TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemkot Surabaya Sangkal Curhatan Dokter yang Viral di Twitter

Ribuan APD sudah disalurkan ke rumah sakit-rumah sakit

ilustrasi Twitter (unsplash.com/Kon Karampelas)

Surabaya, IDN Times - Utas yang ditulis oleh dokter Rumah Sakit Royal Surabaya, Aditya Cakasana Janottama mendapat respons dari Pemeritah Kota Surabaya. Pemkot mengatakan bahwa selama ini pihaknya rutin mengirimkan bantuan Alat Pelindung Diri (APD) kepada rumah sakit rujukan.

1. Pemkot sudah bantu ribuan APD

Kepala Diskominfo Muhamad Fikser saat menjelaskan Aplikasi Isyana di Kantor Diskominfo (3/2). IDN Times/Tarida Alif

Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya M Fikser mengatakan bahwa selama ini pihaknya sudah mengirimkan 82.651 buah APD kepada 50 rumah sakit rujukan dan non rujukan serta Labkesda. Hal ini tidak seperti yang diungkapkan oleh Aditya dalam cuitannya.

"Total ada 82.651 baju APD yang diberikan kepada 63 puskesmas, 50 RS rujukan dan non rujukan serta Labkesda. Selain itu, kami juga bantu masker bedah, masker N95, Face Shield, sepatu boot, goggle, sarung tangan, ventilator, dan berbagai peralatan medis lainnya ke rumah sakit-rumah sakit itu,” ujar Fikser melalui siaran pers Humas Pemkot Surabaya, Rabu (27/5).

2. APD sudah diserahkan ke RS masing-masing

Kadiskominfo Kota Surabaya M. Fikser. IDN Times/Fitria Madia

Menurut Fikser, bantuan APD dan berbagai peralatan medis itu diharapkan dipergunakan untuk tenaga medis saat bertugas. Ia pun kemudian tak tahu menahu jika pada akhirnya APD tersebut memang tidak dirasakan oleh para dokter yang bertugas secara langsung.

“Tapi yang pasti, kami memiliki data semua APD yang diterima oleh pemkot, langsung hari itu juga didistribusikan ke rumah sakit-rumah sakit itu. Bahkan, Bu Wali Kota sendiri yang membaginya rata-rata sesuai kebutuhan dan kami ada bukti terimanya,” tuturnya.

Baca Juga: Dokter Viral karena Curhat di Twitter Terancam Diberi Sanksi oleh RS

3. Rapid test massal tetap diperlukan

Ilustrasi rapid test. (IDN Times/Mia Amalia)

Fikser juga tak sepakat dengan pendapat Aditya bahwa pelaksanaan rapid test secara massal akan membuang-buang uang. Pasalnya rapid test adalah upaya untuk memilah pasien COVID-19 secara cepat agar bisa segera ditangani.

"Selain itu, kami juga melakukan penanganan COVID-19 dengan melakukan rapid test massal dan yang reaktif diajukan untuk melakukan tes swab. Ini semua kami buka karena kami tidak ingin seperti gunung es, kami buka tabir ini semuanya,” ungkapnya.

Baca Juga: Cuitan Curhat Dokter di Surabaya Viral, Keluhkan Penanganan COVID-19

Berita Terkini Lainnya