Surabaya, IDN Times - Polrestabes Surabaya meluncurkan aplikasi Elektronik Teguran Simpatik Presisi (ETSP) saat apel Operasi Patuh Semeru 2023, Senin (10/7/2033). Aplikasi ini akan digunakan untuk mendata pelanggar lalu lintas yang ditegur, sebab selama ini pelanggar lalu lintas yang ditegur tak pernah didata dan cenderung formalitas. 

Kasat Lantas Polrestabes Surabaya, AKBP AKBP Arif Fazlurrahman, mengatakan, aplikasi ini menjadi yang pertama di Indonesia. Tujuannya agar pelanggar yang ditegur tanpa ditilang itu masuk dalam sistem data Polrestabes Surabaya. 

"Kita mengemas peneguran, kita evaluasi, kita melakukan peneguran kalau dulu kan kita gunakan blanko, namun kita anev (analisis evaluasi) teguran ini tak pernah diindahkan oleh pelanggar, jadi hanya formalitas," ungkap dia. 

Arief menyebut, selama ini data pelanggar ditegur tak dihimpun dengan baik. Sehingga melalui aplikasi ini Polrestabes Surabaya dapat mengetahui dengan rinci pelanggaran apa yang paling banyak dilakukan masyarakat. 

"Teguran itu tidak didata secara digital, beda seperti tilang ETLE dan manual itu diinput dalam sebuah sistem. Makanya sekarang dari Polrestabes Surabaya membuat aplikasi namanya Elektronik Teguran Simpatik Presisi," jelas dia. 

Nantinya, aplikasi tersebut digunakan personel di lapangan untuk menginput data pelanggar mulai dari nama, NIK, jenis pelanggaran, tanggal teguran dan dokumentasi teguran. 

"Nanti notifikasi akan masuk di WhatsApp pelanggar," ungkap dia. 

Data-data pelanggar ini nantinya akan masuk di sistem Traffic Atitude Record (TAR) atau rekam jejak perilaku. Data ini dapat dijadikan sebuah pertimbangan catatan ketika pelanggar mengurus SIM ataupun mengurus Surat Keterangan Catatan Kepolisian(SKCK). 

"Ketika sudah berjalan, ternyata sudah ditegur lima kali (misalnya)kali ini kamu ditilang, bisa jadi tidak lima kali tapi bisa jadi tiga kali (langsung ditilang)," pungkas dia. 

Baca Juga: Viral, Pencuri Kabel di Surabaya Pakai Xpander