Pileg 2024 Banyuwangi, Anak Muda Bukan Sekadar Aksesoris Politik

Eksistensi anak muda butuh diakui

Banyuwangi, IDN Times - Kontestasi politik lima tahunan akan digelar pada Februari 2024 mendatang. Seluruh partai telah mengatur strategi dan merekrut sejumlah orang untuk menjadi kadernya. Diprediksi, pada pesta demokrasi kali ini akan menjadi panggung bagi figur muda untuk nyemplung ke dunia politik.

Dalam beberapa tahun terakhir, anak muda di Indonesia telah menunjukkan kecenderungan untuk lebih terlibat dalam aktivitas politik. Mereka mengambil peran aktif dalam kampanye sosial, advokasi, dan aktivisme. Tren ini didorong oleh meningkatnya kesadaran politik, akses yang lebih mudah terhadap informasi melalui media sosial, dan semakin terbukanya ruang politik bagi mereka.

Di Banyuwangi, Jawa Timur, misalnya. Berdasarkan penelusuran IDN Times, sejumlah anak muda dari berbagai latarbelakang telah mendaftarkan diri menjadi peserta Pemilihan Legislatif 2024 mendatang. Mereka mengaku akan membawa perspektif yang segar, gagasan inovatif, dan pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu yang relevan bagi generasi muda di dunia politik.

1. Anak muda tak mau jadi aksesoris politik semata

Pileg 2024 Banyuwangi, Anak Muda Bukan Sekadar Aksesoris PolitikIlustrasi kampanye. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Salah satu caleg muda dari dapil 1 Banyuwangi, Rachel Puspa Angelia, mengusung semangat muda untuk mencoba masuk ke dalam parlementer. Kepada IDN Times, dara 21 tahun ini mengaku ingin berkontribusi kepada masyarakat luas melalui jalur politik.

Eks Jebeng Thulik Banyuwangi ini merasa harus terlibat langsung ke dalam politik itu sendiri. Ketimbang menjadi aksesoris lima tahunan oleh para elit. Sebab itulah, Rachel ingin membawa politik yang segar dan ramah bagi kawula muda.

"Karena saya rasa selama ini anak muda khususnya pemilih pemula, hanya dijadikan aksesoris politik. Hanya dibutuhkan ketika saat Pemilu," ungkap Rachel, Selasa (30/5/2023).

2. Kawula muda optimistis lebih baik dari generasi senior

Pileg 2024 Banyuwangi, Anak Muda Bukan Sekadar Aksesoris PolitikIlustrasi kampanye. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Rachel optimistis dengan gagasan dan ide yang dimilikinya akan membawa dampak baru bagi parlente di Banyuwangi. Hal inilah yang menurutnya akan membuat calon legislatif muda berbeda dengan mereka yang sudah tergerus usia.

Rachel mengakui, para legislatif yang mencalonkan kembali memang dibekali dengan segudang pengalaman. Namun sebagai calon baru, anak muda harus lebih kreatif dari segala perspektif dan pandai dalam memanfaatkan teknologi saat ini.

"At least, semisal kita ambil segmentasinya anak muda, kita paham cara apa saja yang harus dibuat yang tentunya relevan dengan mereka," ungkapnya.

Dalam hal kampanye misalnya, Rachel menyebut sebagai calon muda harus mampu merangkul entitas mereka melalui cara-cara yang unik. Pendidikan politik yang benar merupakan salah satu hal yang harus diberikan kepada anak-anak muda saat ini.

3. Bukan sekedar popularitas atau sampul politik

Pileg 2024 Banyuwangi, Anak Muda Bukan Sekadar Aksesoris PolitikIlustrasi politik uang. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Dalam kontestasi 2024 nanti, memang banyak calon yang maju bermodalkan popularitas dan juga kekuatan "keluarga". Namun bagi Rachel, alasan seorang bisa terpilih tidak hanya bergantung segmentasi popularitas semata. Strategi pendekatan kepada masyarakat jauh lebih penting daripada sekedar pasang-pasang baliho semata.

"Maka harus pandai menggunakan cara baru untuk branding sebagai pengenalan diri. Tapi tetap, terjun langsung ke masyarakat adalah prioritasnya," katanya.

Terkait biaya politik, Rachel tidak memungkiri bahwa itu juga dibutuhkan. Namun, bukan berarti harus selalu menggunakan uang untuk memungut suara dari para pemilih. Menurutnya, kepercayaan dan pembuktian kualitas dan kontribusi langsung jauh lebih bermanfaat ketimbang politik uang.

"Banyak cara yang bisa digunakan, uang bukan segalanya. Karena nilai paling mahal adalah membangun bonding dan kepercayaan masyarakat terhadap kita dengan kualitas dan kontribusi langsung," katanya.

4. Harga atas sistem demokrasi terbuka

Pileg 2024 Banyuwangi, Anak Muda Bukan Sekadar Aksesoris PolitikDrs. Andang Subaharianto. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Secara terpisah, Rektor Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Drs Andang Subaharianto, menilai bahwa sistem politik terbuka saat ini memang memungkinkan siapapun dapat mencalonkan diri. Menurutnya, hal inilah yang nantinya akan menjadikan politik lebih dinamis.

"Siapapun bisa mencalonkan diri melalui partai. Maka tidak heran jika mereka yang punya popularitas, punya modal banyak atau punya pengaruh, bahkan yang hanya iseng-iseng berhadiah bisa mencalonkan diri," kata Andang.

Namun, sebaik-baiknya calon, Andang menilai calon yang ideal adalah mereka yang mampu menerjemahkan ideologi partai untuk kepentingan khalayak. Menurutnya, selain kampanye, para calon harus memiliki branding tersendiri yang mencerminkan keunggulan mereka.

"Karena masyarakat bisa memilih sesuai dengan kehendaknya atas dasar banyak faktor. Like dislike salah satunya, dan banyak alasan lainnya. Disitulah tantangan yang harus dipenuhi untuk mengukir kepercayaan," jelasnya.

Baca Juga: Caleg Millennial Sumsel Bawa Aspirasi Perempuan, Promosi Lewat Medsos

Agung Sedana Photo Community Writer Agung Sedana

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya