6 Fakta Sedih dalam Dunia Naruto yang Jarang Dibahas

Dalam dunia Naruto, terdapat banyak elemen tragis yang sering kali tersembunyi di balik kisah-kisah penuh aksi dan petualangan. Banyak karakter dalam cerita ini menghadapi penderitaan, pengorbanan, dan luka batin yang mendalam, yang terkadang tidak terlihat oleh penonton.
Fakta-fakta ini memperlihatkan sisi gelap dari kehidupan para shinobi, di mana keputusan-keputusan sulit sering kali harus diambil demi melindungi orang lain atau mencapai tujuan yang lebih besar. Kesepian, pengkhianatan, dan penebusan juga menjadi bagian penting dari alur cerita Naruto, menunjukkan bahwa di balik setiap kemenangan atau kekuatan, ada harga yang harus dibayar.
Semua ini menambah kedalaman emosional pada cerita, membuat dunia Naruto terasa lebih realistis dan manusiawi, di mana setiap karakter memiliki cerita tragis yang membentuk siapa mereka sebenarnya. Berikut adalah 6 fakta sedih dalam dunia Naruto yang jarang dibahas.
1. Desa Amegakure tetap tidak berubah sekalipun serial Naruto berakhir

Amegakure atau Desa Hujan, adalah salah satu desa yang paling misterius dan tragis dalam dunia Naruto. Desa ini dikenal karena sejarah panjangnya yang dipenuhi dengan konflik, perang, dan penderitaan. Selama bertahun-tahun, Amegakure menjadi medan pertempuran bagi desa-desa ninja besar yang saling berperang, menyebabkan kerusakan yang tak terhitung pada infrastruktur dan kehidupan penduduknya.
Meskipun desa ini sempat dipimpin oleh Nagato (Pain) dengan tujuan untuk membawa perdamaian melalui kekuatan, metode brutal yang digunakan dan kehancuran yang ditimbulkannya hanya memperburuk kondisi desa tersebut. Ketika serial Naruto berakhir, Amegakure tetap berada dalam bayang-bayang masa lalunya yang kelam.
Setelah kematian Nagato dan kekalahan Akatsuki, tidak ada pemimpin yang kuat atau berpengaruh yang mampu mengangkat desa ini dari keterpurukan. Amegakure tetap terisolasi dari desa-desa besar lainnya, dengan penduduknya yang masih hidup dalam ketakutan dan kemiskinan.
Infrastruktur desa yang hancur, gedung-gedung tinggi yang ditinggalkan, dan cuaca yang selalu hujan menjadi simbol dari kesedihan dan keputusasaan yang mendarah daging di desa ini. Bahkan setelah perang besar keempat berakhir dan kedamaian mulai tercipta di dunia ninja, Amegakure tetap tertinggal, terjebak dalam siklus penderitaan yang seolah tak berujung.
Sementara desa-desa besar seperti Konoha dan Suna berhasil membangun kembali dan mencapai kedamaian, Amegakure tetap terjebak dalam masa lalu, membuktikan bahwa luka dari perang dan kekerasan tidak selalu bisa disembuhkan, bahkan setelah perdamaian tercapai di tempat lain.
2. Konan telah menyiapkan 800 triliun kertas peledak untuk membunuh Obito Uchiha, namun usahanya gagal

