TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Aremania Korwil Jogja Membubarkan Diri, Viral di Twitter

AKJ merasa malu dengan perkembangan Aremania di Malang

AKJ saat bersama suporter lain saat doa bersama untuk korban Tragedi Kanjuruhan. (Dok AKJ)

Malang, IDN Times - Aremania Korwil Jogja menyatakan pembubaran diri pada Rabu (15/03/2023), viral di media sosial Twitter. Mereka menyampaikan dua alasan pembubaran diri adalah karena Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 dan dinamika yang terjadi pasca kejadian yang menewaskan 135 nyawa tersebut.

"Tidak perlu lagi ada darah yang tertumpah di sepak bola. Bagaimanapun, nyawa tetap lebih penting daripada kebanggaan pada klub sepak bola. Semoga nawak-nawak di Malang tidak lupa dengan kalimat ini. Kubur dendam dan kebencian di dalam satu komando Salam Satu Jiwa," tulis akun twitternya @AremaniaJogja.

Tweet ini langsung mendapatkan respon dari 503 ribu netizen, 3.199 like, 1.443 retweet, dan 270 reply. Sebagian besar netizen yang berkomentar menyampaikan respon positif atas sikap dari Aremania Korwil Jogja (AKJ).

Baca Juga: Muncul Seruan Golput dari Aremania, KPU Kab.Malang Genjot Sosialisasi

1. Kekecewaan AKJ pada Arema FC yang tidak peduli pada korban

AKJ saat menyuarakan aspirasi di depan bus Arema FC. (Dok AKJ)

Koordinator AKJ, Fazlurrahman mengatakan jika Sejak kejadian Tragedi Kanjuruhan, AKJ selalu memantau apa yang dilakukan Areman kepada suporternya, Aremania. Mereka merasa Arema FC pasif dan tidak melakukan tindakan yang berarti, sehingga terkesan tidak pro kepada para korban. Padahal menurutnya dengan 135 korban, Arema FC sadar kalau ini adalah tragedi yang besar.

"Teman-teman di Yogyakarta cukup terpukul dengan kejadian itu. Ada teman-teman Aremania Yogyakarta yang datang pada 1 Oktober 2022, meskipun tidak atas nama Korwil," terangnya saat dikonfirmasi pada Jumat (17/03/2023).

Kekecewaan AKJ semakin bertambah saat kesaksian Panpel Arema FC (Abdul Haris) yang mengatakan kenaikan kuota tiket pertandingan Arema melawan Persebaya pada 1 Oktober 2022 karena Aremania dari luar kota meminta jatah tiket, termasuk Aremania Korwil Yogyakarta juga dicatut juga. Pria yang akrab disapa Sam Aconk ini menegaskan dari pengurus dan anggota AKJ tidak ada yang meminta tambahan jatah tiket.

"Kita memang tidak mengadakan tour pada waktu 1 Oktober 2022 yang mengatasnamakan Arema Korwil Jogja. Jadi di situ kita kecewa, kok nama kita dicatut padahal kita tidak minta jatah tiket," tegasnya.

Kemudian AKJ juga kecewa saat Arema FC memutuskan untuk tetap melanjutkan Liga 1 meskipun kejelasan hukum Tragedi Kanjuruhan masih buram. Padahal menurutnya pada 2006 saat gempa Yogyakarta, PSS Sleman dan PSIM Yogyakarta mengundurkan diri dari liga. Alasannya kedua tim tersebut karena kemanusiaan. Aconk salah satu saksi hidup Gempa Yogyakarta dan tahu kalau Stadion Maguwoharjo Sleman jadi pusat pengungsi.

"Kita tahu multiplayer effect dari Arema FC ini luar biasa pasti, bukan cuma untuk suporter, tapi apakah seburuk itu sampai mengabaikan 135 nyawa. Jadi bisa saya simpulkan ini adalah kekecewaan yang terakumulasi dan suporter seperti bukan hal yang penting bagi mereka, kalau begitu buat apa kita memakai baju Aremania," paparnya.

AKJ juga jadi bagian dari kelompok suporter yang menolak Arema FC main di Yogyakarta. Mereka menolak tapi tidak mengganggu tim dengan tindakan anarkis. Waktu di Bantul beberapa Aremania Jogja menyuarakan pendapat di depan bus Arema FC.

