Junior Politeknik Tewas di Tangan Senior, Pakar: Karena Tradisi!
Tradisi perpeloncoan memainkan nyawa!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Pakar Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Dr Muchlas Samami, angkat bicara soal tewasnya mahasiswa junior di tangan seniornya yang terjadi di Politeknik Surabaya. Senioritas ini kental kaitannya dengan tradisi perpeloncoan senior kepada junior yang tak kunjung berakhir.
"Kita punya tradisi yang tua merasa lebih tahu dibanding yang muda, yang senior punya kewenangan membina junior," ujar Muchlas ditemui, Jumat (10/2/2023).
Baca Juga: Mahasiswa Poltekpel Surabaya Dihabisi Seniornya di Toilet
1. Tradisi perpeloncoan terjadi turun menurun
Menurut Muchlas, tradisi perpeloncoan ini terjadi karena senior merasa dulu ketika menjadi junior mendapat perlakuan dari seniornya. Sehingga, ketika mereka menjadi senior, mereka akan melakukan hal yang sama.
"Dia merasa dulu aku diginiin kok. Kemudian ada kebanggan bagi senior. Ketika kami (mahasiswa) jadi senior (melakukan hal yang) sama," ungkap dia.
Tradisi ini, justru oleh beberapa lembaga dibolehkan. Bahkan, dengan kekerasan sekalipun.
"Boleh membina tapi jangan kekerasan. Kenapa yang terjadi sering di lingkungan yang memang tradisinya keras, ya itu tradisi mereka. Interaksi-interaksi tradisi ini yang menjadi pemicu," jelas Muchlas.
Baca Juga: Mahasiswa Politeknik Tewas Dianiaya, Polisi Tangkap Pelaku