Rumah Sakit Pemerintah Bakal Punya Robot Medis

- Kementrian Kesehatan akan hadirkan robot medis di rumah sakit pemerintah sebagai alternatif pengobatan.
- Riset efektivitas penggunaan robot untuk penyembuhan pasien sedang dilakukan oleh Kemenkes.
- Prioritas teknologi robot adalah untuk penyakit Kanker, Jantung, Stroke, Urologi (KJSU), dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Surabaya, IDN Times - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bakal menghadirkan robot medis sebagai alternatif pengobatan di rumah sakit milik pemerintah. Kini, Kemenkes tengah melakukan riset terkait efektivitas penggunaan robot untuk penyembuhan pasien.
Tenaga Ahli Kemenkes Bidang Inovasi Kesehatan, Agung Tjahajana Wirakusuma mengatakan, Indonesia cukup tertinggal penggunaan robot di dunia medis. Sehingga, Kemenkes ingin mengejar ketertinggalan itu agar pengobatan di Indonesia kian maju.
"Kami terbantu, karena swasta sudah masuk di area itu (robot di dunia medis). Jadi kita ditengarai bahwa di bidang robotika itu Indonesia relatif tertinggal. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan sedang mengejar ketertinggal itu," ujar dia, Rabu (19/11/2025).
Selama ini, rumah sakit milik pemerintah belum ada yang memiliki robot untuk pengobatan. Mereka hanya mendapat pinjaman dari pihak swasta.
"Kalau yang memiliki pada dasarnya belum ada. Tetapi sudah banyak robot-robot terkenal itu memberikan pinjaman.Ya, misalnya di rumah sakit Cipto. Sudah sering melakukan operasi dengan menggunakan robot dan robot itu memang mereka tujuannya adalah untuk memperkenalkan robot," ungkap Agung.
Menurutnya, penggunakan robot di era saat ini cukup menjadi pertimbangan. Penggunaan teknologi membuat kerja tenaga medis lebih terbantu.
"Alat-alat seperti itu supaya lebih lebih maju ya. Walaupun yang konvensional juga cukup bagus gitu ya. Cuman kan teknologi ini membuat apa namanya operasinya itu lukanya lebih kecil, lebih teliti, lebih cepat," sebutnya.
Rencananya, tahun depan sejumlah rumah sakit milik pemerintah akan memiliki robot. Tetapi, pengadaan robot baru diprioritaskan untuk rumah sakit paripurna.
"Insyaallah. Kita lagi berusaha (menghadirkan robot di rumah sakit pemerintah). Dan bayangannya sudah ada. Bayangannya sudah ada. Ya, yang di rumah sakit Paripurna ya," kata dia.
Selain itu, prioritas teknologi robot adalah untuk penyakit Kanker, Jantung, Stroke, Urologi (KJSU), dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Kemenkes saat ini sedang melakukan kajian mengenai efektivitas robot di dunia medis.
"Sekarang ini tim ini sedang mengkaji, yang mana dulu, robotnya apa, karena menghitung kira-kira apakah ini memang lebih baik dengan konvensional atau enggak. Kira-kira nanti juga harus dibangun sistemnya, pemeliharaannya, kemampuan untuk membuat alat-alat habis pakai dan sebagainya," sebut dia.
Kemenkes pun meninjau beberapa rumah sakit di Indonesia yang memiliki robot. Salah satunya di National Hospital Surabaya.
Manajer Umum Medis & Keperawatan National, dr. Jordan Bakhriansyah, Sp. Jp, FIHA mengatakan, robot milik mereka yang ditunjukkan kepada tim dari Kemenkes adalah yang membantu rehabilitasi pasien stroke. Robot itu membantu pasien bisa berdiri tegak dan kembali berjalan normal.
"Jadi di mana pasca stroke tentu ada kelemahan anggota badan. Mungkin untuk sekedar berjalan saja kan kan kesulitan. Nah, kita punya robot yang bisa membantu untuk membuat pasien berdiri tegak, meng-assist dia untuk bantu berjalan dan sebagainya," ungkap dia.
Dokter rehabilitasi medik, dr. Farida A. Santoso, Sp.KFR mengatakan, penggunakan robot cukup membanru untuk terapi pasien stroke. Perulangan terapi bisa lebih banyak jika dibandingkan manual.
"Jadi kalau alat robotik itu kelebihannya dibandingkan dengan kita terapi manual adalah perulangan yang bisa lebih banyak, latihannya bisa lebih intensif sehingga misalnya tadi yang seperti disebutkan bahwa langkahnya itu bisa sampai 1000, 1500 per kali sesi terapi bahkan sampai 2000," jelasnya.
Perulangan terapi dan intensitas latihan yang lebih banyak, akan membantu peningkatan neuroplastisitas atau perbaikan saraf. "Terapi robotik itu kita bisa setengah jam sampai 1 jam dengan perulangan yang besar, sehingga efektivitasnya itu lebih besar dibandingkan terapinya sebentar saja dengan manual," ungkap dia.
Bahkan, pasien-pasien yang belum bisa berdiri pun akan dibantu oleh robot. Sehingga, mereka akan lebih mudah menjalankan terapi. "Pasien-pasien yang masih belum bisa berdiri pun sudah bisa dilatih gitu. Kekuatan yang kekuatannya masih lemah itu sudah bisa untuk dibantu untuk berdiri untuk berjalan dengan ditopang," pungkas dia.
















