TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Fatchul, Mantan Anak Punk Lamongan yang Naik Haji

Panggilan Allah memang tak ada yang bisa menduga

CJH Lamongan, Fatchul. Dok. PPIH Surabaya.

Surabaya, IDN Times - Jika di televisi ada sinetron 'Tukang Bubur Naik Haji', berbeda dengan kenyataan, ada mantan anak Punk naik haji. Ialah Fatchul Supriyanto, jemaah haji yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 3 Jawa Timur (Jatim).

1. Bermula dari jadi ahli waris haji

CJH Lamongan, Fatchul. Dok. PPIH Surabaya.

Fatchul tak pernah menyangka dirinya akan menunaikan rukun Islam kelima di usia 33 tahun. Sulung dari dua bersaudara ini diputuskan menjadi ahli waris pengganti haji bapaknya yang telah wafat setahun lalu. Sejak itu, dia mencari kiai dan gus dari pesantren di Kediri.

Dia mengaku dibimbing ulama bernama Gus Rofik. Kemudian ia mendapat motivasi serta pernyataan yang akan selalu dia kenang. "Beliau bilang, lebih baik menjadi mantan preman, daripada menjadi mantan ustaz," kata dia. Padahal, Fatchul sempat terbersit ketakutan dalam dirinya akan dosa-dosanya di masa muda.

Baca Juga: Duh! Jemaah Haji Bojonegoro Ada yang Bawa Pancing

2. Sempat nge-punk usai lulus SMA

Ilustrasi anak Punk. Pexels.com/Alex Broski

Pria asal Lamongan 33 ini berbagi cerita masa lalunya. Selepas menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dia bergabung dengan anak-anak punk yang ada di wilayahnya. "Saya ingin mencari jati diri. Saya ikut bergabung dengan anak Punk. Jadi salah pergaulan," katanya.

Meskipun bergabung dengan kelompok anak jalanan, Fatchul bersyukur dirinya dulu tidak sampai menindik, mentato bagian dari tubuhnya, atapun mencicipi narkoba. Kehidupannya bersama anak Punk, tentu di luar sepengetahun kedua orangtuanya.

"Waktu itu, bapak ibu saya tidak tahu dengan kehidupan yang saya jalani. Apalagi bapak saya pas jadi  TKI di Malaysia," ungkapnya.

Menghabiskan masa mudanya bersama teman Punk pun berdampak pada kehidupan ritualnya. "Kalau minum-minuman keras sudah biasa, ninggalin sholat ya sudah biasa, namanya juga ikut pergaulan yang ada," dia mengungkapkan.

Meski demikian, jemaah haji yang berangkat bersama ibu tercintanya ini pantang meninggalkan salat Jumat. " Satu kali pun saya ga pernah meninggalkan salat Jumat, karena itu harga diri seorang laki-laki," kata dia.

Seiring berjalannya waktu, ia merasakan kehampaan dalam dunia Punk. Fatchul pun putar haluan. Ia memilih kembali ke masyarakat. Setahun berikutnya ia ikut pamannya berjualan tahu campur di Surabaya.

Baca Juga: Duh! Jemaah Haji Bojonegoro Ada yang Bawa Pancing

Berita Terkini Lainnya