Presidium Bangkalan: Rezim PBNU Menjauhi Akhlak

Surabaya, IDN Times - Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya menyindir para kiai yang menghadiri Musyawarah Besar (Mubes) Alim Ulama, di Bangkalan pada Minggu (18/8/2024), layaknya perkumpulan pengangguran.
Sebelumnya, dalam forum yang dihadiri ratusan pengurus PWNU dan PCNU itu, telah dicetuskan 'Amanah Bangkalan'.
Salah satu poin yang ada dalam amanah tersebut, ada pembentukan Presidium Penyelamat Organisasi NU sekaligus persiapan Muktamar Luar Biasa NU. Adapun kiai di dalamnya, KH Abdussalam Shohib, KH Imam Jazuli, KH Imam Baehaqi, KH Muhaimin, KH Rosikh Roghibi, KH Sholahuddin Azmi, KH Fahmi, KH Wahono, KH Dimyati, KH Nasirul Mahasin, KH Haidar Muhaimin, dan KH Aguk Irawan.
Seorang Presidium, KH Abdussalam Shohih angkat bicara ihwal forumnya yang disebut gerombolan pengangguran. "Mungkin memang benar kami gerombolan pengangguran yang mempunyai waktu untuk berkontemplasi, merenung, dan berpikir," ujarnya kepada IDN Times, Selasa (20/8/2024).
"Kemudian mengambil kesimpulan, betapa rezim PBNU di bawah Pak Miftah - Pak Yahya ini sudah jauh meninggalkan nilai-nilai akhlak dan perjuangan yang digariskan oleh muassis di dalam muqoddimah qonun asasi, AD-ART dan Perkum," tambahnya menegaskan.
Menurut Gus Salam--sapaan karibnya- NU yang biasanya memberikan keteduhan, kesejukan, kedamaian dan solusi umat hari ini telah berbalik menjadi sumber kegaduhan dan polemik. "Kini juga menjadi alat untuk membenturkan dan mengadu domba antar warga NU dan menjadi sumber masalah dan problem di tengah umat," kata dia.
"Apalagi dengan gaya bahasa yang arogan, managerial organisasi yang penuh intimidasi, tekanan dan intervensi kepada struktur di bawahnya maupuan organisasi lain, merasa menjadi kebenaran absolut yang antikritik. Ini merupakan situasi yang harus diubah," imbuh Gus Salam.
Gus Salam menyebut kalau sepanjang sejarah berdirinya NU belum pernah mengalami demoralisasi dan keterpurukan marwah serta muruah. "Seperti hari ini, PBNU seakan diisi oleh elit yang orientasinya kekuasaan, jabatan dan duniawi," pungkasnya.
Sebelumnya, Gus Yahya mengibaratkan para ulama yang berkumpul dan ingin Muktamar Luar Biasa PBNU seperti, pengangguran yang ingin sidang istimewa MPR.
"Kalau sekarang ada sekumpulan sekelompok pengangguran kumpul lalu menyerukan sidang istimewa MPR," ujar Gus Yahya di Kantor PCNU Surabaya, Senin (19/8/2024).
Dalam artian, siapapun berhak untuk berbicara. Akan tetapi tidak mesti harus mendapatkan respons. "Kan presiden enggak perlu mikir (usulan sidang MPR) biarin aja. Ya itu begitu juga dengan kami, kami enggak pikirkan lah, orang ngomong silakan," sebut dia.
Menurutnya, mereka tak memiliki legitimasi untuk mendorong Muktamar Luar Biasa PBNU. Meskipun mengatasnamakan PCNU dan PWNU. "Orang nganggur ngomong apa aja kan bisa," pungkas Gus Yahya.