"Kemudian sejak persidangan berjalan, kita terus mengkaji bareng-bareng. Kita berpikir dan memiliki satu keputusan bersama agar kita membubarkan diri. Karena apalagi yang bisa dibanggakan dan tidak ada lagi satu jiwa. Kita merasa supporter hanyalah komunitas untuk sebuah klub. Jadi sampai ketemu ketika persepakbolaan Indonesia lebih baik," ujar dia.

2. Merasa Aremania di Malang tidak Satu Jiwa lagi

AKJ saat bersama suporter lain saat doa bersama untuk korban Tragedi Kanjuruhan. (Dok AKJ)

Aconk bercerita puncak kekecewaan AKJ adalah pasca kerusuhan di depan Kantor Arema FC kemudian ada kelompok suporter yang datang dengan melakukan deklarasi dukungan aambil memasang logo Arema FC. Sejak itu ia sudah sadar kalau Aremania sudah terpecah.

"Jadi rasa malunya sudah memuncak. Selain malu saya sudah sangat kecewa sekali. Sejujurnya saya malu dan iri dengan suporter di Yogyakarta seperti Slemania, Brajamusti, san Pasoepati," bebernya.

Menurutnya Aremania memang tidak terkoordinir dengan baik, tidak satu komando, gampang dipecah oleh berbagai macam iso. Sekaligus suporter bolanya gampang dipecah. Kini ia merasa sudah tidak merasakan Satu Jiwa kembali.

"Memang kita melihat dinamika di Malang sangat rumit sekali, banyak kepentingan. Sebagai suporter tidak bisa ngapa-ngapain, terus bagaimana? Apalagi kemarin 2 terdakwa divonis bebas, rasanya wah (pedih). Jadi kami pikir ini (bubar) adalah keputusan yang terbaik, sehingga tidak perlu mengikuti perkembangan yang di sana," ucapnya.

3. Aremania Korwil Jogja sudah berdiri sejak 2010

Koordinator AKJ, Fazlurrahman. (Dok AKJ)

Pria asli Malang ini bercerita jika AKJ sudah berdiri sejak 2010 dengan melakukan deklarasi di Stadion Kanjuruhan saat laga Arema melawan Persebaya. Mereka terbentuk berawal dari Kopdar (Kopi Darat) sesama Arek Malang yang berada di Yogyakarta untuk bekerja atau kuliah.

"Saya juga asli Malang, jadi Aremania sejak kecil, sempat terputus saat jadi mahasiswa di Yogyakarta. Kemudian satu momen diajak Kopdar sama Aremania di Yogyakarta, dan sejak itu kita membentuk Aremania Korwil Jogja," bebernya.

Kini 13 tahun AKJ yang ia bangun bersama-sama harus diakhiri begitu saja. Bukan keputusan mudah baginya, apalagi Aremania sudah jadi identitas dalam waktu yang sangatlah lama. Ia sudah menjaga kultur yang baik di dalam AKJ. Menjaga hubungan baik dengan semua suporter di Yogyakarta seperti Slemania, Brajamusti, Viking, bahkan Bonek.

4. Tidak ada respon dari Aremania di Malang usia pengumuman pembubaran

AKJ saat bersama suporter lain saat doa bersama untuk korban Tragedi Kanjuruhan. (Dok AKJ)

Usai pengumuman pembubaran 2 hari lalu, Aconk mengatakan sampai saat ini tidak ada satupun pentolan Aremania yang menghubungi mereka untuk klarifikasi. Mereka juga mengakui melakukan pembubaran tanpa memberitahu Aremania di Malang.

AKJ menegaskan tidak akan kembali mendukung Arema sebelum kondisi sepakbola Indonesia membaik. Aconk bercerita bahkan saat melewati depan Stadion Kanjuruhan rasanya berat sekali dan tidak bisa lagi berkata-kata. Kejadian ini memukul dirinya sebagai Aremania dan respon-respon yang menunjukkan bahwa Aremania tidak menjadi satu.

"Kita tidak ada pikiran untuk mendukung tim lain. Karena semua dari kita kelahiran di Malang tapi tinggal di Yogyakarta. Bahkan ada Aremania yang asli orang Yogyakarta tidak akan pindah haluan," tegasnya.

Baca Juga: Erick Thohir Nongkrong Bareng Aremania dan Bonek, Ngomongin Apa?

Verified Writer

Rizal Adhi Pratama

Menulis adalah pekerjaan untuk merajut keabadian. Dengan menulis kita meninggalkan jejak-jejak yang menghiasi waktu. Tulisan dan waktu adalah 2 unsur yang saling tarik menarik membentuk sejarah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya