Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Hari Anak Nasional, Cerita Pengasuh Anak Terbuang Rela Pindah KK

Dok. UPT PPSAB Sidoarjo
Penjangkauan bayi oleh UPT PPSAB Sidoarjo Dinsos Jatim. Dok. UPT PPSAB Sidoarjo
Intinya sih...
  • Hari Anak Nasional jatuh pada tanggal 23 Juli, dengan pengasuh seperti Diah Lilik Ismani yang merawat anak-anak yang dibuang oleh orangtuanya di UPT PPSAB Sidoarjo.
  • Sebanyak 47 anak diterima oleh Dinsos Jatim selama Januari hingga Juni 2025, dengan berbagai usia dan kondisi kesehatan yang rentan.
  • Diah Lilik Ismani pindah KK dan KTP beralamat UPT PPSAB Sidoarjo agar anak-anak ini memiliki identitas jelas dan hak untuk bersekolah serta mendapatkan pendidikan setara.

Surabaya, IDN Times - Juli menjadi bulannya anak-anak Indonesia. Ditandai peringatan Hari Anak Nasional (HAN) yang jatuh tiap tanggal 23 Juli. Tahun ini, layaknya tahun-tahun sebelumnya bagi Pengasuh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan dan Pelayanan Sosial Asuhan Balita (PPSAB) Dinas Sosial (Dinsos) Jawa Timur (Jatim), Diah Lilik Ismani (57). Lilik--begitu sapaan karibnya- masih harus melihat nasib anak-anak yang bernasib kurang beruntung. Mengasuh dan mengasihi anak-anak yang dibuang oleh orangtuanya. Kemudian dirawat di UPT PPSAB yang bertempat di Kabupaten Sidoarjo. "Ya prihatin, karena jumlah anak yang masuk (UPT PPSAB) terus bertambah," ungkapnya kepada IDN Times. Artinya, pembuangan anak masih marak.

Lilik mengaku sangat miris dengan fenomena pembuangan dan penelantaran bayi maupun anak. Jumlahnya tiap tahun, masih tinggi. Terbukti selama Januari hingga Juni 2025 ini, Dinsos Jatim menerima 47 anak. Rinciannya sebanyak 33 laki-laki dan 14 perempuan. Selain itu juga terdapat 13 anak yang difabel.

 Sementara berdasarkan usia, anak-anak usia 0 - 6 bulan sebanyak 17 anak. Kemudian usia 6 bulan - 2 tahun sebanyak 14 anak dan usia 2 - 5 tahun sebanyak lima anak. Serta yang di atas 5 tahun sebanyak 11 anak. Semuanya, dirawat oleh pengasuh UPT PPSAB dengan rasa kasih dan sayang. Sepenuh hati.

Saking sayangnya,  ikatan batin pun seolah terjalin antara Lilik dengan anak-anak di UPT PPSAB. Ia tidak segan mengantarkan ke rumah sakit, bahkan menungguinya jika ada anak yang jatuh sakit hingga opname. Karena perempuan yang sudah berkarir di bidang sosial sejak tahun 1991 ini paham betul. Kalau bayi atau anak yang ada di sini rentan.

 “Mereka ini anak-anak yang dibuang dan ditelantarkan orangtuanya. Ada yang ditemukan di kardus depan gudang kosong, ada yang hanya berbalut kain di pinggir jalan. Karena mungkin tidak diinginkan, saat di kandungan ada yang diobati, ada juga yang dipijat. Maka ketika lahir, kondisinya sangat rentan. Butuh perawatan ekstra,” terang Lilik.

Sehingga, Lilik dan para pengasuh lainnya sudah terbiasa jika harus keluar masuk rumah sakit mengantarkan jika anak-anak di UPT PPSAB Sidoarjo jatuh sakit. “Terpenting, mereka kembali sehat, aktivitas sedia kala,” ungkapnya. Lilik tak pernah menghitung berapa bayi dan anak yang telah dirawatnya. Yang pastii, ia senang jika mereka tumbuh sehat.

Tak hanya kesehatan. Persoalan lain muncul dengan keberadaan bayi dan anak-anak yang dibuang serta ditelantarkan oleh orangtua yang tak bertanggung jawab. Ialah administrasi kependudukan (adminduk) dan pendidikan. Lilik sudah terpikirkan, nasib sekolah para anak-anak ini.

 “Kan di aturan, kalau sekolah harus punya akta lahir, punya KK (Kartu Keluarga). Sementara mereka gak punya,” kata Lilik.

 Lilik pun berbesar hati, pindah KK dan KTP beralamat UPT PPSAB Sidoarjo. KK-nya itulah yang akan menjadi harapan baru bagi para bayi dan anak-anak. “Jadi KK saya pernah sampai harus tiga lembar. Isinya nama anak-anak di UPT,” katanya. Hal itu tak dijadikan masalah oleh Lilik. Terpenting, mereka punya identitas jelas.

 Seiring dengan perkembangan kebijakan pemerintah, KK Lilik mengalami perampingan. Ia sempat cemas dengan kondisi yang ada. Untungnya, ada beberapa pengasuh yang mau mengikuti jejak Lilik. Meneladani setiap pengorbanan yang dijalankan belasan tahun lamanya.

 “Sekarang sudah ada pengasuh lain yang juga KK-nya berisi nama anak-anak ini,” katanya. Hati Lilik pun lega. Setidaknya, ketika pensiun nantti, opsi untuk KK lain sudah ada. Di pengasuh yang masih muda-muda.

 Dengan begitu, sambung Lilik, para anak-anak ndi UPT PPSAB tetap bisa mendapatkan haknya. Bersekolah, berpendidikan setara. Layaknya anak-anak lain yang ada di Indonesia. “Karena pendidikan formal ini harus diberikan kepada anak-anak, tanpa harus memandang status latar belakang mereka,” tegasnya.

 “Saya ingin mereka tetap diakui, punya identitas dan masa depan,” imbuh Lilik mengungkapkan.

 Di setiap sujudnya, Lilik menyelipkan doa kepada bayi dan anak-anaknya di UPT PPSAB Sidoarjo. Ia berharap, kalau pun mereka mendapatkan orangtua asuh baru, semoga yang baik dan terbaik. Kalau pun belum dapat, semoga tumbuh sehat dan hebat. Tak lupa ia turut merapalkan doa bagi generasi muda. Karena hanya doa yang ke depan biaa dipanjatkannya. Tahun ini menjadi tahun terakhirnya mengabdi.

"Tahun ini, tahun terakhir saya bekerja dan mengabdi di sini. Desember besok terakhir," ungkapnya.

Rasa sedih Lilik bukan karena takut kehilangan pekerjaan. Tapi ia akan merasa sangat rindu jika kenangan yang telah diirajut selama 15 tahun lamanya di UPT PPSAB ini harus ditanggalkan. Dan, ditinggalkan. “UPT ini sudah seperti rumah saya sendiri, di sini, kami merawat anak-anak, mulai dari bayi, baliita dan anak usia sekolah seperti halnya aktivitas di rumah,” ungkapnya.

 Lilik berharap agar tidak ada lagi orang tua yang membuang dan menelantarkan anaknya. Jika memang tidak siap menjadi orang tua, ia menyarankan agar tidak berbuat hal yang nantinya menjerumuskan masa depan anak yang dilahirkan. "Untuk generasi muda, janganlah melakukan hal-hal yang melanggar sekiranya nanti menjerumuskan masa depan," pungkasnya.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Faiz Nashrillah
EditorFaiz Nashrillah
Follow Us