Manfaatkan Selokan, Masjid di Banyuwangi Mandiri Listrik

Saatnya maksimalkan potensi energi terbarukan sekitar kita

Banyuwangi, IDN Times - Masjid Baitul Muttaqin, Desa Pesucen, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi sejak tahun 2019 telah mandiri energi listrik. Sebuah saluran irigasi pertanian kecil yang mengalir di samping masjid, dengan lebar kurang lebih satu meter, dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro (PLTPH) yang bisa menghasilkan daya listrik hingga 4.800 Whatt-hour (Wh).

Warga, menyebut saluran irigasi persawahan di samping masjid ibarat "selokan yang bisa menghasilkan listrik". Sebab, tidak disangka, luasannya yang sama dengan selokan pada umumnya, bisa menghemat biaya listrik di Masjid hingga Rp 216.000 setiap bulannya.

"Penghematan yang terjadi setiap harinya antara 2 Kwh (Kilowatt-hour) sampai dengan 4,8 Kwh, jadi dalam sebulan sekitar 60Kwh sampai 144kwh tergantung penggunaan," ujar Ketua tim program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) Khairul Muzaka, saat dihubungi Jumat (5/11/2021).

1. Energi terbarukan di selokan

Manfaatkan Selokan, Masjid di Banyuwangi Mandiri ListrikPembangkit Listrik Tenaga Pikohidro (PLTPH) di tahun 2019 yang terpasang di selokan Masjid. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Muzaka mengatakan, proyek yang dibangun sejak tahun 2019 tersebut juga membuktikan bahwa pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT), di lingkungan sekitar mampu bertahan lama, menghemat biaya penggunaan listrik dari PLN. Kendati demikian, debit air menjadi faktor kunci energi tersebut bisa dihasilkan.

Saat ini, sejak Mei-Oktober 2021, pihaknya telah memperbarui turbin pembangkit listrik dengan ukuran lebih besar, agar bisa menghasilkan daya listrik lebih besar.

"Dibangun tahun 2019 dari program desiminasi. Karena turbin pembangkit listrik kecil dengan diameter 60 Centi meter (cm). Saat ini telah kami desain ulang menjadi 120 Cm,"katanya.

Tidak hanya itu, pihaknya juga telah memperbarui sistem kontrol pembangkit listrik, dari tenaga surya ke energi listrik tenaga air skala kecil PLTPH.

"Dulu masih menggunakan alat kontrol listrik tenaga matahari, jadi daya listrik yang keluar tidak dapat memenuhi kebutuhan masjid sepenuhnya. Sekarang sudah dipasang kontrol khusus pembangkit listrik tenaga air," terangnya.

Bertahap, inovasi untuk perbaikan energi terbarukan skala kecil ini juga dilakukan. Belajar dari kesalahan, ia juga mengubah sistem transmisi daya menggunakan belting dan pulley yang lebih tahan terhadap air.

"Sebelumnya kami gunakan rantai dan sprocket. Dari sisi perawatan ternyata memerlukan biaya yang cukup besar karena ada komponen mekanik yg mudah rusak seperti rantai dan sprocket," jelasnya.

Baca Juga: Nyala Tenaga Surya di Kebun Naga, Harapan Baru Petani Pacu Produksi 

2. Hemat hingga Rp216.000

Manfaatkan Selokan, Masjid di Banyuwangi Mandiri ListrikPembangkit Listrik Tenaga Pikohidro (PLTPH) di tahun 2019. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Dosen Program Studi D4 Teknik Manufaktur Kapal ini menambahkan, sebelum diperbarui energi listrik tenaga air skala kecil PLTPH hanya menghasilkan 3.120 Watt-hour dan meningkat menjadi 4.800 (Wh).

"Tapi tetap tergantung kekuatan debit airnya," jelasnya.

Berdasarkan hitungannya, setelah PLTPH diperbarui, penghematan penggunaan listrik di Masjid Baitul Muttaqin setiap hari antara 2 Kwh sampai dengan 4,8 Kwh.

"Jadi dalam sebulan sekitar 60 Kwh sampai dengan 144 kwh tergantung penggunaan, jadi kalau harga listrik 1 Kwh sama dengan Rp 1500, maka penhematan yg terjadi sekitar Rp90.000 sampai Rp216.000 setiap bulannya," paparnya.

Listrik yang dihasilkan bersumber dari generator yang diputar menggunakan turbin dari dorongan air di selokan. Selokan irigasi air telah dimodifikasi lebih rendah sebagian, agar tekanan air bisa lebih maksimal.

