Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Sumpah Pemuda di Jatim Bahas Fenomena Anarkisme, Terorisme Hingga LGBT

20251027_151828.jpg
Kadispora Jatim, M. Hadi Wawan Guntoro (tengah) saat pemaparan di Teras Informasi Diskominfo Jatim. IDN Times/Ardiansyah Fajar.
Intinya sih...
  • Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan menggelar peringatan Hari Sumpah Pemuda di Taman Candra Wilwatikta, Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
  • Acara tersebut membahas isu-isu krusial seperti anarkisme, radikalisme, dan fenomena LGBT yang tengah marak di kalangan anak muda.
  • Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga Jatim, M. Hadi Wawan Guntoro, menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam deteksi dini terhadap aktivitas mencurigakan di lingkungan sekitar.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) akan menggelar peringatan Hari Sumpah Pemuda di Taman Candra Wilwatikta, Pandaan, Kabupaten Pasuruan, pada Selasa (28/10/2025). Acara tersebut bakal menghadirkan berbagai elemen kepemudaan untuk membahas isu-isu krusial yang tengah marak di kalangan anak muda, mulai dari anarkisme, radikalisme, hingga fenomena LGBT.

Peringatan Sumpah Pemuda 2025 ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan, solidaritas, dan tanggung jawab sosial generasi muda Jawa Timur di tengah berbagai tantangan moral dan sosial yang terus berkembang.

Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Kadispora) Jatim, M. Hadi Wawan Guntoro, menjelaskan bahwa peringatan Sumpah Pemuda kali ini tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga menjadi ruang refleksi bagi generasi muda untuk menghadapi tantangan zaman.

“Kita undang BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Ada duta damai, IPNU, Ansor, santri, dan berbagai elemen kepemudaan lainnya. Untuk aksi anarkis kemarin sampai LGBT juga akan kami bahas bersama,” ujarnya saat acara Teras Informasi Diskominfo Jatim, Senin (27/10/2025).

Menurut Hadi, fenomena LGBT menjadi perhatian serius setelah terungkapnya pesta seks sesama jenis di salah satu hotel di Surabaya. Kasus tersebut, katanya, menjadi warning bagi seluruh daerah di Jawa Timur agar lebih waspada terhadap aktivitas serupa.

"Saya berharap semua daerah di Jawa Timur menjadikan kasus pesta sesama jenis di Surabaya sebagai peringatan bersama. Kita harus meningkatkan kewaspadaan terhadap praktik-praktik yang tidak sesuai dengan norma masyarakat, salah satunya LGBT,” tegasnya.

Hadi menilai, fenomena LGBT bukan hanya persoalan moral, tetapi juga berdampak pada kesehatan masyarakat. Ia mencontohkan bahwa tingginya kasus HIV/AIDS di beberapa daerah kerap menunjukkan korelasi dengan perilaku hubungan sesama jenis.

“Salah satu indikatornya adalah tingkat HIV. Itu bisa dilihat nanti, apakah ada korelasi positif dengan fenomena LGBT. Ini perlu dicek dan diwaspadai bersama,” ungkapnya.

Hadi mengaku, meskipun pihaknya belum memiliki data rinci terkait sebaran kasus LGBT di Jawa Timur, indikasi peningkatan aktivitas tersebut sudah mulai tampak di sejumlah wilayah. Ia menuturkan pengalamannya saat bertugas di Kabupaten Bondowoso pada tahun 2024, di mana peningkatan kasus HIV cukup signifikan.

“Waktu saya bertugas di Bondowoso, indikasi LGBT cukup tinggi karena kasus HIV-nya juga meningkat. Tapi untuk daerah lain saya belum tahu pasti,” bebernya.

Sebagai langkah antisipasi, Hadi menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam deteksi dini terhadap aktivitas mencurigakan di lingkungan sekitar. “Kalau ada aktivitas yang terasa tidak wajar, laporkan saja ke RT, RW, atau kepala desa. Prinsipnya adalah peduli terhadap lingkungan kita,” ujarnya.

Ia juga mendorong peningkatan pengawasan terhadap tempat-tempat yang berpotensi digunakan sebagai lokasi kegiatan tertutup, seperti hotel, vila, atau penginapan. “Biasanya kegiatan seperti itu dilakukan di tempat yang jauh dari keramaian. Maka izin kegiatannya harus jelas, siapa penanggung jawabnya, dan perlu diawasi,” jelasnya.

Meski demikian, Hadi menegaskan bahwa langkah kewaspadaan tersebut tidak boleh disalahartikan sebagai bentuk diskriminasi. “Kita tidak menstigma, tapi menjaga agar norma-norma sosial tetap terpelihara. Kalau ada yang mencurigakan, cukup dilaporkan ke aparat agar ditindak sesuai aturan,” pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Faiz Nashrillah
EditorFaiz Nashrillah
Follow Us

Latest News Jawa Timur

See More

Sumpah Pemuda di Jatim Bahas Fenomena Anarkisme, Terorisme Hingga LGBT

27 Okt 2025, 18:31 WIBNews