TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kualitas Setara Milik PTPN, Kopi Kebun Rakyat Merambah Pasar Ekspor

Kualitas kopi rakyat bisa bagus karena dirawat sepenuh hati

Pelepasan ekspor perdana kopi robusta tahun 2019 di Perkebunan PTPN XII Malangsari disaksikan sejumlah pekerja perkebunan. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Banyuwangi, IDN Times - Petani kopi rakyat di Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi, Amse (46) tampak hadir menyaksikan kopinya masuk dalam truk yang siap dieskpor ke sejumlah negara mulai dari Inggris, Swiss, Jerman, Australia, Jepang dan Italia.

Tidak hanya kopi milik Amse, terdapat 675 kopi rakyat yang berada di bawah binaan Perkebunan Malangsari PTPN XII, yang turut masuk dalam pasar ekspor.

 

Baca Juga: Kisah Novian, Bagikan Kopi Gratis hingga Pelosok Hutan Banyuwangi

1. Per kilogram dihargai Rp5000

Pekerja harian perkebunan Malangsari PTPN XII sedang memeriksa bibit kopi. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Saat ekspor perdana di tahun 2019, Perkebunan Malangsari PTPN XII melepas 45 ton kopi robusta, dan secara bertahap akan mencapai 1.300 ton. Kopi milik Amse sendiri yang masuk dalam pasar ekspor lewat PTPN XII tahun ini sebanyak 27 ton cerry bean, dan diolah bersama kopi milik PTPN dalam bentuk green bean. Tiap ton kopi cerry bean (kopi gelondongan) akan tersisa 2,5 kwintal kopi green bean.

"Saya punya lahan 7 hektar, yang 3 hektar setor ke PTPN sebanyak 27 ton kopi basah (cerry bean)," kata Amse saat menghadiri pelepasan ekspor kopi perdana di Perkebunan PTPN XII Malangsari, Kalibaru, Jumat (13/12).

Amse mengatakan, kopi miliknya dihargai Rp 5000 per kilogram dengan olahan kopi cerry bean (kopi gelondongan) oleh PTPN. Harga tersebut, kata Amse sama dengan harga di pasaran diluar PTPN, yang mencapai Rp 5000 sampai Rp 5.500.

2. Merawat kopi dengan sepenuh hati

Seremonial Pelepasan ekspor perdana kopi robusta tahun 2019 di Perkebunan PTPN XII Malangsari. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Meski mutu kopinya sudah setara dengan mutu premium milik PTPN, Amse tidak merasa dirugikan dengan harga tersebut, karena dirinya sudah mendapatkan modal awal untuk perawatan dari KUR perbankan yang bekerjasama dengan PTPN.

"Gak papa lebih murah, yang penting bisa dapat modal di awal.Sebelum dapat KUR, modal minjam bank untuk proses pembersihan dari rumput sampai pohon, pemupukan dan pemangkasan. Kalau harga lokalan olah basah 5000- 5.500. Cuma pendanaan dapat di awal. Kalau lokalan tidak kasih dana," terangnya.

Amse sendiri mengaku sudah mengetahui bahwa kuliatas kopinya tidak kalah dengan milik PTPN, sebab katanya, kopi rakyat dirawat dengan sepenuh hati, tanpa perhitungan.

"Lebih baik buahnya karena ngerjakannya sepenuh hati, karena milik sendiri," jelasnya.

3. Kualitas kopi rakyat setara dengan PTPN

Nurhayati (50) pekerja harian perkebunan PTPN XII Malangsari saat merawat bibit kopi. IDN TImes/Mohamad Ulil Albab

Sementara itu, Manajer Perkebunan Malangsari PTPN XII, Sanuri, mengatakan kualitas kopi rakyat sudah setara dengan kopi premium PTPN, sehingga bisa terserap untuk masuk di pasar ekspor.

“Kami menyertakan kopi rakyat untuk ekspor karena kualitasnya yang baik, sama dengan yang kami hasilkan. Selama ini kami melakukan pembinaan teknis mulai dari memilih bibit yang baik hingga proses penanaman dan panen,” katanya.

Luasan Perkebunan Malangsari sendiri seluas 2.600 ha. Dari total 1.300 ton green bean yang dieskpor ke sejumlah negara tahun ini, 400 tonnya diambil dari perkebunan rakyat binaannya.

"Tahun ini 1.600 ha keluar 1.300 ton, kalau kopi rakyat 400 ton yang diekspor. Konsesi lahan kita itu 2.600 ha yang tersebar diantaranya karet dan 46 ha sisanya kopi robusta," ujarnya.

Baca Juga: Distributor Kopi Italia, Hanya Mau Pesan Kopi Dari Kebun Malangsari

Berita Terkini Lainnya