Masjid Agung Al-Anwar, Peninggalan Macan Putih Pasuruan

Telah dibangun sejak 1759

Pasuruan, IDN Times - Langit mulai meredup menggantikan warna jingga menjadi ungu terang. Azan maghrib mulai berkumandang. Para lelaki datang dari berbagai arah, utamanya dari Alun-alun Pasuruan. Mereka berjalan kaki, ada juga yang sambil menyibakkan sarung di lehernya, memasuki Masjid Agung Al Anwar, bangunan penuh sejarah di jantung Kota Pasuruan.

Baca Juga: Sejahterakan Modin, Cara Kota Pasuruan Jaga Citra Daerah Religi

1. Masjid besar jujugan warga Pasuruan

Masjid Agung Al-Anwar, Peninggalan Macan Putih PasuruanIDN Times/Fitria Madia

Masjid Agung Al Anwar luasnya mencapai 3.770 meter persegi, termasuk komplek pemakaman KH Abdul Hamid yang terletak di belakang. Uniknya, warga Pasuruan lebih familiar mengenal Masjid Agung Al Anwar dengan sebutan Masjid Jami'. Wisatawan pun dibuat bingung lantaran tidak ada petunjuk nama masjid yang terpampang di depannya.

"Masjid itu ada yang jami' dan tidak jami'. Masjid Agung Al Anwar ini jaman dulu disebut Masjid Jami' karena bisa dibuat Salat Jumat. Keterusan sampai sekarang," terang Ketua Takmir Masjid Al Anwar, Abdullah Sodiq kepada IDN Times, Kamis (28/2).

Masjid Agung Al Anwar terdiri dari dua lantai. Seluruhnya difungsikan untuk jemaah laki-laki. Sementara jemaah wanita diperkenankan salat di tempat terpisah yaitu Musala Al Anwar. Pemisahan seperti ini memang terjadi tak hanya di masjid tapi juga komplek pemakanan yang telah menjadi budaya lingkungan sekitar.

2. Lima kali mengalami renovasi sejak dibangun pada 1759

Masjid Agung Al-Anwar, Peninggalan Macan Putih PasuruanIDN Times/Fitria Madia

Masjid berwarna putih ini berhiaskan ukiran dan kaligrafi bercat hijau. Di tengah-tengah masjid terdapat kubah besar berwarna putih. Tak lupa pula terdapat menara masjid di sisi selatannya yang terdiri dari 3 tingkat. Ruang-ruang menara difungsikan sebagai perpustakaan, balai pengobatan, dan kantor administrasi.

Meskipun telah direnovasi berulang kali, namun nuansa masjid kuno masih terasa. Terang saja, masjid ini sudah berumur hampir 3 abad. Diperkirakan Masjid Agung Al Anwar ini berdiri pada tahun 1759 masehi oleh ulama besar Pasuruan, KH Hasan Sanusi atau lebih populer sebagai Mbah Slagah.

"Sudah 5 kali. Selalu diturunkan kepada nadzir-nya. Tapi yang membesarkan hingga di tingkat itu Kiai Yasin. Dulu luasnya hanya 1000 meter persegi," imbuh Gus Dulloh yang juga merupakan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Salafiyah.

3. Dibangun oleh Macan Putih Pasuruan

Masjid Agung Al-Anwar, Peninggalan Macan Putih PasuruanIDN Times/Fitria Madia

Masjid Agung Al Anwar merupakan salah satu kebanggan warga Kota Pasuruan. Pasalnya, Mbah Slagah yang membangun masjid dikenal sebagai julukan Macan Putih (Slagah) Pasuruan. Tak hanya gagah dalam menyebarkan ajaran Agama Islam, Mbah Slagah juga salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia saat dijajah oleh Belanda.

Dulloh menceritakan, Mbah Slagah kala itu merasa belum ada masjid utama di Pasuruan yang dapat dijadikan tempat beribadah jemaah. Ia sempat ingin membangun sebuah masjid di kawasan Kebonsari. Namun akhirnya Bupati kala itu memberikan sebidang tanah untuk Mbah Slagah di dekat alun-alun Pasuruan.

Meski Mbah Slagah berjasa bagi masjid tersebut, ia berbeda dengan pendiri masjid-masjid bersejarah lain di mana mereka akan dimakamkan dekat dengan masjid yang ia dirikan. Namun Mbah Slagah enggan melakukan hal tersebut. Jenazah Mbah Slagah disemayamkan di komplek makam Mbah Slagah, Jalan Slagah Pasuruan.

4. Masih kental dengan kesan kuno

Masjid Agung Al-Anwar, Peninggalan Macan Putih PasuruanIDN Times/Fitria Madia

 

Tak hanya bangunannya yang kuno, petunjuk waktu di Masjid Agung Al Anwar juga masih menggunakan jam istiwa' atau jam matahari. Hingga kini bedug akan ditabuh sesuai jam istiwa' yang kira-kira berjarak 30 menit dari Waktu Indonesia Barat.

"Tapi sekarang bedug cuma ditabuh saat zuhur karena bedugnya sudah lama ya. Biar terjaga. Selain itu mimbar di dalam masjid itu juga kuno, sudah berabad-abad," tuturnya.

Mimbar yang biasanya digunakan saat kutbah juga merupakan benda antik. Gus Dulloh memperikan mimbar tersebut dibuat pada tahun 1930-an. Hingga saat ini mimbar hingga roda-roda kecil di kaki mimbar masih dapat berfungsi dengan baik.

5. Masjid tak pernah sepi

Masjid Agung Al-Anwar, Peninggalan Macan Putih PasuruanIDN Times/Fitria Madia

 

Masjid Agung Al Anwar selain berfungsi sebagai tempat ibadah umat muslim, terdapat pula lembaga pendidikan. Salah satunya adalah Taman Pendidikan Quran (TPQ) yang sudah memiliki 300 murid. Kegiatan belajar mengajar TPQ dilaksanakan setiap hari kecuali hari Jumat setelah salat isya.

Kini masjid tersebut tak pernah sepi. Warga Pasuruan maupun wisatawan selalu berlalu lalang di Masjid. Apalagi ketika haul KH Abdul Hamid tiba. Seperti tahun lalu, ribuan manusia menyesaki masjid hingga meluber ke jalanan.

"Saya harap masjid ini dapat terjaga dan dicintai oleh umat hingga waktu yang lama. Ini merupakan peninggalan sejarah yang berharga," pungkas Gus Dulloh.

Baca Juga: Berziarah ke Makam KH Abdul Hamid, Ulama Besar Kota Pasuruan

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya