TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Belasan Layanan IGD Rumah Sakit Surabaya Tutup Sementara

Pasien COVID-19 membludak dan nakes kelelahan

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi meninjau sejumlah Rumah Sakit di Surabaya. Dok. Pemkot Surabaya.

Surabaya, IDN Times - Belasan layanan Instalasi Gawa Darutat (IGD) rumah sakit di Surabaya terpaksa ditutup sementara. Sebab, kapasitasnya penuh dengan pasien COVID-19. Ditambah lagi, tenaga kesehatan (nakes) di sana banyak yang terpapar.

Baca Juga: BOR di Surabaya Penuh, 124 Dokter Terpapar COVID-19

1. PERSI sebut penutupan IGD dilakukan dinamis

Ilustrasi IGD (IDN Times/Besse Fadhilah)

Tutupnya belasan layanan IGD rumah sakit di Surabaya ini dibenarkan oleh Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Jawa Timur (Jatim), dr. Dodo Anondo. Namun dia menekankan kalau bukan tutup total, melainkan tutup dinamis.

"Memang betul rumah sakit itu menutup sementara (IGD-nya). Perlu digaris bawahi menutup sementara, artinya kami sistemnya buka tutup secara dinamis," ujarnya, Senin (5/7/2021).

Belasan IGD rumah sakit yang dikabarkan tutup sementara yaitu RSI Jemursari, RSI Ahmad Yani, RS Royal, RS Wiyung Sejahtera, RS PHC, RS Adi Husada Undaan Wetan, RS Adi Husada Kapasari, RS Premier, National Hospital, RS Al - Irsyad, RS Gotong Royong, RS RKZ dan RS William Booth.

Terkait alasan ditutupnya IGD belasan rumah sakit, dr. Dodo mengonfirmasi kalau memang benar ditengarai banyaknya pasien COVID-19. Sehingga rumah-rumah sakit itu tidak bisa menampung pasien lagi. Nah, para pasien ini ingin segera ditangani rumah sakit.

"Sekarang pasien di IGD itu berlebihan yang datang, semua ingin ditangani oleh RS. Karena orang-orang sering datang tanpa rujukan puskesmas, karena memang penyakit ini memang cukup cepat penularanya, dan cepat infeksinya," bebernya.

2. Banyak nakes yang terpapar COVID-19

Ilustrasi perawat yang kelelahan setelah memberikan pelayanan kepada positif COVID-19 (IDN Times/Ervan)

Lonjakan pasien ini rupanya menjadi efek domino ke para nakes. Jumlah dokter, perawat hingga petugas administrasi di RS terus berkurang, karena mereka terpapar Covid-19. Ada yang kini masih menjalani isolasi mandiri, ada pula yang sampai opname.

"Kemudian juga ada yang belum sembuh ada juga cukup banyak yang meninggal. (Sekarang ini) katakanlah 10 pasien tapi tenaga nakesnya cuma satu, ya tidak bisa melayani," ungkap dr. Dodo.

Sehingga, lanjut dia, tindakan menutup sementara IGD ini sebagai upaya rumah sakit untuk mengevaluasi serta mencoba mencari cara untuk memperbaiki sitem pelayanannya. Seperti mengatur ulang skema dengan buka tutup IGD

"Makanya itu, kami juga sekarang situasi RS ini bertahan, betul-betul bertahan supaya tidak kolaps. Untuk itu kami ngatur, ngatur tenaga, ngatur buka-tutupnya," katanya.

dr. Dodo juga mengimbau kepada pasien yang belum tertampung di rumah sakit, agar mau mengkomunikasikan keadaanya kepada puskesmas, serta petugas Satgas COVID-19 di lingkungan sekitar rumahnya. Sehingga petigas bisa memantau kondisinya secara langsung dan berkala.

Baca Juga: RSI Jemursari Lockdown, Ini Penyebabnya

Berita Terkini Lainnya