Setelah mengetahui kebenaran tentang siapa sebenarnya Obito Uchiha dan perannya dalam pembantaian teman-teman dan mentornya, Konan merencanakan serangan balas dendam yang teliti dan mematikan. Dia menyadari bahwa Obito adalah ancaman yang sangat kuat dan berbahaya, jadi dia memutuskan untuk tidak meninggalkan celah dalam rencananya.
Konan, yang memiliki kemampuan untuk mengubah tubuhnya menjadi kertas, menyiapkan 800 triliun kertas peledak yang membelah lautan sebagai jebakan untuk mengalahkan Obito.
Strategi Konan sangat cerdas dan menunjukkan betapa bertekadnya dia untuk mengalahkan Obito. Dia memanfaatkan kemampuan Mangekyō Sharingan dan Kamui milik Obito, yang memungkinkan Obito untuk berpindah antara dimensi dan menghindari serangan fisik. Konan menyadari bahwa Obito membutuhkan waktu sekitar lima menit untuk menjaga tubuhnya tetap intangible (tidak dapat disentuh) menggunakan Kamui.
Oleh karena itu, dia merancang serangan yang berkelanjutan dengan kertas peledak selama sepuluh menit penuh, memastikan bahwa Obito tidak memiliki tempat untuk bersembunyi dan akhirnya akan terkena ledakan tersebut. Meskipun rencana Konan sangat cermat dan hampir berhasil, Obito pada akhirnya berhasil selamat menggunakan kekuatan Izanagi, teknik terlarang dari klan Uchiha yang memungkinkan dia mengubah kenyataan untuk menyelamatkan dirinya.
3. Itachi memiliki monumen pribadi yang bertuliskan "Seorang anak kecil yang mengorbankan dirinya untuk menyelesaikan masalah orang dewasa"

Dalam novel Itachi Shinden dan Sasuke Shinden, diceritakan bahwa ada sebuah monumen patung Itachi Uchiha yang terletak di sebuah desa kecil.
Setelah Itachi menjadi ninja pelarian dan bergabung dengan Akatsuki, ia pernah membantu desa kecil tersebut saat ia sedang mencari obat untuk penyakit autoimunnya. Pada waktu yang bersamaan, desa itu diserang oleh ninja buron.
Tanpa mengenakan jubah Akatsuki, Itachi membantu desa tersebut dan berhasil mengusir para ninja berandalan. Sebelum pergi, Itachi meninggalkan pesan kepada penduduk desa, "Jika suatu saat ada seseorang dengan mata yang sama seperti milikku datang ke sini, itu berarti aku sudah mati."
Sebagai bentuk penghargaan atas bantuan Itachi, penduduk desa membangun monumen untuknya. Bertahun-tahun kemudian, Sasuke mengunjungi desa tersebut dan melihat patung kakaknya, di salah satu sisi batu terukir sebuah kalimat yang tertulis "Seorang anak kecil yang mengorbankan dirinya untuk menyelesaikan masalah orang dewasa."
Monumen ini dibuat jauh sebelum nama Itachi Uchiha dibersihkan di era Kakashi, dan melihat serta membaca monumen tersebut membuat Sasuke sangat terkejut.
4. Selain Orochimaru, Hidan adalah karakter yang abadi, namun sialnya ia bertarung dengan ahli strategi terbaik di dunia ninja

Hidan, salah satu anggota Akatsuki, adalah karakter yang dikenal karena kekuatannya yang unik dan mengerikan, yaitu keabadian dan kemampuan melakukan ritual jashin. Ritual ini memungkinkannya untuk merasakan rasa sakit yang sama dengan korbannya setelah dia mendapatkan darah mereka, yang pada akhirnya menyebabkan kematian bagi korbannya tanpa menyentuh mereka secara langsung.
Namun, Hidan akhirnya dikalahkan oleh Shikamaru Nara, seorang ninja yang dikenal karena kecerdasannya dan kemampuan berpikir strategis yang luar biasa.
Setelah Hidan membunuh Asuma Sarutobi, salah satu mentor dan orang yang sangat dihormati oleh Shikamaru, Shikamaru memutuskan untuk membalas dendam. Dia mempelajari semua yang bisa dia ketahui tentang kemampuan Hidan, termasuk kelemahannya. Shikamaru menggunakan kecerdasannya untuk mempersiapkan jebakan yang sangat terencana. Dia mengatur pertarungan di hutan yang telah dia persiapkan sebelumnya, lengkap dengan perangkap dan segel khusus untuk menangkap Hidan.
Dalam pertarungan tersebut, Shikamaru berhasil memisahkan Hidan dari rekan setimnya, Kakuzu, dan memancingnya ke dalam jebakan. Dengan menggunakan kemampuannya untuk mengendalikan bayangan, Shikamaru memaksa Hidan melakukan ritual Jashin yang salah, di mana Hidan secara tidak sadar menyakiti dirinya sendiri alih-alih Shikamaru. Shikamaru kemudian menggunakan peledak untuk menjebak Hidan di dalam lubang yang dalam, yang telah dia persiapkan sebelumnya.
Hidan terkubur hidup-hidup, terpotong-potong dan terperangkap di dalam hutan keluarga Nara, di mana dia akan tetap terjebak selamanya, tidak bisa bergerak dan tidak bisa mati karena keabadiannya. Kematian Hidan, atau lebih tepatnya hukuman abadi yang diterimanya, adalah bukti dari kecerdikan Shikamaru.
5. Asuma mati ketika Kurenai sedang mengandung anaknya

