TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gegara Jadi Cepu, Santri di Malang Dihajar hingga Patah Tulang

Pelaku terkenal sebagai jagoan di Ponpes Annur 2 Malang

Abdul Aziz, ayah korban bullying di Annur 2 Bululawang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Malang, IDN Times - Bullying di lingkungan pondok pesantren (ponpes) di Kabupaten Malang kembali menyeruak. Kali ini menimpa salah satu santri Ponpes Annur 2 Bululawang, Kabupaten Malang berinisial DFA (12) asal Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.

DFA dihajar oleh santri lain berinisial KR karena dituduh melaporkan dirinya yang membolos kepada gurunya. KR yang merupakan santri asal Gresik ini menghajar DFA hingga patah tulang hidung.

Baca Juga: Lagi, Perundungan Santri di Malang hingga Patah Tulang

1. Kronologi kejadian

Ilustrasi kekerasan terhadap anak (IDN Times/Sukma Shakti)

Ayah korban, Abdul Aziz menceritakan kronologi kejadian bullying dan kekerasan yang menimpa anaknya. Ia mengungkapkan awalnya ada 2 santri yang menjadi cepu kepada KR bahwa telah dilaporkan kepada guru setelah membolos sekolah.

"DFA dilaporkan kepada KR karena dituduh melaporkan kepada guru karena tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar. Selain itu pelaku juga disebut merokok di gazebo yang ada di lingkungan pondok pesantren," terang Abdul Aziz pada Selasa (03/01/2023).

KR yang sudah tersulut emosi, langsung mendatangi DFA, ia tidak mengklarifikasi terlebih dahulu apakah laporan dari 2 santri tadi benar atau tidak. DFA langsung dieksekusi oleh KR pada Sabtu, 26 November 2022.

"Setelah pelajaran selesai, kemudian ditutuplah pintu sekolah oleh KR, anak saya dieksekusi di situ. Dia naik ke meja kelas lalalu menendang, memukuli, menginjak-injak sampai anak saya terkencing-kencing. Anak saya sudah sampai ampun tapi tidak dipedulikan," bebernya.

2. Korban ditinggalkan tak berdaya

Merdeka.com

Setelah melakukan aksinya, pelaku begitu saja meninggalkan korban di TKP (Tempat Kejadian Perkara) begitu saja. DFA ditinggalkan tergeletak di lantai saat masih dalam kondisi lemah.

"Yang lebih miris, kejadian tersebut terjadi pada siang hari sepulang sekolah. Yang seharusnya ada guru yang memberi pengawasan," jelasnya.

Baca Juga: Polisi Tetapkan 2 Tersangka Kasus Pengeroyokan Santri di Malang

Berita Terkini Lainnya