20 Persen Masyarakat Jatim Belum Terjangkau Internet

Surabaya, IDN Times - Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indo Jawa Timur (APJII Jatim) menargetkan pengguna internet di Jawa Timur menargetkan pengguna internet mencapai 100 persen. Ada beberapa kendala APJII Jatim untuk mencapai target tersebut.
Ketua APJII Jatim, Ayom Rahwana mengatakan, pengguna internet di Jatim saat ini masih 80 persen. Sehingga APJII Jatim menarget 20 persen bisa menggunakan internet.
"Kita baru menjangkau 80 persen jumlah pengguna internet di Jatim. Masih ada 20 Persenan lagi penduduk Jatim yang butuh internet," ujar Ayom saat acara Musyawarah Wilayah APJII Jatim 2024 di Hotel Morazen Surabaya, Selasa (17/12/2024).
Menurut Ayom, dengan tercapainya target 100 persen itu, diharapkan ekonomi masyarakat juga bisa meningkat. Sebab, melalui internet, masyarakat bisa menggunakan untuk kegiatan ekonomi seperti pemasaran dan kegiatan ekonomi lainnya.
"Internet ini menjadi motor untuk ekonomi, karena sekarang orang sekarang menggunakan internet. Mulai dari cari barang, jual barang sampai administrasi kependudukan," ungkapnya.
Ia menyebut, tantang APJII Jatim dalam menjangkau pengguna internet adalah masalah geografis. Terutama, wilayah yang berada di kepulauan.
"Kepualuan itu jadi problem tersendiri. Pulau Bawean, Masalembu jadi masalah sendiri, penyelesaiannya rumit. Nah yang tidak terlalu rumit ini masih di daratan ini saja masih ada wilayah susah," ungkap dia.
Selain masalah geografis, regulasi di setiap daerah juga menjadi salah satu tantangan paling besar. Regulasi daerah terkadang membuat industri penyedia jasa internet enggan melakukan investasi.
"Jadi memang kalau memang kalau geografis ini tantangannya lebih ke kepastian hukum. Jadi memang regulasi kita ini belum bersahabat bagi industri yang kecil. Kalau yang sudah besar mungkin oke, dananya kuat. Tapi bagi mereka yang modalnya kecil. Masih berbenturan dengan berbagai macam aturan, regulasi daerah," ungkap dia.
Belum lagi, biaya lain-lain seperti misalnya pungutan liar di jalan, kemudian masih harus berurusan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat. Hal ini justru membuat perusahaan penyedia layanan internet mengeluarkan biaya lebih besar.
"Itu bisa mencapai 30-40 persen cost, Tergantung wilayah, Katakanlah biaya investasi kita 1 kilometer itu 40 juta, tapi dengan regulasi itu bisa mencapai 70 an," ungkap dia.
Ayom menyebut, saat ini jumlah Internet Service Provider (ISP) atau Penyelenggara Jasa Internet di Jatim mencapai 148. Dari jumlah tersebut, wilayah dengan ISP terendah ada di Pulau Madura, yakni hanya 4 ISP.
"Ke Madura, itu jumlah ISP sangat kurang, madura itu sebenarnya kalau kita bilang wilayah daratan itu banyak blank spot-nya. Di Madura itu terlalu minim, jumlah ISP di Jatim ini total ada 148, yang di madura hanya 4 ISP, Sedangkan Banyuwangi ada 14. Hal-hal begini jadi tidak seimbang," pungkas dia.