TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Heritage Walk of Lawang Seketeng, Satu Kampung Berjuta Situs Sejarah

Banyak benda-benda bersejarah yang masih terjaga lho

Suasana Heritage Walk of Lawang Seketeng, Selasa (19/11). IDN Times/Idfy

Surabaya, IDN Times - Heritage Walk of Lawang Seketeng atau juga dikenal sebagai Kampung Heritage terletak di Lawang Seketeng, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya. Tempat yang sarat situs sejarah ini diresmikan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada Senin pekan lalu (11/11).

Kendati demikian, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Muhammad Mahmud Arifin mengaku bahwa saat ini kampungnya belum beroperasi secara penuh. Sebab, pihaknya masih perlu mempersiapkan segala sesuatu untuk menerima kedatangan tamu.

“Kampung Heritage belum beroperasi, rencananya akan disegerakan karena kami masih menunggu hasil rapat dengan Pokdarwis. Orang-orang boleh saja ke sini kalau mau foto-foto atau jalan-jalan, tapi kami mohon maaf karena belum bisa menyediakan tenaga untuk guide,” kata Mahmud ditemui IDN Times, Selasa (19/11).

1. Presiden Soekarno pernah mengaji di Langgar Dukur

Plat cagar budaya Langgar Dukur, Heritage Walk of Lawang Seketeng, Selasa (19/11). IDN Times/Idfy

Di lokasi ini terdapat Langgar Dukur. Berdasarkan penuturan para leluhur kampung, Langgar Dukur dahulu menjadi pusat penyebaran agama Islam oleh para ulama. Hal ini terbukti dengan banyaknya makam para habaib (sayyid) di sekitar kampung. Tak hanya itu, Soekarno kecil juga disebut pernah belajar mengaji di tempat ini.

“Langgar dukur ini tempatnya tokoh-tokoh ulama yang syiar agama (Islam), banyak juga sekitar sini makam habaib (sayyid). Selain itu, kata para leluhur kampung, Presiden Soekarno saat kecil mengaji di sini,” terang Mahmud.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Geber Kawasan Bulak Jadi Sentra Ekonomi Baru

2. Langgar Dukur menyimpan banyak peninggalan bersejarah

Langgar Dukur di Kampung Heritage Lawang Seketeng, Selasa (19/11). IDN Times/Idfy

Langgar Dukur adalah ikon kebanggaan kampung ini. Pasalnya, bangunan tempat ibadah ini masih berdiri kokoh walaupun terbuat dari kayu. Berdasarkan sejarahya, langgar ini berdiri sejak Januari 1893 jika mengacu pada prasasti yang tersimpan di dalamnya.

“Di sini sentralnya, di Langgar Dukur ini. Sesuai dengan prasasti di atas pake arab pegon berbahasa jawa yaitu ‘awitipun jumeneng punika langgar taun sewu wolungatus sangangpuluh telu sasi satunggal.’ Di dalam Langgar Dukur juga ada Alquran bersampul kulit, ditulis tangan dengan hologram lambang kerajaan belanda di setiap halamannya,” tambah Mahmud.

3. Banyak terakota kuno ditemukan saat pemasangan paving

Pipa saluran air kuno "Greisbuis" yang ditemukan saat penggalian jalan, Selasa (19/11). IDN Times/Idfy

Menurut Mahmud, kampung ini sebenarnya telah dikunjungi wisatawan sejak 2016. Kedatangan wisatawan makin meningkat pada 2018.

Saat itu dilakukan pemasangan paving untuk memperbaiki jalan kampung. Secara tidak sengaja banyak terakota (tembikar yang tak dilapisi glasir) kuno ditemukan saat pembangunan dilakukan.

“Saat pemasangan paving kan digali, ditemukan temuan benda bersejarah. Sebenarnya situs bersejarahnya seperti rumah kuno dan langgar sudah ada, semakin booming ditambah penemuan terakota dan sumur tua yang masih diteliti lagi. Barang-barangnya tetap di tempatnya, dikasih tutup dan akan dibuka saat orang mau lihat,” lanjut Mahmud.

4. Beberapa bangunan masih mempertahankan bentuk aslinya

Rumah kayu di kawasasan Heritage Walk of Lawang Seketeng, Selasa (19/11). IDN Times/Idfy

Di kampung ini, beberapa rumah warga tampak masih mempertahankan bentuk aslinya. Beberapa rumah bahkan masih ditinggali oleh ahli waris.

“Rumah-rumah beberapa dipertahankan bangunannya, beberapa bahkan masih ditinggali oleh ahli waris yang kemungkinan memang sengaja mempertahankan bentuk bangunannya,” tutur Mahmud.

Baca Juga: 10 Potret Kampung Wisata Lawang Seketeng, Destinasi Baru di Surabaya

Berita Terkini Lainnya