Nelayan Surabaya, Laut Semakin Dangkal Sampai Tengkulak yang Barbar
Hasil tangkapan semakin sedikit
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Sebagai kota yang berdampingan dengan laut, sebagian masyarakat pesisir Surabaya banyak yang berprofesi sebagai nelayan. Sayangnya, masalah yang mereka hadapi begitu pelik, mulai dari laut yang semakin dangkal hingga tengkulak yang bar-bar. Sebanyak 1.896 nelayan yang terbagi pada 61 Kelompok Usaha pun nasibnya kini merana.
Salah satu nelayan di Kenjeran Surabaya, Baron (60), mengatakan, komoditas utama di laut Kenjeran adalah udang rebon dan terung. Udang rebon sangat melimpah jika musimnya tiba, yakni pada bulan Mei hingga Juni.
Biasanya, mereka mencari udang rebon dan terung hingga ke Pulau Madura dan Sidoarjo. Mereka akan berangkat pukul 1 pagi dan pulang menjelang maghrib. Jika musim, akan berangkat pagi hari dan pulang sore hari.
"Kalau gak musim bisa dapat 10 kilogram, kalau musim bisa dua sampai tiga kwintal," ujar Baron ditemui di bawah Jembatan Surabaya, Sabtu (1/4/2023).
Baca Juga: Nestapa Nelayan Pujiharjo Malang, Musim Panen Justru Libur Melaut
1. Harga udang rebon tangkapan nelayan sering dipermainkan
Sayangnya, harga udang rebon tangkapan nelayan ini sering kali dipermainkan oleh para tengkulak. Jika musim, harga udang rebon bisa turun drastis. Bila tak musim, ia akan mencari ikan lainnya, seperti kakap , terung hingga kakap.
"Kalau tidak musim harganya empat ribu perkilo. Kalau musim bisa turun sampai seribu rupiah," ujarnya
Belum lagi, tangkapannya sekarang tak sebanyak dulu. Dulu, Baron bisa membawa pulang uang bersih Rp500 ribu, sekarang hanya Rp200 ribu. Itu belum dipotong dengan uang bensin dan uang beli rokok.
"Bensin itu satu kali berangkat bisa 3 liter. Ya paling bersih dibawa pulang Rp60 ribu kadang lebih," ungkap Baron.
Baca Juga: Ternyata Masih Ada Nelayan di Malang yang Memburu Penyu hingga Hiu