Zaka mengatakan, debit sungai yang kecil membuat ia harus mendesain instalasi yang tepat. Ia menggunakan generator yang bisa menghasilkan 50-150 volt dengan Rpm rendah. Tegangan tersebut bisa meningkat hingga 220 volt sesuai debit air bila putaran turbin mencapai 300 Rpm.

"Dari generator listrik disimpan ke batarai kapasitas 14,4 Kwh. Jadi memang posisinya ngecas terus. Itu baterai jell ketahanan bisa sampai 10 tahun," ujarnya.

3. Butuh upaya semua pihak

Manfaatkan Selokan, Masjid di Banyuwangi Mandiri ListrikRenovasi Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro (PLTPH) di tahun 2021. IDN Times/Istimewa

Sementara itu, warga Pesucen yang menjadi pengurus Masjid Baitul Muttaqin, Desa Pesucen, Abdurrohim (58) mengatakan, penggunaan listrik PLN yang masih terpasang hanya menjadi "cadangan" bila sewaktu-waktu debit air kecil atau sedang tahap perawatan PLTPH.

"Listrik PLN sekarang jadi cadangan saja. Untuk kebutuhan, Alhamdulillah sudah cukup pakai tenaga listrik yang bersumber dari selokan samping Masjid," ujar Abdurrohim.

Di Masjid, penggunaan listrik sebagian besar untuk menghidupkan sekitar 20 lampu, speaker saat adzan salat 5 waktu.

Tidak hanya menghasilkan listrik, selokan irigasi yang sebelumnya banyak terdapat sampah saat ini semakin berkurang. Sebab, warga sudah saling menjaga kebersihan sekolah agar kinerja pembangkit listrik tidak terganggu.

"Ini pecahan dari sungai Sukowidi. Jadi terus mengalir. Dan syukur sekarang masyarakat sudah jauh berkurang tidak membuang sampah ke irigasi, karena tahu dari irigasi ini telah bermanfaat bagi Masjid," jelasnya.

Selain itu, dirinya yang juga memiliki lahan persawahan juga diuntungkan. Sebab, aneka jenis sampah yang biasanya masuk ke areal persawahan saat ini jauh berkurang jumlahnya.

"Dulu irigasi ini selalu bawa sampah plastik, sampai masuk ke sawah. Sekarang masyarakat tahu, irigasi telah memberi banyak manfaat. Untuk listrik Masjid dan irigasi pertanian," tambahnya.

Terpisah, Kasubid Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Bappeda Banyuwangi, Rudianto mengatakan, sejauh ini pemanfaatan energi baru terbarukan masih skala kecil dari kalangan masyarakat. Meski demikian, pihaknya tidak memiliki data pasti berapa besar pemanfaatan energi terbarukan skala kecil dari masyarakat,

"Intinya kita siap mendorong energi baru terbarukan. Untuk peta potensi juga pemerintah provinsi yang berwenang. Tapi untuk potensi energi tenaga air itu banyak di kawasan Songgon, sisi barat Banyuwangi," terangnya.

Sementara itu, Dalam RUED, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah memetakan potensi energi terbarukan. Potensi terbesar ada di tenaga surya mencapai 10.335 MW. Kemudian angin, 7.907 MW, bioenergi 3.420 MW, panas bumi 1.372 MW, gelombang laut 1.200 MW, mikrohidro 1.142 MW, dan air 525 MW.

Manager PLN UP3 Banyuwangi, Krisantus H. Setyawan mangatakan, transisi energi baru terbarukan (EBT) merupakan upaya semua pihak, tidak hanya dari pemerintah dan PLN, namun juga masyarakat.

Hingga saat ini, belum ada kerjasama antara masyarakat sipil di Banyuwangi bersama PLN untuk pengembangan EBT. Pemanfaatan EBT masih sebatas inisiatif dan konsumsi pribadi masyarakat.

"Pemetaan energi terbarukan merupakan kewenangan terpusat, termasuk di Banyuwangi. PLN tetap terus memantau terkait EBT, dan apabila ada pihak yang hendak bekerjasama, kewenangan ada di PLN Pusat. EBT dari kalangan sipil di Banyuwangi sendiri sampai dengan saat ini masih digunakan untuk konsumsi energy pribadi pelanggan," ujar Krisantus saat dihubungi, terpisah.

Baca Juga: Merdeka Energi, Berguru pada Warga Lereng Gunung Penanggungan

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya