Para Penangkap Asap di Tengah Kepungan Wisatawan

Memotret sisi lain Ijen Geopark

Banyuwangi, IDN Times – Sapuan pertama matahari di Pulau Jawa tumpah di tubir Kawah Ijen. Tampak sejumlah penangkap asap sudah ramai. Berjibaku dengan pikulan dan linggis di tengah kepulan asap tebal sulfur yang menggunung di bekas letusan Gunung Ijen itu. Keringat dan uap jadi satu di kain yang membalut sekujur tubuh mereka.

Satu di antara penangkap asap itu tampak sibuk menata hasil tangkapannya semalam suntuk. Dia bernama Durik yang tinggal di desa sekitar Kawah Ijen. Tepatnya di Kecamatan Licin, Banyuwangi. Durik sengaja memajang asap hasil tangkapannya berupa belerang di bibir kawah. Ada yang berbentuk bongkahan, ada yang sudah dipahat serupa bentuk hewan.

Pahatan nan rapi itu menarik mata para wisatawan yang sedang menikmati panorama kawah. Wisatawan tentu tidak mau melewatkan untuk membawa pulang belerang ini sebagai oleh-oleh. Di samping unik, belerang ini banyak manfaatnya. Tapi, di balik itu semua ada perjuangan keras para penangkap asap untuk mendapatkan belerang.

Perjuangan menangkap asap

Para Penangkap Asap di Tengah Kepungan WisatawanPenambang, Durik saat menjual bongkahan belerangnga kepada wisatawan. IDN Times/Ardiansyah Fajar.

Durik membutuhkan waktu dua hari satu malam untuk bisa mengumpulkan bongkahan belerang dari Kawah Ijen. Pengumpulannya pun tak mudah. Tak sekadar mengambil bongkahan bak mengambil hasil panen di sawah. Dia perlu berjuang di antara kepungan asap sulfur tebal yang penuh risiko. Jika terkena asap ini, mata akan terasa perih. Belum lagi pernapasan, yang tidak biasa akan terasa seperti sesak napas.

Namun hal itu sudah menjadi risiko yang dihadapi Durik selama 17 tahun belakangan ini. Durik sudah bergelut dengan belerang Ijen sejak 2006. Untuk mendapatkan belerang, dia harus turun ke kawah dengan modal kain basah sederhana. Kain ini sebagai pelindung pernapasannya agar tidak keracunan asap sulfur yang mengepul.

Perlengkapan lain yang dibawa ialah linggis dan pikulan. Linggis menjadi modal utama penambang untuk membongkar bongkahan belerang padat. Nah, bongkahan belerang ini sendiri dihasilkan dari proses sublimasi. "Jadi kita menangkap asap dari magma dengan suhu 600 derajat celcius yang sudah dirancang dalam saluran sulfatara di sekitar kawah," ujarnya kepada IDN Times, Sabtu (8/7/2023).

Dalam dua hari satu malam, saluran sulfatara itu bisa menghasilkan belerang seberat lebih dari 100 kilogram. Belerang-belerang yang sudah dibongkar dengan linggis, dibawa menuju tebing atas kawah. Bongkahan itu pun dimuat dengan troli untuk dibawa turun. Kemudian disetorkan kepada perusahaan tambang belerang.

"Sekarang ini saya sudah ikut PT (swasta) jadi digaji bulanan. Dulu masih cari ini sendiri, dijual sendiri," kata dia. Kendati ikut swasta, Durik masih menyempatkan diri mencari bongkahan belerang sendiri. Bongkahan yang didapat segera dipahat untuk dijual kepada wisatawan. Harganya cukup terjangkau. Satu bongkahan berbentuk dihargai Rp10 ribu. Sementara bongkahan besar harganya Rp20 ribu – Rp50 ribu.

Baca Juga: Sejarah Erupsi Gas Gunung Ijen, Tsunami Kawah Setinggi 3 Meter

Tak sekadar menangkap asap juga tahu manfaat

Para Penangkap Asap di Tengah Kepungan WisatawanGerbang masuk Kawah Ijen. IDN Times/Ardiansyah Fajar

Durik tak bisa hanya sekadar menjual pahatan belerang yang dimiliki. Dia harus bisa menjelaskan kepada wisatawan tentang manfaat belerang. Karena tak jarang wisatawan yang membeli belerangnya kerap bertanya manfaat serta cara penggunaannya. Seperti halnya Devi, wisatawan asal Surabaya ini pengin tahu manfaat belerang Ijen.

"Manfaatnya untuk gatal dan sakit kulit kalau belerang seperti ini. Cara pakainya dengan dijadikan bubuk terus dioleh ke bagian yang gatal," kata Durik menjelaskan kepada Devi.

Di balik itu semua, belerang memang dimanfaatkan sejumlah industri. Beberapa yang memakai komoditas yang satu ini ialah industri gula. Belerang disebut bisa untuk memutihkan gula. Juga ada industri kosmetik serta obat-obatan yang memanfaatkan belerang sebagai salah satu bahan dasar. "Kalau sudah diolah, kebanyakan ya memang itu dikirim ke pabrik gula dan obat-obatan," ucap dia.

Kebutuhan belerang sebenarnya cukup tinggi. Penambangan ini menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan. Di Indonesia, ada enam provinsi penghasil belerang. Jawa Timur memiliki tiga tempat, yakni Kawah Ijen, Gunung Arjuno, dan Danau Welirang. Jawa Tengah punya Gunung Dieng. Jawa Barat ada Gunung Tangkuban Perahu, Danau Putri dan Galunggung Ciremai.

