TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kecanggihan Teknologi Jadi Kunci Sinkronisasi Data COVID-19 di Jatim

Dulu data di tiap tingkatan sering berbeda

Ilustrasi. Petugas medis yang tangani pasien COVID-19 harus mengenakan alat pelindung diri atau APD (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Surabaya, IDN Times - Perbedaan data pasien COVID-19 memang menjadi permasalahan setiap daerah selama pandemik. Tak terkecuali Provinsi Jawa Timur. Saat awal pandemik, tak hanya data provinsi yang berbeda dengan data nasional, data daerah dengan milik provinsi pun tak seragam. Namun kini, Satgas Provinsi Jatim dan daerah berhasil mencari permasalahan dan solusinya.

1. Dulu data sering berbeda karena serba manual

Juru Bicara Satgas COVID-19 Jatim dr Makhyan Jibril. IDN Times/ Dok. Istimewa

Juru Bicara Satgas COVID-19 Jatim dr Makhyan Jibril menjelaskan, perbedaan data sempat menjadi masalah yang merepotkan pada awal pandemik. Lantaran adanya perbedaan data ini, jatah bantuan, reagen, dan lain-lain pun tidak bisa tepat. Bukan hanya hitungan jari, perbedaan data ini bahkan bisa mencapai puluhan tiap harinya.

Jibril yang juga berkutat di bagian informatika dan teknologi Satgas COVID-19 Jatim ini kemudian mencari penyebab perbedaan data tersebut. Ternyata, masalah utama mereka adalah tidak adanya sistem yang membantu merapikan data.

"Dulu itu pusat ngasihnya cuma data di excel diglondongkan begitu saja. Jadi kami harus metani (memilah) satu-satu. Ini masuk Surabaya, ini Sidoarjo, ini mana. Jadi sulit karena semua harus manual," ujar Jibril saat dihubungi IDN Times, Jumat (15/1/2021).

Baca Juga: Emil Dardak Jadi Orang Pertama di Jatim yang Disuntik Vaksin

2. Satgas COVID-19 Jatim membuat sistem sendiri

Juru Bicara Satgas COVID-19 Jatim dr Makhyan Jibril. IDN Times/ Dok. Istimewa

Akhirnya, berbekal keterampilan yang ia miliki, Jibril bersama timnya membuat sistem sendiri untuk mengorganisir data-data pasien COVID-19. Sistem ini dinamakan COVID-19 registry. Mereka hanya perlu memasukkan data ke sistem tersebut dan data ini kemudian dapat dibagi berdasarkan daerahnya masing-masing.

Tak hanya itu, sistem ini juga bisa merekam jejak tiap pasien mulai laboratorium tempatnya tes, rumah sakit yang menangani, hasil pemeriksaan kesehatan, hingga komorbid. Sehingga, data yang dimiliki oleh Satgas Jatim lengkap.

"Karena tujuan lainnya adalah untuk penelitian. Data ini juga sering dipakai Universitas Airlangga untuk penelitian. Jadi dicari tahu misal penyebab kematian itu paling banyak apa saja dan dicari jalan keluarnya," ungkapnya.

3. Waktu verifikasi yang sempit tetap menyulitkan

Cara pencegahan virus corona dan nomor penting yang bisa dihubungi terkait virus Corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Sistem COVID-19 registry ini sudah dibuat sejak April 2020. Namun ternyata, Satgas COVID-19 Jatim masih menemui kendala dalam menyelaraskan data dari nasional, provinsi, hingga ke kabupaten/kota.

"Nasional itu dapat datanya dari laboratorium. Lalu dari nasional turun ke provinsi disuruh untuk membagi ke daerah-daerah lalu diverifikasi. Provinsi baru bisa deklarasi data kalau sudah diverifikasi oleh daerah," jelas Jibril.

Akan tetapi, saat itu ternyata permasalahan lainnya adalah waktu yang terbatas untuk verifikasi. Jibril mengatakan, biasanya timnya mendapat data yang dideklarasi sekitar pukul 12.00 WIB. Sedangkan pada hari yang sama sekitar pukul 17.00-19.00 WIB, pihaknya harus menyelesaikan verifikasi di daerah-daerah.

"Karena waktunya gak cukup cuma beberapa jam saja jadi sering kali kasusnya jadi kasus pending. Lalu dimasukkan ke data besoknya. Ini yang akhirnya membuat tidak sinkron," terangnya.

4. Tambahan waktu verifikasi mempermudah kinerja

Ilustrasi - Ruang deteksi polymerase chain reaction (PCR). (ANTARA FOTO/Moch Asim)

Setelah mengetahui permasalahan utama mereka, Satgas COVID-19 Jatim kemudian berkeluh kesah ke Satgas COVID-19 nasional. Mereka kemudian meminta agar data deklarasi bisa diserahkan sehari sebelumnya. Sehingga, mereka memiliki waktu yang cukup untuk memverifikasi data-datanya.

"Alhamdulillah, karena punya waktu yang cukup jadi data bisa diverifikasi dan disinkronkan dengan baik," sebut Jibril.

Baca Juga: MUI Jatim Sebut Vaksinasi COVID-19 Sebagai Ikhtiar

Berita Terkini Lainnya