Ribuan Penonton Padati Festival Gandrung Sewu di Banyuwangi

Dongkrak ekonomi, 1.350 penari gandrung tampil menghibur

Banyuwangi, IDN Times - Festival Gandrung Sewu dipadati ribuan penonton di sepanjang garis pantai Marina Boom, Sabtu sore (12/10). Sejak pukul 13.00 WIB para penonton tampak sudah mengantre memasuki kawasan pantai. Mereka ingin menyaksikan 1.350 penari gandrung lengkap dengan personel musik, pesinden, dan aktor teatrikal prajurit Rempeg Jogopati yang menggambarkan kisah sejarah tahun 1771-1782.

Tidak hanya masyarakat Banyuwangi yang antusias melihat pertunjukan tersebut. Sejumlah pejabat Jawa Timur  maupu luar Jawa Timur, artis, dan kalangan komunitas fotografi juga tertarik menyaksikan Festival Gandrung Sewu.

1. Pedagang makanan dan minuman laris manis

Ribuan Penonton Padati Festival Gandrung Sewu di BanyuwangiIDN Times/Mohamad Ulil Albab

Festival Gandrung Sewu juga memberikan berkah bagi para pedagang makanan dan minuman. Cuaca yang cukup terik membuat banyak orang kelaparan dan kehausan. Beruntung bagi para pengunjung, di lokasi event tersedia aneka jajanan yang bisa mengganjal perut.

Salah satu pedagang di Pantai Boom, Henry Kurniawan (34) mengaku mendapatkan omzet hingga dua kali lipat dibanding pada hari-hari akhir pekan biasanya. Henry sampai kewalahan melayani pembeli yang membludak.

"Hari biasa omzet Rp600 hingga 700ribu. Itu sehari full. Ini belum setengah hari sudah tembus Rp700 ribu," kata Henry.

2. Tarik minat komunitas fotografi

Ribuan Penonton Padati Festival Gandrung Sewu di BanyuwangiIDN Times/Mohamad Ulil Albab

Event Gandrung Sewu memang mampu memikat wisatawan. Pada event berbasis seni budaya ini, komunitas fotografi dari berbagai daerah turut mengabadikan pagelaran.

Muhammad Taufik (52), salah satu penghobi fotografi asal Jakarta, datang ke Banyuwangi bersama 10 temannya sejak Jumat (10/10). Menurut Taufik, di kalangan fotografi, event Gandrung Sewu sudah tidak asing lagi. Dia tertarik untuk langsung datang, melihat, dan memotret untuk pertama kalinya.

"Kami dari komunitas foto. Saya tertarik dengan tari kolosal seperti ini, berjumlah massal dan tidak menyangka sebagus ini. Tahun depan saya ingin datang lagi," ucapnya penuh antusias.

Tidak hanya memotret pagelaran Gandrung Sewu, Taufik dan teman-temannya juga bakal mendatangi sejumlah destinasi pariwisata di Banyuwangi.

"Ada lima destinasi yang bakal saya kunjungi, namanya tidak hafal. Saya baru balik ke Jakarta besok (Minggu) malam," kata Taufik.

Baca Juga: Nikmatnya, Festival Banyuwangi Kuliner 2019 Angkat Pecel Rawon

3. Digarap mandiri oleh Pemda, menguatkan nilai gotong royong

Ribuan Penonton Padati Festival Gandrung Sewu di BanyuwangiIDN Times/Mohamad Ulil Albab

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Muhammad Yanuar Bramuda mengatakan, sepekan sebelum pagelaran Gandrung Sewu, hotel-hotel sudah mulai penuh. Apalagi di Banyuwangi tidak hanya digelar event Gandrung Sewu yang sudah masuk calender of event Kemenpar. Namun juga ada event Ngopi Sepuluh Ewu dan Meras Gandrung.

"Selama festival Ngopi Sepuluh Ewu berlangsung, ribuan cangkir kopi dengan motif yang sama akan tersaji di sepanjang jalan utama Desa Kemiren. Kopi yang sengaja dihidangkan warga setempat itu sebagai perlambang sambutan hangat warga Kemiren kepada tamu pengunjung," kata Bramuda.

Di tempat yang sama, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, Gandrung Sewu tidak hanya digelar untuk mendatangkan wisatawan, namun juga menguatkan nilai gotong royong. Menurutnya, event ini sebagian besar dikerjakan oleh perangkat Pemda Banyuwangi, tanpa banyak melibatkan event organizer.

"Kegiatan ini dikerjakan oleh perangkat daerah, PNS tanpa EO. Sehingga tidak mengeluarkan banyak anggaran untuk untuk menyewa EO," ujarnya.

4. Habiskan anggaran Rp 800 juta

Ribuan Penonton Padati Festival Gandrung Sewu di BanyuwangiIDN Times/Mohamad Ulil Albab

Sejak Juli 2019, Gandrung Sewu sudah dipersiapkan. Mulai dari proses rekruitmen di sekolah-sekolah tingkat kecamatan, hingga lolos di Kabupaten. Dari 3000an siswi yang mendaftar, hampir separuh akhirnya terpilih.

Selama latihan, para orang tua rutin mendampingi hingga pertunjukkan berlangsung. Dari persiapan tersebut, Pemkab Banyuwangi hanya menyiapkan anggaran Rp 800 juta. Padahal, pagelaran tersebut idealnya bisa menghabiskan Rp 5-6 miliar.

"Anggaran yang harusnya Rp 5-6 miliar, tapi kami hanya anggarkan 800 juta. Selebihnya merupakan swadaya masyarakat. Gotong royong, berlatih menari, semua kumpul akan adanya festival ini," tambah Anas.

5. Pendapatan per kapita meningkat

Ribuan Penonton Padati Festival Gandrung Sewu di BanyuwangiIDN Times/Mohamad Ulil Albab

Sebelum Banyuwangi Festival digelar tahun 2011, termasuk Gandrung Sewu, jumlah kunjungan wisatawan masih di angka 49 ribu untuk wisatawan domestik; dan 12.505 untuk wisatawan mancanegara. Keberadaan event tersebut mampu mendongkrak kunjungan wisatawan. Terbukti pada 2018, tercatat ada 5,2 juta wisatawan domestik dan 127.420 wisatawan mancanegara yang mengunjungi Banyuwangi.

Sementara pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi, lanjut Anas, juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2010 pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi sebesar Rp20,86 juta. Angka itu melonjak 134 persen pada 2018, yakni pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi menjadi Rp 48,75 juta.

"Pengembangan pariwisata kami kembangkan berbasis budaya dan ecotourism bersama masyarakat Banyuwangi. Sektor kreatif dan pariwisata menjadi cara untuk menguatkan ekonomi," tuturnya.

Baca Juga: Pilkades Serentak di Banyuwangi, Bupati Minta Warga Tetap Rukun

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya