Keluarga Ceritakan Kondisi Anggota POMAL Korban Pengeroyokan di Malang

- Kondisi korban sudah siuman, tapi masih dirawat di RSSA Menantu korban
- Kronologi penganiayaan yang dialami korban bermula sekitar pukul 20.00 WIB
- Fadholy berharap semua pelaku segera ditangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya
Malang, IDN Times - Media sosial dihebohkan dengan kasus pengeroyokan yang terjadi kepada anggota Polisi Militer Angkatan Laut (POMAL), Letda Abu Yamin (54) warga Jalan Teluk Pelabuhan Ratu, Kelurahan Arjosari, Kecamatan Blimbing Kota Malang. Ia dikeroyok di Terminal Arjosari pada Kamis (26/6/2025) malam.
1. Menantu mengungkapkan kalau kondisi korban sudah siuman, tapi masih dirawat di RSSA

Menantu korban, Muhammad Fadholy (33) menceritakan jika usai mertuanya dianiaya, korban langsung dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar Kota Malang. Kini korban sudah siuman, tapi belum boleh pulang untuk menjalani rawat inap.
"Ada beberapa luka di kepala, wajah, dan tangan kiri. Di jari ada 3-4 retak dan dikasih pen. Kemudian luka di dagu agak dalam kena, di wajahnya penuh memar, di kepala bocor, sudah bisa komunikasi. Bapak kemarin sempat pingsan saat dibawa ambulans, lalu sadar saat sampai rumah sakit, jam 9 malam sudah bisa diajak komunikasi, banyak yang telepon saat itu," terangnya saat dijumpai di kediamannya pada Senin (30/6/2025).
Fadhol mengungkapkan jika pada hari Jumat (27/6/2025) sore pukul 17.00 WIB mertuanya sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Ia dipindahkan setelah menjalani beberapa operasi akibat luka-lukanya.
"Jadi ada 3 bagian yang dioperasi dalam satu waktu. Ada dokter ortopedi, dokter bedah plastik, tapi tidak sampai ke saraf. Yang patah mau dipelat di hidung juga," bebernya.
2. Menantu korban menceritakan kronologi penganiayaan yang dialami korban

Fadhol menceritakan kalau berdasarkan keterangan ayahnya, kejadian penganiayaan ini bermula sekitar pukul 20.00 WIB. Saat itu mertuanya baru pulang dinas dari Pelabuhan Tanjung Perak dan tiba di Malang dengan menaiki bus, korban biasanya turun di Patung Ken Dedes untuk dijemput anak-anaknya, tapi waktu itu ia memilih turun di Terminal Arjosari karena ingin nongkrong dengan salah satu pedagang asongan yang jadi kawannnya.
"Ada kayak cek-cok antara kondektur dengan jupang yang minta uang, kayak dikasih tahu harusnya tiket bus patas Rp40 ribu jangan dijual mahal kasihan, akhirnya nggak terima ada teman-teman datang. Bapak dikeroyok 15 orang. Matanya dulu yang dihajar, kemungkinan tangan kosong sama benda tumpul. itu juga sempat ada teman yang mau nolong, tapi ditendang sama yang ngeroyok," bebernya.
Fadhol mengungkapkan kalau mertuanya sempat melihat ada orang yang membawa senjata tajam. Untungnya senjata tajam tersebut tidak digunakan untuk menusuk korban.
"Barang-barangnya sempat mau ambil, tasnya sempat hilang. Tapi akhirnya ketemu 2 hari kemudian di terminal, diambil sama anak dan istri saya. Ditanyain sama yang naruh nggak tahu, isinya lengkap juga ngga ada yang hilang. Mungkin yang ambil takut setelah tahu kalau bapak anggota (TNI)," ungkapnya.
3. Fadholy berharap semua pelaku segera ditangkap

Lebih lanjut, Fadhol berharap agar semua pelaku segera ditangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pasalnya preman-preman di Terminal Arjosari sudah meresahkan banyak orang.
"Katanya sudah 3 yang menyerahkan diri ke Polresta (Malang Kota), saya gak kenal wajah mereka. Tapi sisanya belum tertangkap, semoga bisa tertangkap semua pelakunya," pungkasnya.