Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pria di Sidoarjo Meninggal usai Operasi Amandel, Polisi: Proses Lidik

Keluarga Korban saat konferensi pers di LBH Nurani Surabaya, Senin (26/5/2025). (IDN Times/Khusnul Hasana)

Surabaya, IDN Times - Seorang pria warga Sidoarjo, Bagas Priyo Bimantoro (28) meninggal dunia usai menjalani operasi amandel Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar Sidoarjo pada September 2024 lalu. Keluarga menduga ada malapraktik sehingga melaporkan kejadian ini ke polisi. 

Ibu korban, Anju Vijayanti (49) mengatakan, kejadian itu bermula pada 11 September 2024 lalu. Bagas datang untuk operasi amandel yang sudah diderita sejak kecil.  

Rumah sakit menolak karena saat itu Bagas sedang sakit. Mereka meminta Bagas datang lagi saat sudah sehat. 

"Jadi anak saya sempat datang dalam keadaan sakit tenggorokan dan kemudian (rumah sakit mengatakan) enggak bisa kita melakukan operasi, harus nunggu sehat. setelah sehat suruh cek, dia datang lagi cek semuanya," ujarnya saat konferensi pers di LBH Nurani Surabaya, Senin (26/5/2025). 

Pada tanggal 19 September 2024, Bagas pun datang ke rumah sakit. Tanggal 20 September dia rawat inap untuk kemudian keesokan harinya,  21 September 2024 menjalani operasi.

Anju lantas bertanya apa saja yang perlu dilakukan untuk persiapan menjelang opersi, termasuk apakah ada berkas yang perlu ditandatangani. Rumah sakit menyebut tak ada yang perlu ditanda tangani. Seban, Bagas sudah berusia lebih dari 21 tahun. Sehingga Bagas bisa tanda tangan sendiri.

"Saya tanyakan apa ada berkas yang harus saya tanda tangani untuk persiapan operasi tapi pihak perawat menyatakan tidak ada yang perlu Ibu tanda tangani," ujarnya. 

Operasi akan berlangsung pada pukul 12.00 WIB. Bagas harus puasa selama 6 jam sebelum operasi berlangsung . Namun, sebelum menjalani operasi tepatnya pada pukul 07.00 WIB, Anju melihat pihak rumah sakit memberi Bagas makan.  

"Anak saya makan jam 08.00 WIB. Oke, selesai makan 08.30 WIB. Nah berarti kan hanya 4 sampai 5 jam aja anak saya puasa," terangnya.

Pukul 11.00 WIB, perawat datang hendak memberikan makan lagi kepada Bagas. Tetapi batal karena Bagas akan menjalani operasi.

"Kalau dokter bilang, dokter anastesi bilang bahwa sudah cukup (berpuasa) 6 jam untuk dilakukan operasi. Dia yang nyuruh memberikan makan," ungkapnya.

Pukul 11.30 WIB, Bagas kemudian dibawa ke ruang operasi untuk menjalani pengangkatan amandelnya. Operasi berlangsung lebih dari empat jam. 

Sekitar pukul 16.00 WIB, Anju mendapat kabar sang anak dipindah ke ruang ICU. Tak lama, Bagas pun dinyatakan meninggal dunia . "Setelah itu anak saya enggak ada, meninggal (katanya) serangan jantung," ujarnya.

Kepada Anju, pihak rumah sakit mengatakan Bagas meninggal karena kegemukan dan perokok, sehingga mengalami serangan jantung. Padahal, anaknya itu tak pernah punya riwayat penyakit.

"Tidak ada observasi atau apapun tidak ada. Tapi dia sudah bilang, "Ini kegemukan'. Makanya kena serangan jantung. Tensinya juga tinggi 180/200," ujarnya.

Anju merasa bahwa kematian putranya ini ganjal. Sebab, sejak awal pihak rumah sakit seperti mengabaikan beberapa hal, mulai tidak adanya persetujuan sebelum menjalani operasi, hingga tidak ada tindakan observasi 

"Tidak tidak ada observasi sama sekali untuk itu, cek cek lab-nya enggak ada. Dan sebetulnya kalau yang saya tahu kalau besok operasi hari ini kan harus cek lab keseluruhan. Itu tidak ada sama sekali," katanya.

Atas hal ini, keluarga pun melaporkan RSI Siti Hajar ke Polresta Sidoarjo. Laporan itu telah diterima SPKT dan teregister dengan nomor LP-B/532/X/2024/SPKT/POLRESTA SIDOARJO/POLDA JATIM tertanggal 2 Oktober 2024.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Sidoarjo, AKP Fahmi Amarullah, mengatakan bahwa pihaknya saat ini masih terus mendalami laporan tersebut. "Iya masih kita lidik. Setiap ini (perkembangan) dilaporkan ke pelapor. (Pihak RSI Siti Hajar) sudah (dipanggil)," ujar Fahmi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Khusnul Hasana
Zumrotul Abidin
Khusnul Hasana
EditorKhusnul Hasana
Follow Us