TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Reog Ponorogo Diklaim Malaysia, Pakar: Sudah Cukup Sering!

Indonesia harus segera daftarkan Reog ke Unesco

Ilustrasi Tari Reog Ponorogo (IDN Times/Nevalika Syawina)

Surabaya, IDN Times - Klaim Malaysia atas kesenian Reog menuai kontra bagi masyarakat Indonesia khususnya para seniman Reog. Sebab, kesenian yang satu ini dikenal sejak lama berasal dari Ponorogo, Jawa Timur (Jatim). Pakar Universitas Airlangga (Unair) pun memberikan tanggapan.

Baca Juga: Warga dan Seniman Reog di Ponorogo Terus Gelar Aksi Protes 

1. Upaya Malaysia daftarkan Reog ke UNESCO jadi refleksi bangsa Indonesia

un.org

Pakar Budaya Unair, Puji Karyanto mengatakan, langkah Malaysia yang akan mendaftarkan Reog sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO menjadi sebuah refleksi bagi bangsa Indonesia agar tidak abai dengan budaya tradisi. "Kita sebenarnya sudah cukup sering belajar terkait hal-hal seperti ini," ujarnya, Senin (11/4/2022).

"Tentu saja, ketika ada hal seperti ini, ini sekaligus menjadi sarana refleksi bagi kita kenapa sampai ada negara lain yang ingin mendaftarkan salah satu warisan budaya tak benda kita ke UNESCO. Jangan-jangan warisan tak benda ini memang lebih hidup di mereka, daripada di kita,” dosen pengantar ilmu budaya ini menambahkan.

2. Ingatkan kebudayaan milik komunal, jika ingin diakui perlu didaftarkan

ilustrasi Jathil, salah satu penari Reog Ponorogo (goodminds.id)

Puji mengingatkan bahwa satuan kebudayaan berbeda dengan satuan politik. Secara kebudayaan, kesenian tradisi umumnya dianggap milik komunal, bukan milik perorangan. Hal itu berkaitan dengan pola pikir zaman sekarang.

Pola pikir yang dimaksud yakni terdapat klaim yang mengharuskan Indonesia mendaftarkan kebudayaannya ke UNESCO agar tidak selanjutnya hilang dan diambil alih oleh pihak lain. Namun, tak cukup hanya mendaftarkan saja, tapi juga harus dirawat.

Baca Juga: Diklaim Malaysia, Seniman Reog di Surabaya Ngamuk

Berita Terkini Lainnya