TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

St Antonius Padova, Gereja Dua Abad Saksi Kerusuhan 1998

Beberapa bekas kerusuhan disimpan di museum gereja

IDN Times/Fitria Madia

Pasuruan, IDN Times - Sebuah bangunan bercat kuning dengan salib di atasnya nampak mencolok di pojokkan Jalan Balaikota, Kota Pasuruan. Bangunan ini terletak di dalam sebuah halaman yang luas serta pagar yang mengitari. Di tengah-tengah pagar terdapat gerbang dengan plakat besar bertuliskan Gereja Katolik St Antonius Padua. Siapa sangka, bangunan ini merupakan cagar budaya yang sempat merekam anarkisme kerusuhan 1998.

1. Diresmikan sejak 1895

IDN Times/Fitria Madia

Gereja Katolik St Antonius Padua (saat ini Gereja Katolik St Antonius Padova) merupakan salah satu gereja terbesar yang ada di Kota Pasuruan. Tak hanya besar, gereja ini juga merupakan salah satu bangunan lawas yang dimasukkan dalam cagar budaya Kota Pasuruan sesuai Surat Keputusan Wali Kota Pasuruan Nomor 188/496/423.031/2015 tentang Penetapan Cagar Budaya Kota Pasuruan.

Salah satu staf gereja, Robertus Hendra Kurniawan bercerita bahwa gereja ini dibangun oleh seorang pengusaha dan karyawan Pabrik Gula asal Belanda bernama Alexander Manuel Anthonijs. Bangunan ini pun diresmikan sebagai gereja pada 28 Juli 1895.

"Dulu kan belum ada gereja katolik di sini. Karena pabrik gula letaknya gak jauh dari sini, akhirnya dibangun gereja sama Pak Antonius itu," tutur Hendra.

Baca Juga: Menikmati Manis dan Lembutnya Nasi Punel Khas Pasuruan

2. Merupakan gereja katolik paroki Pasuruan

IDN Times/Fitria Madia

 

Kini, gereja yang dibangun oleh Antonius tersebut menjadi gereja Paroki di wilayah Pasuruan melingkupi 13 lingkungan dan 2 stasi. Pendeta gereja pun harus berkeliling ke Kabupaten Pasuruan saat ibadah misa tiap Hari Minggu.

"Awalnya di sini pagi. Setelah di sini selesai baru ke Bangil sana. Tapi orang Bangil sana banyak yang buka toko jadi kalau siang sedikit umat yang ikut. Jadi sekarang pagi di Bangil, siang di sini," jelas Hendra.

3. Hanya terdiri dari 1 lantai

IDN Times/Fitria Madia

Gereja St Antonius Pandova memiliki daya tampung kurang lebih 1000 jemaat. Jumlah ini pasti akan terpenuhi tiap malam Paskah. Untuk tiap minggunya tak kurang dari 250 jemaat yang hadir untuk mengikuti prosesi ibadah di gereja.

"Kalau Natal masih lebih sepi karena banyak warga sini yang keluar kota untuk liburan. Tapi kalau malam Paskah pasti ke sini karena kan pulang kampung. Jadi yang kerja di Surabaya, di Jakarta, pulang ke Pasuruan. Pasti penuh kalau malam Paskah," terangnya.

Meski bangunan gereja nampak tinggi dari luar, namun rupanya hanya ada satu lantai yang mampu menampung 1000 jemaat tersebut. Tingginya bangunan dikarenakan jarak langit-langit yang cukup jauh dari lantai khas arsitektur jaman kolonial Belanda.

4. Menjadi sasaran kerusuhan reformasi 1998

IDN Times/Fitria Madia

Tak hanya bersejarah karena berumur hampir dua abad. Gereja St Antonius Pandova juga menjadi saksi bisu kekisruhan yang terjadi pada masa reformasi 1998. Gereja ini pernah porak poranda dilempari batu dan hampir dibakar oleh para pengunjuk rasa.

"Diceritakan oleh rekan saya yang sudah meninggal, Pak Purwaji Wage. Waktu itu tiba-tiba massa sudah banyak di depan gereja. Bawa batu sama obor mau bakar gereja sini," tutur Hendra.

Beruntung pihak kepolisian dapat tiba tepat waktu sebelum gereja hangus terbakar. Namun lemparan-lemparan batu membuat kaca-kaca pecah hingga ke bagian dalam gereja. Pengunjuk rasa pun ada yang sempat berhasil menyelinap ke bagian belakang gereja dan hampir menggebuki Purwaji Wage yang saat itu bertugas menjaga gereja.

Keselamatan Gereja St Antonius Pandova rupanya tak terjadi di GPIB PNIEL yang terletak beberapa meter di belakangnya. Massa yang dihadang polisi akhirnya beralih ke GPIB PNIEL dan berhasil menghanguskan gereja protestan tersebut.

Baca Juga: Masjid Agung Al-Anwar, Peninggalan Macan Putih Pasuruan

Berita Terkini Lainnya