TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Madura dan Risiko Penyeberangan ke Pulau-pulau Kecil di Sekitarnya

Masyarakat harus menghadapi gelombang dan cuaca ekstrem

Suasana pelabuhan Talango Kalianget, Sumenep Madura. (Instagram/@warga.talango)

Sumenep, IDN Times - Madura tak hanya terdiri dari satu pulau besar di utara Kota Surabaya. Pulau garam ini memiliki sekitar 120 'anak' pulau yang berada di sekitarnya. Kondisi ini pun membuat penyeberangan menjadi kebutuhan pokok warga di sana. Sayangnya, kondisi transportasi antar pulau sangat miris. Mereka harus menyabung nyawa tiap hari karena hanya mengandalkan kapal nelayan dengan jaminan keamanan rendah. 

Kondisi itu setidaknya ditutukan oleh adalah Mathur Husyairi. Ia adalah salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur yang kerap menggelar reses atau serap aspirasi ke pulau-pulau kecil di Madura.

Mathur mengatakan, dalam satu tahun biasanya ia tiga kali datang ke pulau-pulau di Kabupaten Sumenep. Mulai dari Pulau Kangean, Sabunten hingga yang paling jauh yakni pulau Masalembu.

Untuk sampai ke pulau-pulau tersebut biasanya Mathur menggunakan transportasi laut berupa kapal ekspress hingga kapal Feri. Kapal tersebut berangkat menuju pelabuhan Kalianget menuju ke pulau-pulau yang Mathur tuju.

"Perjalanan dari Kalianget menuju Kangean biasanya 3 sampai 4 jam, kalau ke Masalembu bisa sampai 14 jam," ujar Mathur, Sabtu (11/6/2022).

1. Kapal Feri aman, tapi tak semua terlayani

Dok.IDN Times/Istimewa

Tak jarang, selama perjalanan menuju ke pulau-pulau tersebut ia kerap ditemani tingginya ombak laut. Hal ini tak lepas dari kondisi perairan di laut Sumenep yang ekstrem.

Meski begitu, Mathur tak merasa khawatir sebab selama ini ia meyakini bahwa kapal yang ia tumpangi cukup nyaman dan aman.

"Selama saya naik kapal ke Kangean, yang ekspres itu bagus, fasilitasnya juga ada AC dan untuk Rescue atau keselamatan juga tersedia, kalau yang Feri secara fasilitas oke," jelasnya. Sayangnya tak semua warga kepulauan bisa merasakan fasilitas sepertinya.

Baca Juga: Fakta Kapal Zidane Express Tenggelam, 4 ABK Selamat

2. Sejumlah masyarakat gunakan perahu mesin untuk menyeberang

Ilustrasi. dok. Istimewa

Sebagai anggota Dewan dirinya masih beruntung bisa menggunakan kapal Ekspress, sejumlah masyarakat di pulau-pulau tersebut, kata Mathur, harus menggunakan perahu mesin untuk menyeberang.

"Sebagian menggunakan perahu mesin yang kapasitasnya 50 orang. Mereka ini yang biasanya punya usaha toko dan harus membawa barang-barang sembako," tutur Mathur.

Kapal-kapal yang digunakan warga setempat untuk menyeberang memang sebenarnya tak layak. Maklum, peruntukan sebenarnya adalah mencari ikan, bukan pengangkut penumpang. Jangan bicara soal pelampung atau alat pengaman lainnya. Jelas jauh dari kata standar. Muatan kapal-kapal ini juga kerap melebihi kapasitas. Kondisi ini makin berbahaya karena ombak di sekitar Sumenep tergolong tinggi, melebih 2 meter.

Meski minim keselamatan, Mathur mengatakan masyarakat tak punya pilihan lain. Sebab, kapal Ekspress dan kapal Feri hanya beroperasi tiga kali dalam seminggu.

"Jadi kita butuh ambulans laut, karena dulu ada yang melahirkan di perahu saat berada di tengah laut," papar Mathur. 

Baca Juga: ABK Kapal Zidane Express Ditemukan, Keluarga di Banyuwangi Lega

Berita Terkini Lainnya