TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Duh! Ada Calo Plasma Konvalesen Berkeliaran di Surabaya

Kalau butuh donor bisa langsung ke UDD PMI Surabaya, ya!

ilustrasi plasma konvalesen (bmedicalsystems.com)

Surabaya, IDN Times - Ada-ada saja otak bisnis masyarakat yang memanfaatkan krisis di tengah pandemik COVID-19. Ternyata, tingginya permintaan plasma konvalesen (PK) menjadi celah adanya calo. Para calo ini mengambil keuntungan dengan menghubungkan keluarga yang membutuhkan donor kepada pendonor.

Baca Juga: PMI Jatim Ungkap Plasma Konvalesen Jadi Ajang Bisnis hingga Penipuan

1. Ada calo plasma konvalesen di PMI Surabaya

bonepos.com

Kabag Pelayanan dan Humas Palang Merah Indonesia (PMI) Surabaya, dr Martono Adi Trijogo menjelaskan, para calo tersebut kerap berkeliaran di sekitar UTD PMI Surabaya. Mereka kemudian mendekati para pencari donor yang terlihat kebingungan di sekitar UTD PMI.

"Itu kan karena mereka bingung untuk mencari plasma. Mungkin ada orang lain, orang yang lewat 'itu saya punya pedonor'," ujar Martono, Rabu (28/7/2021).

2. Polisi sempat menangani para calo

Ilustrasi Garis Polisi (IDN Times/Arief Rahmat)

Pihak PMI Surabaya pun menyadari keberadaan para calo PK tersebut. Mereka kemudian memasang spanduk di pintu masuk untuk mengarahkan para pencari donor agar langsung masuk ke PMI tanpa menggubris para calo. Bahkan, kasus calo PK itu sempat ditangani oleh kepolisian.

"Kapan hari 2 atau 3 minggu yang lalu, sempat ada polisi di sini tapi sudah diatasi," tuturnya.

3. Calo plasma konvalesen juga berkeliaran di media sosial

Unsplash.com/Jakob Owens

Tak hanya calo secara langsung, Martono tak memungkiri bahwa ada pula calo yang berkeliaran di media sosial. Para calo ini menghubungi pihak-pihak yang membutuhkan donor dan menghubungkan kepada pendonor.

"Orang butuh plasma konvalesen kan panik, akhirnya ngeshare di medsos, akhirnya ada yang memanfaatkan medsos itu. Mungkin dia punya pendonor, atau orang yang mungkin mencari kesempatan, orang yang mencari donor PK di medsos dihubungi. Akhirnya dipertemukan pendonor dengan pasien, itu gak boleh memang," ungkapnya.

4. Pendonor dan penerima donor tak seharusnya saling mengenal

Kepala BNPB Doni Monardo donorkan plasma konvalesen (Dok. Humas BNPB)

Padahal, lanjut Martono, seorang pendonor dan penerima donor tak boleh saling mengenal satu sama lain. Hal ini bertujuan untuk menghindari transaksi di kemudian hari. Tentu saja keberadaan calo ini berpotensi melanggar ketentuan tersebut.

"Apa lagi tahu yang sakit, 'oh saya ditolong sama si B', akhirnya dia merasa berutang budi. Sebaliknya, yang nolong tahu alamatnya rumahnya di sini, mungkin namanya orang butuh sesuatu dia datang 'dulu kamu saya tolong, sekarang saya butuh'," jelasnya.

Baca Juga: Dear Penyintas, 574 Pasien COVID-19 Surabaya Butuh Plasma Konvalesen

Berita Terkini Lainnya