TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Paus Pembunuh Terdampar di Banyuwangi, Pakar: Dampak Perubahan Iklim

''Arah migrasinya di wilayah Australia, kok sampai Banyuwangi.''

Paus orca yang terdampar di Banyuwangi. IDN Times/Istimewa

Banyuwangi, IDN Times - Warga pesisir pantai Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi dikagetkan dengan temuan seekor ikan paus orca (Orcinus orca) sepanjang 5 meter dengan berat sekitar 1,5 ton pada Sabtu (3/4/2021). Warga berupaya mendorong bangkai paus ke tengah perairan Selat Bali, namun gagal.

Kini ini, bangkai paus itu sudah dikubur untuk mencegah potensi sebaran penyakit dan aroma tidak sedap. Proses penguburan bangkai paus orca dilakukan oleh warga bersama petugas Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Banyuwangi, Jawa Timur dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta personel TNI Polri.

Akademisi setempat menyebut, paus orca yang terdampar di pesisir pantai Banyuwangi merupakan hal yang tidak wajar.

Baca Juga: Bangkai Paus Terdampar Ditemukan di Taman Nasional Bunaken

1. Arah migrasi harusnya ke Australia

Paus orca yang terdampar di Banyuwangi. IDN Times/Istimewa

Dokter Hewan, sekaligus Staf Pengajar di Program Studi Kedokteran Hewan Program Studi Diluar Kampus Utama (PSDKU) Universitas Airlangga (Unair) Banyuwangi,  Aditya Yudana menilai, melihat dari pergerakan migrasi paus orca, seharusnya mengarah ke perairan selatan laut Australia. Sehingga, peristiwa terdamparnya paus orca di pantai Banyuwangi merupakan hal yang aneh baginya.

"Paus orca ini sebenarnya killer whale ya, paus pembunuh yang sebetulnya tidak ada di pesisir pantai Banyuwangi. Lha ini adanya kalau kita lihat arah migrasinya di wilayah Australia, itu pun di bagian Selatan. Ini kenapa kok sampai bisa sampai sini (Banyuwangi)," ujar Aditya, Senin (5/4/2021).

2. Kemungkinan sakit dan bisa jadi akibat perubahan iklim

Unsplash/Ciprian Morar

Aditya menduga peristiwa terdamparnya ikan paus orca di Banyuwangi bisa jadi akibat kondisi ikan yang sakit. Meski demikian, dampak perubahan iklim juga bisa menjadi penyebab sehingga mengganggu arus navigasi.

"Bersama BKSDA kita identifikasi dulu, apakah itu memang murni dia karena sakit, artinya lukaan di bagian organ dalam atau memang ada fungsi navigasi yang terganggu akibat perubahan iklim atau aktivitas kontaminasi yang ada periran laut ini," jelasnya.

Baca Juga: Selidiki Fenomena, Unair Otopsi Paus yang Terdampar di Bangkalan

https://www.youtube.com/embed/EEzjO1cTLz0
Berita Terkini Lainnya