Asuma Sarutobi meninggal dunia saat istrinya, Kurenai Yuhi, sedang mengandung anak mereka yang di masa depan diberi nama Mirai Sarutobi. Asuma, yang merupakan anggota Tim 10 dan seorang ninja kuat, tewas dalam pertempuran melawan Hidan dan Kakuzu, dua anggota berbahaya dari organisasi Akatsuki.
Pertarungan terakhir Asuma sangat intens dan penuh risiko, di mana dia berjuang keras untuk melindungi desa dan timnya. Namun, luka-luka yang dia alami terlalu parah, dan dia akhirnya meninggal dunia. Kematian Asuma meninggalkan Kurenai dalam keadaan hamil dan menghadapi masa depan yang penuh tantangan tanpa kehadiran suaminya.
Kurenai harus melanjutkan hidupnya dan merawat Mirai Sarutobi sebagai ibu tunggal. Kehilangan Asuma di masa-masa seperti itu membuat cerita ini semakin menyentuh, memperlihatkan bagaimana pengorbanan seorang shinobi mempengaruhi keluarga mereka. Mirai, yang lahir setelah kematian Asuma, menjadi simbol cinta dan pengorbanan Asuma.
6. Akatsuki kehilangan arah dari tujuan awal setelah kematian Yahiko

Akatsuki awalnya didirikan oleh Yahiko, Nagato (Pain), dan Konan dengan tujuan untuk membawa perdamaian sejati ke dunia shinobi yang penuh konflik. Pada awalnya, tujuan mereka adalah menciptakan dunia yang bebas dari perang dan penderitaan dengan cara menyatukan kekuatan mereka untuk mengatasi ketidakadilan yang terjadi di sekitar mereka.
Namun, setelah kematian tragis Yahiko dalam pertempuran melawan Hanzo dan pasukannya, arah dan tujuan Akatsuki mulai mengalami perubahan signifikan. Kematian Yahiko meninggalkan kekosongan besar dalam ideologi dan kepemimpinan kelompok tersebut. Nagato, yang sangat terpukul oleh kehilangan temannya, kemudian mengambil alih kepemimpinan dan memutuskan untuk melanjutkan visi Akatsuki, tetapi dengan pendekatan yang jauh lebih keras dan ekstrim.
Di bawah pimpinan Nagato, tujuan Akatsuki bergeser dari sekadar mencari perdamaian menjadi menggunakan kekuatan dan kekerasan untuk memaksakan perdamaian mereka melalui dominasi dan kontrol. Metode baru ini mencakup serangan teroris dan paksaan untuk mendapatkan kendali atas dunia ninja.
Perubahan tujuan ini menciptakan perpecahan dan konflik di dalam Akatsuki, serta di luar organisasi. Metode ekstrem Nagato, yang dikenal dengan nama Pain, tidak hanya mengubah cara Akatsuki beroperasi tetapi juga menyebabkan ketegangan dengan anggota lain yang memiliki pandangan berbeda. Ini membuat Akatsuki kehilangan arah dan fokus dari tujuan awal mereka, menjadikannya sebagai kelompok yang lebih terpecah dan berbahaya.