Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kesalnya Syaiful, Harus Iuran Rp500 Ribu untuk 'Menikmati' Bising Sound Horeg

Ilustrasi Parade Check Sound Horeg di Kabupaten Malang. (IDN Times/Istimewa)
Ilustrasi Parade Check Sound Horeg di Kabupaten Malang. (IDN Times/Istimewa)
Intinya sih...
  • Saiful terpaksa iuran Rp500 ribu untuk sewa sound horeg di desanya
  • Ekonomi sulit, Saiful keberatan dengan iuran untuk hiburan yang tidak bisa dinikmatinya
  • Saiful tidak bisa protes karena mayoritas suka sound horeg di desanya

Malang, IDN Times - Banyak keluhan masyarakat tentang sound horeg yang terangkat di media sosial. Selain suara yang dianggap bising dan kerap kali merusak fasilitas umum, warga juga sambat tentang paksaan membayar iuran untuk mendatangkan atau ''nanggap'' sound horeg. Salah satu warga yang mengeluh adalah Saiful (29), bukan nama sebenarnya, warga Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Ia mengaku terpaksa ikut iuran untuk karnaval sound horeg, padahal ia mengaku tidak bisa menikmatinya. Bising katanya. Uang hasil iurannya dan warga tersebut rencananya akan digunakan untuk karnaval sound horeg pada pertengahan Oktober 2025 nanti.

1. Saiful wajib iuran sewa sound horeg sebesar Rp500 ribu untuk RT-nya

Saiful saat ditemui di salah satu kafe di Kecamatan Turen. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Saiful menceritakan kalau sebenarnya rencana karnaval sound horeg di desanya sudah tercetus sejak setahun yang lalu. Awalnya karnaval ini hanya direncanakan secara gabungan, masih-masing RW cukup mengirimkan perwakilan. Jika skemanya seperti itu, Saiful mengaku tidak keberatan. Pasalnya jumlah orang di RW-nya cukup banyak, sehingga nominal iurannya tidak akan memberatkan.

"Tapi aku paling kesal sama RT ku sendiri, ada beberapa anak muda tiba-tiba buat ide agar tampil beda dengan menyewa sound sendiri. Sehingga kita keluar dari kesepakatan ikut perwakilan RW, RT ku ini mau buat rombongan pawai sendiri," terangnya pada Rabu (16/7/2025). "Bahkan dari RT ku ini sudah menghubungi pihak sound dan bayar DP sebesar Rp1 juta, dari total sewa sound sendiri itu sekitar Rp18 juta sampai Rp20 juta untuk sewa semalam saja. Sehingga per orang itu ditarik Rp50 ribu per bulan dalam jangka waktu 10 bulan, jadi kira-kira kena Rp500 ribu per orang. Tapi yang ditarik uang itu hanya pemudanya saja, yang orangtua tidak," sambungnya.

Saiful mengungkapkan kalau kemungkinan nanti jelang karnaval akan ada iuran lagi per Kartu keluarga (KK). Maklum, iuran ini belum termasuk iuran untuk kostum, konsumsi, dan peralatan lainnya. Tapi ia belum tahu berapa iuran tambahan ini nantinya.

2. Ekonomi lagi sulit, Saiful keberatan dengan iuran ini untuk hiburan yang tidak bisa ia nikmati

Kegiatan sound horeg di Kabupaten Malang. (IDN Times/Istimewa)
Kegiatan sound horeg di Kabupaten Malang. (IDN Times/Istimewa)

Saiful mengaku keberatan dengan iuran ini, pasalnya ia tidak bisa menikmati hiburan sound horeg. Pertama, karena karnaval ini akan diadakan pada sore hari, yang mana ia mulai shift kerja sebagai admin e-commerce mulai pukul 16.00 WIB sampai 21.00 WIB. Kemudian ia memiliki masalah kesehatan yang membuat ia sesak nafas jika berada di dekat sound horeg.

"Kemudian dalam kondisi ekonomi Indonesia saat ini yang kurang baik, penarikan Rp50 ribu per bulan lumayan kerasa, gajiku per bulan itu hanya Rp2,2 juta per bulan," bebernya.

3. Saiful tidak bisa protes karena mayoritas suka sound horeg

Ilustrasi Parade Check Sound Horeg di Kabupaten Malang. (IDN Times/Istimewa)
Ilustrasi Parade Check Sound Horeg di Kabupaten Malang. (IDN Times/Istimewa)

Kendati demikian, Saiful mengaku tidak bisa protes dengan kebijakan warga RT-nya ini. Pasalnya ia hanya minoritas dari masyarakat RT-nya yang kebanyakan adalah penggemar sound horeg. Jadi ia hanya bisa kesal dan protes dengan diam saja.

"Mau protes sudah males, karena pasti tidak akan digubris, karena saya tahu hanya minoritas yang menolak. Orang lain yang protes itu gak secara langsung, biasanya pas jadwal iuran mereka bilang gak ada duit Rp50 ribu, jadi cuma kasih Rp20 ribu. Kalau aku sendiri terpaksa bayar rutin karena biar tidak dimusuhi warga sekitar," pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Faiz Nashrillah
EditorFaiz Nashrillah
Follow Us