Cerita Warga Jember War BBM Dampak Jalur Gumitir Ditutup

- Penutupan Jalur Gumitir menyebabkan kekacauan distribusi BBM di Jember.
- Masyarakat antre di SPBU, bahkan pedagang eceran jual BBM dengan harga fantastis.
- Kebijakan pengalihan aktivitas luring jadi daring dan sulitnya BBM membuat warga kecewa terhadap pemerintah setempat.
Jember, IDN Times - Imbas penutupan jalan nasional Jalur Gumitir berdampak pada 'war' Bahan Bakar Minyak (BBM) di tengah masyarakat. Banyak masyarakat yang rela antre untuk mendapatkan BBM.
Salah satu warga Jember, Afan Fathoni (42) mengatakan, sudah beberapa hari ini antrean di SPBU Pertamina hingga Pertamini dan eceran terus mengular. Masyarakat berebut antrean untuk bisa mengisi kendaraanya dengan bahan bakar. Bahkan ada yang ke luar daerah, untuk berburu BBM.
"Kondisi BBM di Jember sulit, antrean panjang di semua POM (SPBU) dan Pertamini," ujarnya kepada IDN Times, Selasa (29/7/2025).
"Banyak yang ke Lumajang, sampai saudara di Lumajang juga mengeluh. Gara-gara Jember kosong BBM, orang-orang Jember pada nyari ke Lumajang, dan Lumajang juga ikut terganggu ikut-ikut antre," imbuh Afan mengungkapkan.
Tak hanya masyarakat pengguna kendaraan pribadi dan umum saja yang 'war' BBM. Afan menyebut kalau pedagang eceran juga turut meminta bagian. Alhasil, BBM yang dijual ulang itu harganya cukup fantastis.
"Pedagang eceran juga antre. Pertalite bisa Rp20 ribu per botol. Pertamax Turbo Rp30 ribu," ungkapnya.
Afan pun kecewa dengan kondisi sulitnya BBM di Jember saat ini. Harusnya, pihak pemerintah melakukan simulasi terlebih dahulu sebelum menerapkan penutupan Jalur Gumitir. Sehingga potensi kemacetan hingga kelangkaan BBM bisa diantisipasi.
"Kalau ada simulasi kan, nantinya ada rencana alternatif. Bukan malah seperti ini," tegasnya.
"Kesannya atas penutupan Jalur Gumitir ya sebatas dialihkan jalan lain saja. Kesiapan koordinasi dengan beberapa pihak tidak dilakukan," lanjut Afan.
Lebih lanjut, warga Jember juga kian kecewa dengan kebijakan Bupati Jember, M. Fawait. Dia hanya menerbitkan Surat Edaran (SE) soal pengalihan aktivitas luring jadi daring. Padahal, kebutuhan pekerjaan di Jember tidak semuanya bisa dilakukan secara daring.
"Untuk daring bukan alternatif, masak gak ada koordinasi dengan pihak penyedia depo Pertamina dari wilayah lain. Masalahnya kalau BBM sulit, mobilitas juga terganggu. Profesi kebanyakan non-ASN, TNI dan Polri. Kalau kebutuhan cuma ke sekolah sangat bisa sekali, tapi aktivitas lainnya yang butuh operasional lebih besar," ungkap Afan.
Afan dan banyak warga Jember lainnya pun berharap agar segera ada solusi yang tepat dari pemerintah. Sehingga aktivitas dapat berjalan normal kembali. Ia tidak ingin, selama dua bulan ke depan kondisinya terus-terusan seperti sekarang ini. BBM sulit. Ekonomi ikut rumit.