragu disuntik.

"Kalau saya pribadi tanpa memprovokasi siapa pun, saya belum berkenan. Ini kan masih simpang siur. BPOM juga belum memberikan izin secara resmi. Dinyatakan di Bandung juga belum selesai. Bisa jadi uji di negara lain efektif untuk orang-orang di wilayah tersebut. Kalau di tempat kita, apakah sama efektifnya?" ujar Alfian saat dihubungi IDN Times, Jumat (8/1/2021).

2. Memilih menunggu kejelasan hasil uji klinis dan izin edar BPOM

Ilustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Alfian mengatakan, pertanyaan besar terkait vaksin ini juga dirasakan oleh rekan-rekan sejawatnya. Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi (paru) ini memilih untuk menanti kejelasan safety and efficacy dari vaksin COVID-19 yang akan disuntikan kepadanya.

"Itu yang membuat saya dan teman-teman itu masih bertanya, kira-kira vaksin yang akan diberikan ini aman, efektif, atau tidak ada efek samping. Jangan-jangan setelah divaksin ternyata ada efek samping, karena kalau vaksin COVID-19 ini kan percepatan," tuturnya.

Baca Juga: Distribusi Vaksin COVID-19, Kota Batu Tunggu Petunjuk Pemprov Jatim

3. Masih bisa bertahan dengan protokol kesehatan

Ilustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Alfian yang juga merupakan Juru Bicara Satgas COVID-19 RSUA ini merasa tidak perlu terburu-buru untuk divaksin. Pasalnya, hingga saat ini ia masih bisa bertahan dari paparan COVID-19 tanpa bantuan vaksin. Meski berada di garda terdepan penanganan pasien COVID-19, cukup dengan protokol kesehatan yang taat, Alfian tetap sehat.

"Selama kita melakukan protokol, ya Alhamdulillah teman-teman yang patuh tidak ada yang terinfeksi. Saya sendiri sampai saat ini swab-nya negatif. Meski belum vaksin, tapi kalau protokol ditegakkan, ya Alhamdulillah bisa bertahan, gak positif," ungkapnya.

4. Ada pula yang sudah siap sedia

Pengiriman vaksin Sinovac ke kantor Dinkes Jatim, Senin (4/1/2021). IDN Times/ Dok. Istimewa

Di sisi lain, dr. Makhyan Jibril Al Farabi memilih untuk menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada pemerintah. Menurut Jibril, vaksin COVID-19 merupakan perlindungan tambahan yang bisa memberikan rasa aman lebih kepada tenaga kesehatan dalam melayani pasien.

"Jadi, saya bersedia untuk divaksinasi bulan ini. Hal ini juga untuk memberikan contoh bagi para tenaga kesehatan yang juga berada di garda terdepan untuk segera divaksinasi dan mendapatkan perlindungan. Sehingga, bisa fokus untuk melayani dan menolong pasien COVID-19," jelas pria yang kini menjadi dokter residen kardiologi di Universitas Airlangga (Unair) tersebut.

Bahkan, Jibril sudah memeriksa identitasnya di Peduli Lindungi untuk memastikan bahwa ia mendapatkan vaksin COVID-19. Ia pun terdaftar menjadi penerima vaksin tahap pertama sebagai tenaga kesehatan.

Baca Juga: Vaksin COVID-19 Tiba Akhir Januari, Ini Persiapan Satgas Banyuwangi

Berita Terkini Lainnya