TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi, Satu Seduhan Jadi Saudara

Masyarakat Kemiren sajikan 10 ribu cangkir kopi gratis

IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Banyuwangi, IDN Times - Festival Ngopi Sepuluh Ewu memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi. Festival ini menyajikan banyak cangkir kopi gratis bagi siapapun yang ingin menyesapnya.

1. Mampu sajikan 10 ribu cangkir kopi

IDN Times/Istimewa

Ngopi Sepuluh Ewu yang sudah digelar 7 tahun berturut-turut. Event ini digelar secara swadaya oleh warga Desa Kemiren. Bagi warga Kemiren, suguhan kopi sebagai bentuk penghormatan mereka kepada para pengunjung yang datang.

Untuk menyajikan 10 ribu cangkir kopi, warga Kemiren menyiapkan tak kurang dari 350 kg bubuk kopi khas Banyuwangi. Ada beragam varian yang disajikan. Mulai dari arabica, robusta hingga house blend.

Warga Kemiren yang mayoritas merupakan suku Using, memiliki tradisi menyimpan cangkir dari warisan turun temurun. Dari total 2.000 kepala keluarga (KK), masing-masing KK rata-rata memiliki 1sampai 2 lusin cangkir.

Baca Juga: Ribuan Penonton Padati Festival Gandrung Sewu di Banyuwangi

2. Tiga falsafah Desa Kemiren dalam secangkir kopi

IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Sesepuh adat Desa Kemiren, Suhailik menjelaskan, warga Kemiren memiliki falsafah lungguh, suguh, dan gupuh dalam menghormati. Ngopi Sepuluh Ewu sangat menggambarkan falsafah yang dipegang warga.

Lungguh, papar Suhailik, adalah menyiapkan tempat. Sedangkan suguh berarti menyajikan hidangan. Adapun gupuh adalah kesigapan tuan rumah dalam menyambut tamu tersebut.

"Kami siapkan tempat duduk di sepanjang teras warga sebagai bagian dari lungguh. Kami juga siapkan kopi dan beragam jajanan tradisional sebagai suguh. Serta, kami berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik sebagai bentuk dari gupuh," papar Suhailik, Sabtu malam (13/10).

Di tengah ribuan pengunjung dari berbagai kota di Indonesia, hadir pula Bupati Gresik Sambari Halim, serta musisi Indra Lesmana. Mereka berbaur bersama masyarakat unutk menikmati seduhan kopi Banyuwangi.

"Dengan ngopi bareng di sini, kami ingin mereka menjadi saudara bagi kami. Karena kami punya semboyan, sak corot dadi sakduluran (satu seduhan jadi saudara, Red)," tambahnya.

3. Serasa lebaran

IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Umam, salah satu pengunjung asal Surabaya merasa festival tersebut layaknya momen lebaran. Semua orang berkumpul, saling silaturahmi, memberi suguhan kue dan tentunya menyesap secangkir kopi.

"Kalau sekadar mau ngopi khas Banyuwangi, banyak kok kafe yang menyediakannya sekarang. Tapi beda dengan ngopi di sini. Ini seperti lebaran. Kami bisa bersilaturahmi. Bertemu dengan teman-teman sesama pecinta kopi. Ngobrol macem-macem. Melepas kangen," ujarnya.

Baca Juga: Cerita Penari Gandrung, Antre Rias Sejak Subuh agar Tampil Memukau

Berita Terkini Lainnya