Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Indeks Kebebasan Pers di Indonesia Turun Setiap Tahun

Seminar world press freedom day 2025 di IAIN Kediri. IDN Times/ istimewa

Kediri, IDN Times - Indeks kebebasan pers di Indonesia terus menurun setiap tahunnya. Beberapa kasus kekerasan terhadap pers masih terus terjadi. Hal ini diungkapkan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Nanti Afrida saat mengisi seminar nasional dan peringatan World Press Freedom Day 2025 di Auditorium IAIN Kediri. Acara ini merupakan rangkaian pembukaan Kongres Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesa (PPMI).

1. Peringkat Indonesia menurun ke posisi 124

Ketika kebebasan pers dibatasi

Nany, menyatakan bahwa kebebasan pers di Indonesia saat ini masih jauh dari ideal dan bahkan memburuk. Berdasarkan Laporan World Press Freedom Index 2025, indeks kebebasan pers di Indonesia tercatat kian merosot ke posisi 124 dari 180 negara.

"Bukan rahasia lagi ya teman-teman, bahwa kebebasan pers di Indonesia saat ini masih jauh dari ideal. Bahkan, memburuk. Meskipun setiap tahun Dewan Pers mengeluarkan indeks kebebasan pers yang masih dianggap baik, pada kenyataan lapangannya itu menunjukkan gambaran yang lebih suram. Bahkan, posisi kita berdasarkan Laporan World Press Freedom Index 2025 yang dirilis Reporters Without Borders (RSF) pada 2 Mei lalu. Tahun ini, indeks kebebasan pers di Indonesia tercatat kian merosot hingga ke posisi 127 dari 180 negara. Pada 2024, Indonesia berada di peringkat 111 di dunia dan pada 2023 di peringkat ke-108," ujarnya, Minggu (4/5/2025).

2. Ancaman juga terjadi bagi Pers Mahasiswa

Seminar world press freedom day 2025 di IAIN Kediri. IDN Times/ istimewa

Tak hanya pers umum, Nany juga menekankan bahwa pers mahasiswa juga tak luput dari tindak kekerasan. Beberapa upaya kekerasan baik secara fisik maupun pembredelan masih sering terjadi. Kelompok Pers Mahasiswa menghadapi berbagai tantangan, termasuk ancaman fisik dan digital, serta keterbatasan akses terhadap pengembangan kapasitas secara profesional.

"Di banyak daerah jurnalis masih mengalami kekerasan dan intimidasi. Itu kita ngomong tentang jurnalis profesional. Tapi kita jarang sekali membicarakan tentang teman-teman pers mahasiswa. Bahkan, di indeks kebebasan pers pun yang dikeluarkan Dewan Pers juga jarang,” tambahnya.

3. Pers Mahasiswa hadapi tantangan yang komplek

Seminar world press freedom day 2025 di IAIN Kediri. IDN Times/ istimewa

Menurut Nany, tantangan bagi Pers Mahasiswa cukup kompleks di masa datang. Tak hanya menghadapi serangan konten berbahaya dan hoax, mereka juga menjadi sasaran tekanan institusi juga. Mereka harus segera membangun jaringan untuk menghadapi kondisi ini.

"Saya cuma ingin mengatakan bahwa tantangan ke depan itu semakin kompleks. Di satu sisi kita menghadapi konten berbahaya, hoax, disinformasi, misinformasi, ujaran kebencian dan lain-lainnya. Tapi di sisi lain pers mahasiswa juga menjadi sasaran sensor, tekanan institusi bahkan serangan digital. Oleh karena itu saya pikir acara ini begitu penting. Karena kita tidak cuma duduk bertemu disini, tapi juga membuat jaringan,” pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zumrotul Abidin
EditorZumrotul Abidin
Follow Us