Empat provinsi sisanya ada di luar Pulau Jawa. Seperti halnya Sumatera Utara punya potensi belerang di Gunung Namora, Sulawesi Utara di Gunung Mahawu, Soputan dan Gunung Sorek Merapi. Terakhir, Maluku punya potensi di Pulau Damar. Dari potensi yang ada, Kawah Ijen menjadi penyumbang belerang terbanyak. Durik tak mengetahui persisnya jumlah saluran sulfatara di Kawah Ijen. "Yang jelas banyak, ratusan ada itu," kata dia

Potensi Ijen antarkan masuk daftar Unesco Global Geopark

Para Penangkap Asap di Tengah Kepungan WisatawanKetua Tim Teknik Geopark Ijen, Abdilah Baraas. IDN Times/Ardiansyah Fajar.

Potensi hasil tangkapan dari para penambang berupa belerang, ditambah panorama kawah serta keajaiban pendar api biru atau yang kerap disebut blue fire menjadikan Kawah Ijen digandrungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Jika siang penuh penambang, malam hari akan menjadi arena turis berpetualang.

Selain wisatawan, kawah yang mempunyai ketinggian 2.769 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini menjadi laboratorium bagi para peneliti. Karena tercatat, di Kawasan Ijen ada sebanyak 37 destinasi wisata maupun edukasi, rinciannya, 21 situs gelologi, enam situs biologi dan 10 situs budaya. Banyaknya potensi menjadikan Ijen masuk daftar Unesco Global Geopark (UGG). Saat ini sudah ada 36 kampus Indonesia dan kampus luar negeri meneliti di Ijen.

"Kita mengajukan ke Unesco sejak 2020 difasilitasi Ibu Gubernur Jatim (Khofifah Indar Parawansa) secara surat ke komite Unesco. Kemudian assessment Unesco pada Juni 2022. Diumumkan lulus admistrasi pada September 2022 di Thailand," kata Ketua Tim Teknik Geopark Ijen, Abdilah Baraas kepada IDN Times.

Setelah diumumkan lulus admisitrasi, pemantauan kawasan Ijen kian ketat dilakukan Unesco. Sampai akhirnya kawasan Ijen ditetapkan secara resmi menjadi bagian UGG ketika sidang tahunan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Mei 2023. "Jadi kita baru berumur 1,5 bulan saat ini," ucap Abdilah.

Masuknya Ijen dalam daftar UGG juga tidak menjadi batu sandungan bagi para penambang. Menurut Abdilah, penambangan di Ijen bukan merugikan alam. "Gasnya ditangkap lalu dipadatkan, tidak menjadi masalah. Itu malah mengurangi hujan asam. Kalau belerang dibiarkan justru mengakibatkan hujan asam," kata dia. Diakui Abdilah, penambang ini juga menjadi salah satu daya tarik di Ijen.

Saat ini, sambung Abdilah, wisatawan yang datang ke Ijen kian bergeliat. Dia menyebut bergeliatnya wisatawan tak lepas dari masuknya kawasan ini ke daftar UGG. Rata-rata dalam sehari ada 500 wisatawan. Baik itu domestik maupun mancanegara. Sayangnya, keindahan pendar api biru Ijen untuk sementara waktu belum bisa dinikmati wisawatan.

Pihak pengelola melakukan pembatasan jam pendakian karena ada peningkatan aktivitas. Jika sebelumnya boleh mendaki pukul 01.00 WIB. Maka saat ini dimulai pukul 04.00 WIB. Dengan estimasi perjalanan normal 2 jam, maka sampai puncak pukul 06.00 WIB, api biru sudah tidak terlihat. Namun, wisatawan tetap akan puas dengan sajian air biru kehijauan di tengah kawah.

Bakal sempurnakan fasilitas dan sarana

Para Penangkap Asap di Tengah Kepungan WisatawanWisatawan asal Kalimantan, Michael saat menikmati keindahan Kawah Ijen. IDN Times/Ardiansyah Fajar

Jumlah wisatawan yang ke Geopark Ijen ditaksir akan terus bertambah. Terlebih pemerintah akan terus berbenah melengkapi fasilitas maupun sarana berdasarkan rekomendasi Unesco. Salah satu yang paling direkomendasikan ialah sarana transportasi. Diakui Abdilah, transportasi publik masih menjadi Pekerjaan Rumah (PR) yang perlu dituntaskan.

Sebenarnya, kata Abdilah, Banyuwangi sudah punya transportasi publik berupa bus untuk menuju Ijen. Tapi, transportasi ini belum beroperasi secara regular. Maka dari tiu, transportasi publik yang bisa beroperasi secara regular sudah diusulkan di Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2024. "Harapannya tahun depan ada angkutan alam dari pusat kota atau keramaian ke kawasan Ijen," kata dia.

Pengadaan transportasi massal untuk mendukung wisata kawasan Ijen ini juga dibenarkan oleh Ketua Umum Pengelola Geopark Ijen, Muhammad Yasin. Dia menyebut saat ini pengadaan itu tidak hanya dibahas di Anggaran Pendapatan Belanja Daearah (APBD) saja, tapi juga dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

"Pengadaan bisa dilakukan lewat APBD, juga bisa APBD lewat Proyek Strategis Nasional (APBN)," ucapnya. Yang jelas, sambung Yasin, pihaknya ingin Ijen bisa menjadi penggerak roda ekonomi masyarakat setempat. Serta penyumbang ekonomi Jawa Timur maupun Indonesia

Baca Juga: Air Danau Kawah Ijen Memanas, Rawan Erupsi Semburan Gas Beracun

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya