TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pakar Mikrobiologi Unair Peringatkan Potensi Pandemik dari Virus Nipah

Karena penularannya sudah melalui manusia

Pakar Mikrobiologi Unair, Dr. Agung Dwi Wahyu Widodo dr., M.Si, M.Ked.Klin, SpMK. Dok Humas Unair

Surabaya, IDN Times - Pakar Mikrobiologi Universitas Airlangga, Dr. Agung Dwi Wahyu Widodo dr., M.Si, M.Ked.Klin, SpMK memperingatkan akan potensi pandemik berikutnya yang berasal dari virus nipah. Apalagi, virus ini memiliki memiliki tingkat kematian yang tinggi dan belum ada vaksinnya.

1. Awalnya ditemukan di babi

unsplash.com/Ed van duijn

Dosen Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Dr. Agung Dwi Wahyu Widodo dr., M.Si, M.Ked.Klin, SpMK menjelaskan, virus nipah merupakan virus yang menular pada hewan yaitu babi. Namun, pada tahun 1999 di Malaysia, virus ini sempat menjadi wabah di kalangan peternak yang kontak langsung dengan babi sakit.

"Virus ini berpotensi menjadi pandemi kedua. Karena sifat virus dan cara penularannya mirip dengan SARS-CoV-2,” ujar Agung, Jumat (5/2/2021).

Baca Juga: Wacana Sertifikat Vaksinasi COVID-19 Dikritik Guru Besar Unair

2. Akhirnya menular antarmanusia

Unsplash/Peter Neumann

Berdasarkan penelitian Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre, virus ini ditemukan dari kelelawar buah dan bisa menular ke manusia. Virus ini akan menjadi berbahaya jika akhirnya bermutasi dan bisa menyebar lebih cepat dari manusia ke manusia seperti virus corona. 

“Pandemik bisa terjadi karena meski diakibatkan oleh kelelawar buah, tapi sudah terjadi penularan dari orang ke orang. Masa inkubasinya juga mirip dengan SARS-CoV-2, yaitu sekitar 5 sampai 14 hari,” tuturnya.

3. Tingkat kematian tinggi

Ilustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Agung menambahkan, virus ini harus cukup diwaspadai. Pasalnya, hingga saat ini tingkat kematiannya cukup tinggi yaitu mencapai 75 persen. Tingkat kematian yang tinggi ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain penanganan yang kurang komperhensif, gejala yang tidak umum, dan kejadian yang terjadi sangat cepat. Sampai saat ini juga belum ditemukan vaksin atau obat untuk virus ini.

"Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk virus ini. Pengobatannya hanya penatalaksanaan suportif saja agar penderita bisa bertahan hidup,” ungkapnya.

Baca Juga: Sama Berbahayanya dengan COVID-19, Ini 5 Fakta Sains Virus Nipah

Berita Terkini Lainnya