6 Buku Filsafat Posthumanisme yang Mudah Dipelajari

Posthumanisme semakin populer sebagai topik filsafat yang mengajak kita merenungkan kembali makna keberadaan manusia di tengah kemajuan teknologi yang pesat. Konsep ini membahas bagaimana manusia dapat melampaui batas-batas biologis dan moral tradisional, baik melalui kecerdasan buatan, bioteknologi, maupun perubahan sosial.
Buat kamu yang tertarik memahami filsafat posthumanisme, ada beberapa buku yang dapat menjadi pengantarnya. 6 Buku filsafat posthumanisme berikut ini membahas berbagai tema seperti identitas manusia, hubungan antara manusia dan mesin, serta tantangan etis yang dihadapi dalam era digital.
1. Posthumanism – Rosi Braidotti

Dalam buku ini Braidotti menantang pandangan tradisional tentang kemanusiaan dan menyoroti keterkaitan antara manusia, teknologi, dan lingkungan. Ia berargumen bahwa pemahaman kita tentang identitas manusia harus diperluas untuk memasukkan aspek-aspek non-manusia dan non-biner, serta interaksi yang lebih kompleks antara berbagai entitas.
Braidotti memperkenalkan ide subjek posthuman yang mencakup pengalaman dan posisi individu dalam konteks global dan teknologi yang terus berkembang. Dengan merujuk pada filsafat, teori feminis, dan studi budaya, ia mengajak pembaca untuk mempertimbangkan implikasi etis dan politik dari perkembangan teknologi yang cepat, serta bagaimana hal ini mempengaruhi pemahaman kita tentang tubuh, gender, dan keberadaan.
2. The Human Condition – Hannah Arendt

The Human Condition karya Hannah Arendt adalah kajian mendalam tentang sifat dasar eksistensi manusia dan berbagai aktivitas yang membentuk kehidupan sosial. Dalam buku ini, Arendt membedakan tiga aspek utama dari kehidupan manusia yakni labor, work, dan action.
Labor berkaitan dengan aktivitas fisik yang diperlukan untuk bertahan hidup, work merujuk pada penciptaan objek dan struktur yang bertahan dalam waktu, sedangkan action melibatkan interaksi sosial dan kemampuan manusia untuk bertindak dalam konteks publik.
Arendt mengeksplorasi bagaimana kondisi modern, termasuk perkembangan teknologi dan kapitalisme, telah memengaruhi cara kita memahami aktivitas ini dan hubungan kita dengan dunia. Ia mengemukakan bahwa di tengah masyarakat yang semakin mengedepankan efisiensi dan produksi, ada risiko pengabaian terhadap nilai-nilai tindakan dan dialog publik yang esensial untuk kehidupan bersama.
3. The Age of Surveillance Capitalism: The Fight for a Human Future at the New Frontier of Power – Shoshana Zuboff

The Age of Surveillance Capitalism: The Fight for a Human Future at the New Frontier of Power karya Shoshana Zuboff merupakan analisis mendalam tentang bagaimana perusahaan-perusahaan teknologi besar menggunakan data pribadi untuk mengendalikan perilaku manusia dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Zuboff mendefinisikan kapitalisme pengawasan sebagai sistem ekonomi baru yang tidak hanya mengumpulkan data, tetapi juga memanfaatkan informasi tersebut untuk memprediksi dan memanipulasi perilaku individu demi keuntungan.
Dalam buku ini, Zuboff menjelaskan bagaimana praktik pengumpulan data ini mengancam privasi, otonomi, dan kebebasan individu. Ia mengungkapkan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan teknologi tidak hanya bersifat komersial, tetapi juga memiliki implikasi politik yang serius, mengubah cara kita berinteraksi, berpikir, dan memahami dunia.
4. How We Became Posthuman: Virtual Bodies in Cybernetics, Literature, and Informatics – N. Katherine Hayles

Hayles dalam buku ini menjelaskan panjang lebar tentang bagaimana kemajuan dalam sibernetika dan informasi telah mengubah cara kita memahami tubuh dan keberadaan manusia, serta hubungan antara manusia dan mesin.
Buku ini berfokus pada konsep posthuman yang mengacu pada pemikiran bahwa identitas manusia tidak lagi terbatas pada aspek biologis, melainkan dipengaruhi oleh interaksi dengan teknologi dan dunia virtual.
Hayles menelusuri perkembangan historis pemikiran tentang tubuh dan identitas, mengaitkannya dengan karya sastra dan teori-teori sibernetika yang menyoroti pergeseran dalam cara kita memahami diri kita sendiri di era digital.
Dengan menggunakan berbagai contoh dari sastra, film, dan teknologi, Hayles menunjukkan bagaimana narasi posthuman menantang pandangan tradisional tentang kemanusiaan dan subjektivitas.
5. Posthuman Life: Philosophy at the Edge of the Human - David Roden

Posthuman Life: Philosophy at the Edge of the Human karya David Roden mengeksplorasi gagasan bahwa manusia mungkin akan berkembang menjadi sesuatu yang melampaui batasan biologis dan kesadaran manusia saat ini melalui bantuan teknologi dan perubahan evolusi.
Roden mengajukan konsep disconnection thesis, yang menyatakan bahwa makhluk posthuman tidak hanya akan menjadi versi manusia yang lebih maju, tetapi entitas yang berbeda secara fundamental, dengan cara berpikir, berperilaku, dan bereksistensi yang mungkin tidak lagi terhubung dengan standar manusia sekarang.
Buku ini mendalami aspek-aspek seperti transhumanisme, teknologi bioinformatika, dan spekulasi filosofis mengenai kemungkinan makhluk posthuman yang tidak lagi terikat oleh norma-norma manusia.
6. Humanity 2.0: What it Means to be Human Past, Present and Future - Steve Fuller

Dalam karya ini Fuller membahas apa artinya menjadi manusia di era modern, saat teknologi seperti kecerdasan buatan, bioteknologi, dan perpanjangan umur mulai mengaburkan batas antara manusia dan mesin.
Buku ini mengeksplorasi potensi peningkatan manusia dengan mempertimbangkan pandangan transhumanisme dan posthumanisme, sambil mengkaji implikasi sosial dan politik dari perubahan tersebut.
Fuller mempertanyakan bagaimana kita akan mendefinisikan kembali nilai dan tujuan hidup manusia di masa depan. Ia juga membahas konsep Humanity 2.0 sebagai tahap evolusi berikutnya, di mana manusia tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga berkembang melampaui batasan biologisnya.
Setelah mengetahui buku-buku tentang filsafat posthumanisme, apakah kamu tertarik untuk mendalaminya?