Warga Malang Demo, Tolak Premanisme di Terminal Arjosari

- Warga Malang demo menolak premanisme di Terminal Arjosari
- Warga resah dengan pungutan liar dan kekerasan oleh preman di terminal
- Pengelola Terminal Arjosari setuju 7 poin kesepakatan dengan demonstran, termasuk pendataan mandor dan jupang serta penolakan terhadap premanisme
Malang, IDN Times - Puluhan orang melakukan aksi demo di Terminal Arjosari. Mereka memasang spanduk dan menyuarakan aksi untuk menolak semakin banyaknya preman yang berkeliaran di Terminal Arjosari. Sebanyak 5 spanduk terpasang di kawasan pintu masuk dan pintu keluar Terminal Arjosari Malang.
1. Warga resah dengan preman karena melakukan pungli seenaknya

Salah satu demonstran yang tidak mau disebut namanya mengatakan jika mereka melakukan aksi karena semakin merajalelanya premanisme di Terminal Arjosari. Mereka yang bekerja sebagai sopir bus mendapat pungutan liar (pungli) saat akan melaksanakan aktivitas seperti menunggu penumpang di Terminal Arjosari. Tidak hanya sopir, pedagang asongan juga kerap kena pungli oleh preman.
"Kita sering diancam mendapatkan kekerasan kalau tidak memberikan sejumlah uang kepada preman di sini. Kami ingin premanisme dan kekerasan dihapus di Terminal Arjosari, jangan sampai penumpang dibuat tidak nyaman oleh preman," terangnya saat melakukan aksi pada Selasa (1/7/2025) sore.
Pengelola Terminal Arjosari Malang kemudian menerima perwakilan demonstran untuk melakukan audiensi tertutup di lantai 2 Kantor Terminal Tipe A Arjosari. Sehingga disepakati sejumlah pertandingan dengan perwakilan massa aksi.
2. Pengelola Terminal Arjosari setujui 7 poin kesepakatan dengan demonstran

Kepala Terminal Tipe A Arjosari, Mega Perwira Donowati mengatakan jika mereka menerima masukan dari demonstran yang datang hari ini. Ia juga menyampaikan telah menerima 7 poin kesepakatan yang dimintai para demonstran.
"Ada 7 poin kesepakatannya yang disampaikan tadi, salah satu poinnya yaitu warga dan Terminal Arjosari mendukung untuk menolak premanisme dari dalam Terminal Arjosari dan sekitar Terminal Arjosari. Terus kesepakatan lainnya adalah nanti akan dirutinkan kegiatan keagamaan bersama dengan warga agar tercipta tali silaturahmi yang erat dengan warga," jelasnya.
Terkait premanisme, Mega mengungkapkan akan melakukan pendataan terkait jumlah mandor dan juru penumpang (jupang) di Terminal Arjosari. Ternyata ia tidak mengetahui pasti jumlah mandor dan jupang saat ini di Terminal Arjosari.
"Kalau didapati mandor dan jupang yang tidak resmi dari perusahaan, maka akan kami usir keluar, tidak kami izinkan berada di dalam terminal. Lalu yang kedua, kami akan rutin melakukan pemeriksaan atau skrining di lapangan terhadap jupang dan mandor ini, agar tidak terjadi pihak-pihak yang menunggangi mengatasnamakan jupang mandoran lagi, supaya kejadian yang kemarin (pengeroyokan) itu tidak terulang lagi di dalam terminal," ujarnya.
3. Mega tidak bisa memastikan apakah tersangka pengeroyokan adalah jupang resmi

Ketika disinggung apakah jupang yang melakukan pengeroyokan pada anggota POMAL adalah jupang resmi, Mega tidak bisa menjawab pasti. Ia hanya menyampaikan kalau jupang resmi seharusnya memakai rompi yang telah disediakan. Jika ada jupang yang tidak memakai rompi, artinya mereka bukan jupang resmi dj Terminal Arjosari.
"Seperti yang sudah saya sampaikan beberapa waktu lalu di pertemuan dengan mandor dan jupang pada sekitar bulan Mei akhir kemarin, saya meminta kepada jupang dan mandornya menggunakan rompi, rompi yang dilengkapi identitas dari masing-masing perusahaan. jadi rompi ini sebagai identitas bahwasannya mereka memang resmi dari perusahaan gitu loh jadi bukan jupang liar atau jupang yang hanya mengaku-ngaku saja," pungkasnya.