Koleksi Gita Orlin di IN2MF 2025, Sentuhan Batik Surabaya

- Koleksi "Culture Highclere" menggabungkan keanggunan Wastra Nusantara dan gaya klasik era 1920-an dengan material pilihan seperti velvet, lace santyli, chiffon silk, organza silk, dan cotton silk.
- Rancangan fleksibel dapat dikenakan oleh wanita dari usia 15 hingga 65 tahun untuk berbagai acara formal maupun santai, menampilkan dominasi warna maroon dan burgundy yang mewah.
- Gita Orlin membawa Batik Surabaya ke panggung internasional melalui IN2MF 2025 dengan pesan kebanggaan terhadap budaya lokal serta dukungan penuh dari Dekranasda Kota Surabaya.
Surabaya, IDN Times - Gita Orlin kembali mencuri perhatian di ajang Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MF) 2025 dengan menghadirkan koleksi terbarunya bertajuk “Culture Highclere”. Koleksi ini merupakan perwujudan harmoni antara keanggunan Wastra Nusantara dan kemewahan gaya klasik era 1920-an.
Terinspirasi dari Batik Surabaya dengan motif Bunga Bungur, Mangrove, dan Abhiboyo, Gita Orlin menampilkan interpretasi modern melalui penggunaan material pilihan seperti velvet, lace santyli, chiffon silk, organza silk, dan cotton silk.
Karya ini juga menonjolkan detail khas seperti handmade embroidery, payet, dan Swarovski, yang memberi kesan mewah tanpa meninggalkan karakter feminin. Sentuhan lengan puffy, frill, serta potongan mermaid, full klok, hingga loose dress menjadikan setiap busana tampil elegan sekaligus fleksibel untuk berbagai suasana.
Filosofi keanggunan dalam setiap rancangan

Salah satu keunggulan koleksi “Culture Highclere” adalah fleksibilitasnya. Rangkaian busana ini dapat dikenakan oleh wanita dari usia 15 hingga 65 tahun, baik untuk acara santai, semi formal, maupun formal seperti perayaan, pesta pernikahan, ulang tahun, hingga acara seremonial.
Dominasi warna maroon dan burgundy menambah kesan mewah dan berwibawa, menggambarkan kekuatan dan keanggunan wanita modern.
Gita Orlin mengaku terinspirasi dari film Downton Abbey dan keindahan kastil Highclere, yang menjadi ikon gaya aristokrat Inggris di masa lalu. “Gaya 1920-an punya pesona klasik dan glamour, sesuai dengan karakter desain saya yang feminin. Saya ingin menunjukkan bahwa Batik Surabaya bisa tampil sejajar dengan tren internasional,” ujar Gita Orlin.
Kolaborasi dengan Dekranasda Kota Surabaya di bawah dukungan penuh Rini Eri Cahyadi juga memperkuat semangat pelestarian Batik Surabaya. Dukungan ini membuka jalan bagi para desainer lokal untuk mengangkat wastra daerah ke panggung yang lebih luas.
Membawa Batik Surabaya ke Panggung Internasional

Melalui 10 look eksklusif yang dihadirkan di IN2MF 2025, Gita Orlin tak hanya menampilkan karya mode, tetapi juga pesan kebanggaan terhadap budaya lokal. Salah satu busana spesial dari koleksi ini bahkan akan dikenakan oleh Adelia Pasha, istri musisi Pasha Ungu.
Keikutsertaan Gita Orlin di IN2MF kali ini menjadi yang keempat, menegaskan konsistensinya sebagai desainer yang terus berinovasi. “IN2MF punya kualitas internasional dan didukung Bank Indonesia. Harapannya, brand Gita Orlin semakin dikenal dunia, sekaligus membawa Batik Surabaya go global,” ungkapnya.
Bagi Gita Orlin, “Culture Highclere” bukan sekadar koleksi, melainkan gerakan untuk mendukung UMKM wastra lokal dan mengajak wanita Indonesia bangga memakai batik. “Memakai Batik Surabaya bukan hanya melestarikan budaya, tapi juga menunjukkan bahwa kita bisa tampil fashionable, elegan, dan percaya diri di segala kesempatan,” tutupnya.