Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

''Zaman Gus Dur Ada Bendera Selain Merah Putih Biasa Aja''

IMG-20250804-WA0048.jpg
Bendera One Piece saat berkibar di Kawasan Kejawan Putih Tambak, Kecamatan Mulyorejo, Surabaya. (IDN Times/Khusnul Hasana)
Intinya sih...
  • Alissa Qotrunnada Wahid merespons santai pengibaran bendera Jolly Roger dalam anime One Piece, menganggapnya sebagai ekspresi kreatif anak muda.
  • Ia menekankan pentingnya pendekatan dialogis terhadap kritik anak muda, menunjukkan kesadaran dan partisipasi dalam kehidupan berbangsa.
  • Alissa menyatakan bahwa tindakan aparat menghapus gambar bendera sah sebagai bagian dari menjaga ketertiban, namun harus dilakukan tanpa represif.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Putri Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang juga Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid merespons dengan santai terkait fenomena pengibaran bendera Jolly Roger topi jerami dalam serial anime One Piece oleh sejumlah masyarakat. Ia pun turut mengomentari respons pemerintah melalui sejumlah pejabat dan aparat.

Alissa mengatakan bahwa Gus Dur pernah menanggapi fenomena bendera selain Merah Putih dikibarkan. Menururnya hal itu biasa saja. Terpenting, bendera lain itu tidak merusak marwah Sang Saka. “Ya kalau kira-kira kalau Gus Dur ditanya itu, terus jawabannya apa? Gitu aja kok repot. Sing penting 10 cm di bawah bendera Merah Putih, kan paling gitu,” ujarnya saat di Surabaya, Selasa (5/8/2025).

Sementara soal Bendera One Piece, Alissa menilai tindakan tersebut merupakan kreativitas anak muda dalam menyampaikan kritik sosial tanpa menimbulkan keonaran. “Ya sudah, ini ekspresi kreatifnya anak-anak. Kita harusnya bersyukur anak-anak mudanya kreatif, memberikan kritik itu dengan cara yang tidak menimbulkan keonaran atau kerusakan,” katanya.

Alissa menekankan pentingnya menghadapi kritik anak muda dengan pendekatan dialogis, bukan kekerasan. Pemerintah seharusnya bersyukur atas sikap kritis anak muda, karena hal itu menunjukkan kesadaran dan partisipasi dalam kehidupan berbangsa.

“Anak-anak mudanya sambil guyon kritiknya, jadi menanggapinya juga dengan guyon. Diajak kongko-kongko opo toh yang jadi problem. Enggak perlu takut berlebihan,” tegas Alissa.

“Gus Dur mengatakan, hari ini bangsa ini tidak bisa membedakan antara kepemimpinan dengan kekuasaan. Dikiro kalau sudah punya kekuasaan itu bisa memimpin, padahal belum tentu,” ucap Alissa menambahkan.

Menanggapi anggapan bahwa pengibaran bendera One Piece berpotensi memecah belah bangsa, Alissa menegaskan bahwa itu tidak berdasar. “Kalau menurut saya gak lah. Lah iki cuman bendera aja loh kok takut banget. Kecuali NU yang menyebarkan, itu baru berpengaruh karena punya infrastruktur dan jaringan luas,” ungkapnya.

Terkait tindakan aparat yang menghapus gambar-gambar bendera tersebut, Alissa menyatakan bahwa hal itu sah saja sebagai bagian dari tugas pemerintah menjaga ketertiban. Namun ia mengingatkan agar tindakan tersebut tidak menjadi represif. “Ya udah dihapus, ya udah. Kita anggap itu tugas pemerintah. Tapi juga, ya tinggal gambar lagi,” katanya.

Ia berharap pemerintah lebih membuka ruang dialog dan tidak memperlakukan simbol-simbol ekspresi kreatif anak muda sebagai ancaman. “Kalau represif enggak boleh ini, enggak boleh itu, nanti hal yang menyenangkan jadi mengerikan. Pemerintah enggak perlu khawatir, mereka seharusnya mensyukuri,” pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Faiz Nashrillah
EditorFaiz Nashrillah
Follow Us