Surabaya, IDN Times - Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggelar tasyakuran penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Marsinah di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (11/11/2025). Momentum ini sekaligus menjadi titik awal penguatan rencana menjadikan desa kelahiran sekaligus tempat proses kehidupan Marsinah di Nganjuk sebagai desa wisata edukatif perjuangan buruh.

Marsinah--buruh pabrik arloji yang gugur memperjuangkan hak-hak pekerja pada tahun 1993--resmi mendapat gelar Pahlawan Nasional bersama sepuluh tokoh lainnya pada peringatan Hari Pahlawan 2025. Dari sepuluh nama tersebut, tiga berasal dari Jawa Timur, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH Syaikhona Muhammad Kholil, dan Marsinah.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan bahwa penetapan Marsinah memiliki arti penting karena perjuangannya lahir dari ruang hidup masyarakat kecil. Ia menegaskan bahwa nilai keberanian dan keteguhan Marsinah harus terus hidup dan dapat dikenang generasi muda. Ia pun mendorong agar ada desa wisata edukatif.

"Sebenarnya ini kan sudah mulai ya menjadikan desa di mana Marsinah berproses kemudian permakamannya di sana itu sebenarnya sudah diinisiasi menjadi destinasi wisata edukatif. Tapi kan kalau sebuah desa wisata tentu kelengkapan-kelengkapannya itu ya harus di-assessment," ujarnya.

"Mohon nanti kepada Pak Bupati kemudian kepada kepala desa, sehingga bangunan heroisme itu tetap akan tumbuh," tambah Khofifah.

Khofifah menekankan bahwa pembangunan desa wisata ini harus mempertahankan ruh perjuangan Marsinah. “Meskipun itu mungkin tambahan wisata, mungkin taman, mungkin mobil odong-odong, dan seterusnya kelengkapan-kelengkapan sebagai sebuah destinasi wisata tentu harus ada," katanya.

"Tapi bawa semangat heroisme kepada siapa pun yang ke sana itu harus tetap tumbuh. Misalnya ada souvenir-souvenir yang terkait dengan pesan-pesan seorang Marsinah, sebenarnya itu kan bisa sederhana tapi mereka pula ada semangat dari pesan-pesan seorang Marsinah," lanjut Khofifah.

Marsini, kakak kandung Marsinah, yang hadir dalam tasyakuran tersebut, menyampaikan bahwa keluarga mendukung penuh rencana desa wisata tersebut. Ia mengatakan rumah masa kecil Marsinah masih berdiri dan menjadi bagian penting proses kehidupan sang pahlawan. “Masih ada rumah tempat kami tinggal bersama nenek. Tempat itu bisa dijadikan museum kecil agar cerita Marsinah tidak hilang. Semoga nanti bisa dijaga, bukan digeser atau diwaris ke yang lain. Kami ingin itu jadi tempat belajar,” ungkapnya.

Sementara itu, Bupati Nganjuk, Marhaen mengaku senang dan bangga dengan gelar Pahlawan Nasional yang disandang oleh perempuan sederhana asal Nganjuk. Terlebih, gelar ini diberikan kepada tokoh yang berangkat dari keluarga kecil.

"Pahlawan yang biasanya berangkat dari pejuang, tokoh agama, ini dari wong cilik, istilah saya kaum marhaen. Dari keluarga kecil. Bekerjanya buruh, perempuan. Pejuang HAM," katanya. "Semoga Mbak Marsinah meninggal husnul khotimah. Dan kita bisa meneruskan api perjuangannya," pungkas Marhaen.