TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Meski Sudah Vaksin, Pakar Sebut COVID-19 Varian Baru Bisa Menginfeksi

Tetap jaga protokol kesehatan, ya!

pixabay.com/fernandozhiminaicela

Surabaya, IDN Times - Fenomena lonjakan kasus COVID-19 di Bangkalan menuai spekulasi berbagai pakar akan kemungkinan tersebarnya varian corona baru. Apalagi, para tenaga kesehatan yang sudah divaksin pun turut ikut terpapar bahkan hingga meninggal dunia. Pakar Imunologi Universitas Airlangga (Unair) pun menegaskan bahwa vaksinasi saja tak cukup menangkal virus corona secara penuh terutama yang sudah bermutasi.

Baca Juga: CT Rendah, 92 Persen Pasien Klaster Madura di RSLI Amat Infeksius

1. Proses reinfeksi terhadap orang yang sudah divaksinasi mungkin terjadi

Ilustrasi corona. IDN Times/Mardya Shakti

Dosen Fakultas Kedokteran (FK) sekaligus Pakar Imunologi Unair Dr. Agung Dwi Wahyu Widodo dr., M.Si, M.Ked.Klin, SpMK menuturkan bahwa proses reinfeksi terhadap seseorang yang sudah divaksinasi amat mungkin terjadi. Hal ini diakibatkan dari antibodi yang dihasilkan vaksinasi belum tinggi sehingga tubuh tak bisa menetralisasi virus.

"Pada orang tertentu kemungkinan antibodi memang tidak dihasilkan terlalu tinggi. Sehingga yang terjadi virus dapat bertahan dan menimbulkan infeksi," ujarnya, Senin (14/6/2021).

2. Kemungkinan reinfeksi akibat varian baru virus

Ilustrasi: B.1.1.7. news.yale.edu

Reinfeksi ini pun kemungkinan besar terjadi terhadap virus varian baru. Pasalnya, susunan basa pada virus yang sudah termutasi ini berpotensi berbeda dengan varian virus corona yang digunakan dalam vaksin. Alhasil, antibodi yang dihasilkan oleh vaksin tak bisa mendeteksi virus varian baru dengan baik.

“Meski sudah divaksin, karena coronavirus-nya beda varian, maka bisa terjadi proses re-infeksi tadi,” ungkapnya.

3. Beberapa negara temukan reinfeksi warga telah divaksinasi akibat varian baru virus corona

Ilustrasi mutasi virus corona varian B117 dari Inggris. embl.org

Agung melanjutkan bahwa di beberapa negara seperti Hongkong sudah menemukan kasus reinfeksi pasien yang telah divaksinasi akibat varian baru virus corona. Beberapa negara di Eropa dan Amerika Serikat juga sudah menyatakan hasil penelitian serupa.

"Pada beberapa kasus, walaupun sedikit, bisa terjadi reinfeksi pada Varian Alpha. Begitu pula dengan Varian Beta yang dapat menimbulkan reinfeksi juga walaupun tidak tinggi,” tuturnya.

4. Efikasi vaksin menurun di beberapa kasus tapi bukan berarti percuma

ilustrasi penyuntikan vaksin (ANTARA FOTO/Soeren Stache/Pool via REUTERS)

Namun, Agung menekankan bahwa kasus-kasus reinfeksi ini tak semerta-merta membuat vaksin menjadi percuma. Meski ada yang reinfeksi, namun masih banyak pula orang terlindungi oleh vaksin. Selain itu, secara umum Varian Alpha dapat dinetralisir terhadap hampir semua vaksin. Sedangkan pada Varian Beta, banyak vaksin mengalami proses penurunan efikasi.

"Beberapa waktu yang lalu, WHO sudah merilis laporan riset tentang efikasi vaksin
dari berbagai vaksin yang ada di dunia. WHO menyebutkan bahwa efikasi vaksin
beragam antara satu orang dengan yang lain bagaimana responnya terhadap varian
tadi," terangnya.

Baca Juga: Teliti Varian COVID-19 di Bangkalan, Unair Terima 40 Spesimen

Berita Terkini Lainnya